Makalah Penggunaan Majas Pada Lirik Lagu "Gajah" Karya Tulus
Salah satu makalah Penggunaan Majas Pada Lirik Lagu "Gajah" Karya Tulus
pada mata kuliah Bahasa Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Musik merupakan nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu dan keharmonisan terutama yang menggunakan
alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi. Selain itu menurut KBBI musik
dapat dikatakan sebagai ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam
urutan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi
(suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan.
Maka tak heran pada zaman sekarang anak anak remaja sangat senang apabila
bergelut dengan dunia seni salah satunya musik. Yang membuat orang-orang
mengemari musik karena mereka tertarik dengan mendengarkan isi dari musik
tersebut yang berisi lirik lirik sehingga yang mendengarkannya dapat
merasakan sesuatu sesuai dengan liriknya, maka lirik lirik tersebut yang
dipadukan dengan irama dapat disebut sebagai lagu. Menurut KBBI lagu
adalah ragam suara yang berirama seperti dalam bercakap-cakap, bernyanyi,
membaca dan sebagainya.
Dalam sebuah lagu tentu terdapat lirik-lirik, dalam pembuatan lirik-lirik
lagu biasanya para pencipta lagu memakai bahasa-bahasa kiasan yang
berbeda-beda, karena dengan adanya bahasa kiasan yang menjadikan para
pendengar lagu dapat memahami serta menghayati lagu tersebut. Kiasan yang
biasa digunakan tersebut dapat disebut sebagai majas. Pemakaian majas yang
sesuai pada sebuah lagu dapat menjadikan daya tarik tersendiri kepada
orang-orang yang mendengar lagu tersebut. Salah satunya lagu “Gajah” karya
Tulus yang memiliki karakter dalam sebuah lagunya tersebut sehingga
didalam lirik lagunya terdapat banyak kiasan yang terdapat makna
tersendiri dalam sebuah lagu tersebut.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana
penggunaan
majas pada lirik lagu “Gajah” karya
Tulus ?
2.
Bagaimana makna yang terkandung pada majas dalam lirik lagu “Gajah” karya
Tulus ?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Makalah ini adalah :
1.
Menjelaskan majas
yang terdapat pada lirik lagu “Gajah” karya
Tulus.
2.
Menjelaskan makna yang terkandung pada majas dalam lirik lagu “Gajah”
karya Tulus.
1.4
Manfaat Penelitian
Supaya saya beserta para pembaca dapat mengetahui serta memahami
penggunaan majas serta makna yang terkandung dalam sebuah lirik lagu yang
berjudul “Gajah” karya Tulus. Serta dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca serta dapat dijadikan referensi.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Musik
Menurut KBBI musik dapat dikatakan sebagai ilmu atau seni menyusun nada
atau suara dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal untuk
menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan
(KBBI V : 2016). Selain itu musik merupakan suara yang disusun sedemikian
rupa oleh manusia sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan
terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan
bunyi-bunyian. Musik merupakan sebuah unsur pertama sebagai pembuat suatu
nada pada sebuah lagu. Musik merupakan seni yang timbul dari perasaan atau
pikiran manusia sebagai pengungkapan ekspresi diri, yang diolah dalam
suatu nada-nada atau suara-suara yang harmonis.
2.2
Pengertian
Lagu
lagu adalah ragam suara yang berirama seperti dalam bercakap-cakap,
bernyanyi, membaca dan sebagainya (KBBI V : 2016). Selain itu, lagu juga
dapat disebut sebagai nyanyia. Nyanyian adalah syair yang dilafalkan
sesuai nada, ritme, birama, dan melodi tertentu hingga membentuk harmoni.
Dapat dikatakan juga bahwa lagu merupakan gubahan seni nada atau suara
dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal yang biasanya diiringi
dengan alat musik untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan
dan kesinambungan yang mengandung irama. Lagu juga dapat dikatakan sebagai
ragam nada atau suara yang berirama.
Banyak cara untuk menyanyikan lagu, seperti dinyanyikan secara solo,
berduet, atau beramai-ramai. Perkataan dalam lagu biasanya berbentuk puisi
berirama, namun ada juga yang bersifat keagamaan ataupun prosa bebas. Lagu
dapat dikategorikan pada banyak jenis, bergantung kepada ukuran yang
digunakan.
2.3 Pengertian
Majas
Dalam menciptakan sebuah lagu, terdapat kata-kata pilihan yang digunakan
untuk pengekspresian sebuah tulisan supaya dapat menyentuh serta yang
didalamnya mengandung suatu makna tersendiri atau sebagai kiasan yang
dapat meyakinkan seorang pembaca. Maka dapat disebutkan suatu kata yang
didalamnya mengandung makna atau sebuah kiasan sebagai upaya meyakinkan
seorang pembaca adalah majas. Majas menurut KBBI adalah cara melukiskan
sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain ; kiasan (KBBI
V : 2016).
2.4 Jenis-Jenis Majas
Majas merupakan kata-kata kiasan, sehingga banyak juga cara memasukan
kiasan tersebut dalam sebuah tulisan, maka inilah macam-macam majas,
diantaranya yaitu (Prasetiawati : 2008) :
A. Majas Perbandingan
1.
Simile/Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya
berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Secara eksplisit dijelaskan
oleh kata : Ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka dan
serupa.
2.
Metafora adalah perbandingan langsung yang tidak mempergunakan kata.
Seperti ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka, serupa seperti pada
perumpamaan sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok
kedua.
3.
Penginsanan atau personifikasi ialah jenis majas yang melekatkan sifat –
sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.
4.
Depersonifikasi adalah yang membendakan manusia atau insan. Biasanya gaya
bahasa depersonifikasi ini dijelaskan oleh kata : kalau, jika, jikalau,
bila (mana), sekiranya, misalkan, umpama, andai (kata) seandainya,
andaikan.
5.
Antitetis adalah sejenis gaya bahasa yang mengadakan komparasi antara dua
antonim (yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang
bertentangan).
6.
Pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan, yang sebenarnya tidak
perlu (seperti menurut sepanjang adat ; saling tolong menolong).
7.
Tautologi adalah kata yang berlebihan itu pada dasarnya mengandung
perulangan dari (sebuah) kata yang lain.
8.
Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang agak mirip dengan
pleonasme. Kedua – duanya mempergunakan kata – kata lebih banyak daripada yang
dibutuhkan. Pada gaya bahasa perifrasis, kata – kata yang berlebihan itu
pada prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja.
9.
Antisipasi berarti mendahului atau penetapan yang mendahului tentang
sesuatu yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi.
10. Koreksi atau epanortosis adalah bahasa yang berwujud mula – mula ingin
menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaki mana – mana
yang salah.
B. Majas Pertautan
1.
Metonimia ialah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang
ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal, sebagai penggantinya. Kita
dapat menyebut pencipta atau pembuatnya jika yang kita maksudkan ciptaan
atau buatannya ataupun kita menyebut bahannya jika yang kita maksudkan
barangnya.
2.
Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian
sebagaipengganti nama keseluruhannya, atau sebaliknya. Sinekdoke pars pro
toto (sebagian untuk seluruh) dan Sinekdoke totem pro parte (seluruh untuk
sebagian)
3.
Alusi atau kilatan adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung
ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan peranggapan adanya pengetahuan
bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan
para pembaca untuk menangkap pengacuan itu.
4.
Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan
yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan, atau yang tidak
menyenangkan.
5.
Eponim adalah semacam gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang
begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai
untuk menyatakan sifat itu.
6.
Antonomasi adalah gaya bahasa yang merupakan penggunaan gelar resmi atau
jabatan sebagai nama diri.
7.
Elipsis adalah penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dalam
konstruksi sintaksis yang lengkap.
8.
Asindeton adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat dimana
beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan
kata sambung. Bentuk – bentuk tersebut biasanya dipisahkan saja oleh tanda
koma.
9.
Polisindeton adalah suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari
asindeton. Dalam polisindeton beberapa kata, frase, atau klausa yang
berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata sambung.
C. Majas Pertentangan
- Hiperbola adalah gaya bahasa yang menggunakan pernyataan berlebihan sehingga terkesan tidak masuk akal.
-
Litotes adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang
positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan.
Silakan mampir ke gubuk saya.
-
Ironi adalah Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya
dengan mengatakan kebalikan fakta.
- Paranomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan kemiripan bunyi. Ini merupakan permainan kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam makna.
-
Satire adalah gaya bahasa ini menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi
untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
-
Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya. Inuendo menyatakan kritik dengan sugesti tidak langsung, dan
sering tampaknya tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu.
-
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata
dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap ironi sendiri, atau
kata-kata yang dipakai untuk menjatuhkan mental objek pembicaraan.
- Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks juga berarti semua hal yang menarik karena kebenarannya. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan sebelumnya.
-
Antiklimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan
pikiran yang setiap kali semakin menurun kepentingannya dari
gagasan-gagasansebelumnya.
- Sinisme adalah gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Bersifat lebih kasar dari ironi.
- Sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas yang menyakitkan hati.
D. Majas Pengulangan
-
Antanaklasis adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama
dengan makna yang berbeda.
-
Repetisi adalah perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam satu
kalimat.
- Tautotes adalah gaya bahasa perulangan atau repitisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Penggunaan Majas pada
Lirik Lagu “Gajah” Karya Tulus
Dalam sebuah pembuatan lagu, pencipta lagu biasanya membuat sebuah lirik
lagu menggunakan gaya bahasa dalam bentuk kiasan. Kiasan yang sesuai
dengan jalannya lirik lagu dan terarah, supaya seorang pendengar dapat
memahami kiasan tersebut. Tak selamnya juga kiasan dapat dimengerti oleh
setiap orang, ada beberapa kiasan yang perlu dicari, yang biasanya dicari
di dalam kamus bahasa Indonesia. Berbeda hal nya dengan kiasan yang
terdapat pada lagu, biasanya mudah dimengerti, karena dalam sebuah lagu
penyampaiannya menggunakan sebuah irama, sehingga membuat para pendengar
di semua kalangan dapat mudah menerimanya.
Lagu merupakan ragam nada atau suara yang berirama dan berasal dari
musik. Maka tak heran pada zaman ini pun banyak sekali yang menggemari
lagu, walaupun kata-kata dalam setiap lagu tak sama termasuk tujuan
dibuatnya lagu tersebut, tetapi tak menjadi penghalang untuk menyukainya. Salah
satunya lagu yang saya pilih sebagai objek makalah yang sudah saya buat
ini. Lagu “Gajah” karya Tulus ini, merupakan salah satu lagu yang
menurut saya bagus untuk didengar oleh semua kalangan. Selain itu,
didalam lirik lagu “Gajah” karya Tulus ini, terdapat kata-kata kiasan
atau bisa disebut sebagai majas. Setelah saya teliti, terdapat satu
majas yang banyak digunakan didalam lirik lagunya, yaitu majas
simile/perumpamaan. Berawal dari judul lagu tersebut yaitu “Gajah”
merupakan sebuah kata kiasan yang dapat disebut sebagai majas simile.
Selain itu, terdapat juga majas dalam lirik lagunya.
Pada bait pertama terdapat majas pada bagian lirik ‘Yang aku hindari
hanya semut kecil’. Lirik tersebut merupakan sebuah kiasan yang
mengartikan seseorang yang hanya takut terhadap orang yang licik dan lirik
ini merupakan jenis majas perbandingan yaitu majas simile. Selain itu
terdapat juga lirik yang berbunyi ‘Otak ini cerdas kurakit berangka’.
Lirik tersebut sama seperti pada lirik diatas, yaitu sebuah perumpamaan.
Yang berarti suatu pemikiran yang penuh dengan perencanaan dan rancangan.
Jenis majas dalam lirik lagu ini sama seperti lirik lagu diatas, yaitu
majas simile.
Pada bait kedua terdapat majas pada bagian lirik ‘Kini baru ku tahu puji
didalam olokan’. Lirik tersebut merupakan sebuah kiasan yang berarti bahwa
adanya suatu hinaan yang orang berikan kepada kita, didalamnya tersirat
sebuah pujian. Pada lirik lagu tersebut memasuki jenis majas perbandingan,
yaitu majas simile. Pada bait ketiga terdapat majas pada bagian lirik
‘Tubuhmu disituasi rela jadi tamengku’. Lirik tersebut berarti mengkiaskan
seorang teman yang rela berkorban untuk diri seseorang. Pada lirik lagu
tersebut mengandung majas simile.
Maka dapat disimpulkan, bahwa kebanyakan majas yang terkandung didalam
lirik lagu yang berjudul “Gajah” karya Tulus adalah majas simile /
perumpamaan. Yang merupakan suatu perumpamaan yang dapat dikatakan bahwa
hal tersebut dalam kata sebenarnya adalah sebuah perbandingan dan menjadi
dua hal yang pada dasarnya berlainan dan sengaja dianggap sama, tetapi
makna pada kata tersebut sebenarnya berbeda.
3.2 Makna yang Terkandung
dalam Majas pada Lirik Lagu “Gajah” Karya Tulus
Sebuah lagu tak hanya berupa suatu lirik yang berisi kata-kata saja,
tetapi didalamnya terdapat makna yang terkandung dibalik lirik tersebut.
Salah satunya lirik yang mengandung kata-kata kiasan atau bisa disebut
lirik lagu yang bermajas. Karena hal yang utama selain penggunaan gaya
bahasa dalam sebuah lagu, pemaknaan menjadi hal yang lebih dilihat. Dengan
makna tersebutlah yang menjadi daya tarik para pendengar, salah satunya
lirik lagu “Gajah” karya Tulus yang saya teliti ini. Saya merasakan lagu
ini sangat cocok untuk didengar oleh
siapapun, terkhusus untuk
orang yang beranjak remaja, karena dalam lagu ini banyak pelajaran untuk
diri kita, saat bagaimana kita menyikapi orang-orang yang menghina diri
kita.
Sebenarnya hampir semua lagu yang dibuat oleh Tulus, berisi sebuah
pelajaran hidup, salah satunya lagu “Gajah” ini. Kata “Gajah” yang
merupakan judul lirik lagu tersebut, sebenarnya kata kiasan yang memiliki
arti perumpamaan dirinya yang bertubuh gemuk pada saat dia masih kecil.
Selain itu banyak makna yang terkandung pada setiap lirik dibaitnya.
Lirik lagu bait pertama :
Setidaknya punya tujuh puluh tahun
Tak bisa melompat kumahir berenang
Bahagia melihat kawan yang berenang
Berkumpul bersama sampai ajal
Besar dan berani berperi sendiri
Yang aku hindari hanya semut kecil
Otak ini cerdas kurakit berangka
Wajahmu tak akan pernah kulupa
Makna bait tersebut, bahwa dalam kehidupan dimulai dari kecil hingga tua,
yang dimana masih ada waktu untuk terus belajar, walaupun saat itu hanya
bisa satu hal saja, lakukanlah itu semua dengan berani dan kesungguhan,
tetapi yang perlu dijauhi adalah orang-orang yang licik. Maka dari itu,
pergunakanlah otak kita untuk berpikir, supaya selalu melakukan hal yang
baik.
Lirik lagu bait kedua :
Waktu kecil dulu mereka menertawakan
Mereka panggilku gajah
(Ku marah) ku marah
Kini baru ku tahu puji didalam olokan
Mereka ingatku marah
Jabat tanganku panggil aku gajah
Makna bait tersebut, dikisahkan bahwa seorang penulis lagu tersebut
diejek dengan sebutan ‘gajah’. Saat diejek dengan sebutan itu, dia marah.
Karena pada saat itu dia masih kecil, sehingga saat dia mulai dewasa, dia
mengerti bahwa ejekan tersebut adalah sebuah pujian bagi dirinya. Sehingga
membuat dirinya menerima dan menyikapi hal tersebut dengan baik.
Lirik lagu bait ketiga :
Kau temanku kau doakan aku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila jatuh, gajah lain membantu
Tubuhmu disituasi rela jadi tamengku
Makna pada lirik lagu tersebut, bahwa ejekan yang diberikan kepada
dirinya, merupakan sebuah pujian baginya dan dia merasa sangat berterima
kasih kepada teman yang sudah mengejeknya. Dia menyikapi hal tersebut
sebagai sesuatu kekuatan bagi dirinya untuk terus kuat dan terus berusaha
untuk lebih baik lagi. Dan mengibaratkan saling membatu satu sama lain
serta saling melindungi.
Lirik lagu bait keempat :
Kecil kita tak tahu apa-apa
Wajar bila terlalu cepat marah
Kecil kita tak tahu apa-apa
Yang terburuk kelak bisa jadi yang terbaik
Yang terburuk kelak bisa jadi yang terbaik
Makna dalam lirik lagu tersebut, bahwa saat masih kecil setiap orang
tentu belum mengerti suatu keadaan dan tak bisa mengontrol emosi. Selain
itu hal yang dulu menurut orang itu buruk karena pandangan orang, tetapi
pada dasarnya hal tersebut kedepannya merupakan hal yang terbaik. Seperti
halnya dalam lagu ini, seseorang yang dulunya diejek paling buruk, tetapi
belum tentu kedepannya buruk, karena bisa jadi seseorang itu adalah yang
terbaik.
Jadi, makna lagu “Gajah” karya Tulus ini dapat disimpulkan, bahwa pada
saat itu dia masih kecil dan tak tahu apa-apa, sehingga ejekan tersebut
menjadikan dirinya tak tahan dan mencari bagaimana cara untuk
menyikapinya. Karena dia selalu diejek dengan sebutan gajah, maka menjadi
suatu permulaan bagi dirinya untuk mengenal lebih jauh dan mencari tahu
mengenai gajah. Pada akhirnya, dia menjadikan itu semua sebagai motivasi
dalam hidupnya dan berterima kasih kepada semua temannya yang sudah
memanggilnya dengan sebutan gajah. Dengan terjadinya hal seperti itu,
menjadikan dirinya untuk terus menaklukan segala hal, bahwa dia mampu
membuktikannya kepada mereka yang telah mengejeknya. Dia mampu membuat itu
semua menjadi kesuksesan dimasa depan yang akan lebih baik dan dia mampu
bangkit dan berusaha dari masa kelam yang dia alami.
BAB 4
PENUTUP
4.1
Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah :
A.
Lagu merupakan ragam nada atau suara yang berirama dan berasal dari
musik, maka tak heran pada zaman ini pun banyak sekali yang menggemari
lagu, walaupun kata-kata dalam setiap lagu tak sama termasuk tujuan
dibuatnya lagu tersebut, tetapi tak menjadi penghalang untuk menyukainya.
Lagu “Gajah” karya Tulus ini, merupakan salah satu lagu yang bagus untuk
didengar oleh semua kalangan. Selain itu, didalam lirik lagu “Gajah” karya
Tulus ini, terdapat kata-kata kiasan atau bisa disebut sebagai majas.
Setelah saya teliti, terdapat satu majas yang banyak digunakan didalam
lirik lagunya, yaitu majas simile/perumpamaan.
B.
Sebuah lagu tak hanya berupa suatu lirik yang berisi kata-kata saja,
tetapi didalamnya terdapat makna yang terkandung dibalik lirik tersebut.
Salah satunya lirik yang mengandung kata-kata kiasan atau bisa disebut
lirik lagu yang bermajas. Salah satunya suatu lagu yang berjudul “Gajah”
karya Tulus yang memiliki makna, bahwa pada saat itu dia masih kecil dan
tak tahu apa-apa, sehingga ejekan tersebut menjadikan dirinya tak tahan
dan mencari bagaimana cara untuk menyikapinya. Karena dia selalu diejek
dengan sebutan gajah, maka menjadi suatu permulaan bagi dirinya untuk
mengenal lebih jauh dan mencari tahu mengenai gajah. Pada akhirnya, dia
menjadikan itu semua sebagai motivasi dalam hidupnya dan berterima kasih
kepada semua temannya yang sudah memanggilnya dengan sebutan gajah. Dengan
terjadinya hal seperti itu, menjadikan dirinya untuk terus menaklukan
segala hal, bahwa dia mampu membuktikannya kepada mereka yang telah
mengejeknya. Dia mampu membuat itu semua menjadi kesuksesan dimasa depan
yang akan lebih baik dan dia mampu bangkit dan berusaha dari masa kelam
yang dia alami.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan kami selaku pembuat makalah. Saya berharap makalah ini dapat menjadi rujukan atau referensi bagi para
pembaca. Serta saya dengan terbuka menerima masukan-masukan dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, K. P. d. K. R. I., 2016.
KBBI. 5th ed. s.l.:Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Herliani, Y. d. H. I., 2018. Menulis Karya Ilmiah. 1st ed.
Bandung: Pustaka Humaniora.
Indonesia, T. D. B., 2017. Buku Ajar Bahasa Indonesia. Bandung:
LSIPK Universitas Islam Bandung.
Kebudayaan, B. P. d. P. B. K. P. d., 2016.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. 4th ed. s.l.:s.n.
Prasetiawati, E., 2008.
Modul Bahasa Indonesia : Majas dan Gaya Bahasa Kelas XI. 1 ed.
Bandung: Yayasan Widya Bhakti.