Kisah Tragedi Cinta Sayyid Quthb
Sobat familiar kah dengan
salah satu nama tokoh pergerakan Islam yang satu ini ? Beliau adalah Asy Syahid
Sayyid Quthb rahimahullah. Penulis Fii Dzilalil Qur'an, buku tafsir yang kuat banget
unsur sastranya. Tapi, tahu kah sobat tentang kisah tragedi cinta beliau ?
Seseorang yang sangat cemerlang di masanya, yang mendeklarasikan dirinya
sebagai pengikut dan anggota Ikhwanul Muslimin di saat CIA sedang berusaha
merekrutnya untuk ditugaskan sebagai pemimpin Mesir.
Dua kali Sayyid Quthb
jatuh cinta, dua kali pula beliau patah hati. Begitulah yang dituturkan Dr.
Abdul Fattah Al Khalidi yang menuliskan tesis master dan disertasi tentang
Sayyid Quthb. Gadis pertama berasal dari desanya sendiri yang kemudia menikah
dengan pria lain hanya 3 tahun setelah Sayyid Quthb pergi ke Kairo untuk belajar.
Sayyid menangisi peristiwa itu.
Gadis kedua berasal dari
Kairo. Gadis yang tidak termasuk cantik menurut ukuran Kairo, kata Sayyid.
Namun, ada gelombang yang unik yang menyirat dari sorot matanya, lanjut beliau
menjelaskan pesona sang kekasih. Tragedi cinta Sayyid justru terjadi pada hari
pertunangan. Sambil menangis, gadis itu menceritakan bahwa Sayyid adalah orang
kedua yang telah hadir dalam hatinya. Pengakuan itu meruntuhkan keangkuhan Sayyid,
karena beliau memimpikan seorang yang perawan fisiknya, perawan pula hatinya.
Gadis itu hanya perawan pada fisiknya.
Sayyid Quthb tenggelam
dalam penderitaan yang panjang hingga akhirnya beliau memutuskan hubungan dengan
gadis itu. Namun, hal itu ternyata membuat beliau semakin menderita. Ketika beliau
ingin rujuk, gadis itu justru menolaknya. Ada banyak puisi yang lahir dari
penderitaan yang Sayyid rasakan itu. Kebesaran jiwa yang lahir dari
rasionalitas, realisme dan sangkaan baik pada Allah SWT. adalah keajaiban yang
menciptakan keajaiban. Ketika kehidupan tidak cukup bermurah hati mewujudkan
mimpi, Sayyid menambatkan harapan kepada sumber segala harapan, Allah ta'ala.
Sayyid Quthb menyaksikan
mimpinya hancur berkeping-keping sembari berkata, "Apakah kehidupan memang
tidak menyediakan gadia impianku atau perkawinan pada dasarnya tidak sesuai dengan
kondisiku ?" Setelah peristiwa itu beliau berlari meraih takdirnya,
dipenjara. 15 tahun, menulis Fii Dzilalil Qur'an dan mati di tiang gantungan
rezim penguasa zalim Mesir, Gamal Abdul Nasser.
Berlama-lama kecewa atau
patah hati nggak ada gunanya, Sob. Apalagi bagi seseorang yang mengaku beriman.
Pantas saja merasa kecewa, kalau berharap pada manusia. Maka, sudah semestinya
bila kita hanya berharap pada Allah ta'ala. Jadi, apapun yang terjadi kita akan
selalu ikhlas dan ridha. Pun ketika seorang mukmin merasa terluka hatinya,
nggak akan menyia-nyiakan waktu, ia akan selalu bersegera menyambut dan melakukan
berbagai amalan kebaikan yang selanjutnya dan selanjutnya.
Allahu a'lam.
Sumber : http://annida-online.com/kisah-tragedi-cinta-sayyid-quthb.html