Tafsir Ayat-ayat Tentang Manusia
Tafsir
Ayat-Ayat Tentang Manusia
1.
Dari
Segi Potensi Fitrah dan Hanief
·
QS.
Ar-Rum : 30
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Allah Swt. berfirman, bahwa
luruskanlah wajahmu menghadap kepada agama yang telah disyariatkan oleh Allah
bagimu, yaitu agama yang hanif, agama Ibrahim, yang telah ditunjukkan oleh
Allah kepadamu dan disempurnakan-Nya bagimu dengan sangat sempurna. Selain dari
itu kamu adalah orang yang tetap berada pada fitrahmu yang suci yang telah
dibekalkan oleh Allah kepada semua makhluk-Nya. Karena sesungguhnya Allah telah
membekalkan kepada semua makhluk-Nya pengetahuan tentang keesaan-Nya, dan bahwa
tidak ada Tuhan selain Dia, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pembahasan
yang terdahulu dalam tafsir firman-Nya:
وَأَشْهَدَهُمْ
عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى
“dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka” (seraya berfirman), "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan
kami)" (Al-A'raf: 172)
Di
dalam sebuah hadis disebutkan:
"إني
خلقت عِبَادِي حُنَفاء، فَاجْتَالَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ عَنْ دِينِهِمْ"
“Sesungguhnya
Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif kemudian setan-setan
menyesatkan mereka dari agamanya.”
Dalam pembahasan berikutnya yang
menjelaskan hadis-hadis mengenai hal ini akan disebutkan bahwa Allah Swt.
membekali fitrah Islam kepada makhluk-Nya, kemudian sebagian dari mereka dirasuki
oleh agama-agama yang telah rusak, seperti agama Yahudi, Nasrani, serta Majusi.
Firman
Allah Swt.:
لَا
تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ
“Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah.” (Ar-Rum: 30)
Sebagian
ahli tafsir mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah 'janganlah kalian
mengubah ciptaan Allah, karenanya kalian mengubah manusia dari fitrah mereka
yang telah dibekalkan oleh Allah kepada mereka. Dengan demikian, berarti
kalimat ini merupakan kalimat berita, tetapi bermakna perintah, sama dengan
pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
وَمَنْ
دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا
“barang
siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia.”
(Ali-Imran: 97)
Ini
merupakan pendapat yang baik dan sahih.
Ulama tafsir lainnya mengatakan
bahwa makna ayat ini adalah kalimat berita sesuai dengan apa adanya, yang
berarti bahwa Allah Swt. memberikan fitrah-Nya secara sama rata di antara semua
makhluk-Nya, yaitu fitrah (pembawaan) yang lurus. Tiada seorang pun yang
dilahirkan melainkan dibekali dengan fitrah tersebut dalam kadar yang sama
dengan yang lain, tiada perbedaan di antara manusia dalam hal ini.
Karena
itulah Ibnu Abbas, Ibrahim An-Nakha'i, Sa'id ibnu Jubair, Mujahid, Ikrimah,
Qatadah, Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya:
Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. (Ar-Rum: 30) Yakni agama Allah.
Imam Bukhari mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Ar-Rum: 30)
Yaitu agama Allah, fitrah orang-orang dahulu artinya agama orang-orang dahulu,
agama dan fitrah maksudnya ialah Islam.
حَدَّثَنَا
عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ،
أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مِنْ
مَوْلُودٍ يُولَدُ إِلَّا عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانه أَوْ
يُنَصِّرانه أَوْ يُمَجسانه، كَمَا تَنْتِج الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعاء، هَلْ
تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ"؟ ثُمَّ يَقُولُ: {فِطْرَةَ اللَّهِ
الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ}
“Telah
menceritakan kepada kami Abdan, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah
menceritakan kepada kami Yunus, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Abu
Salamah ibnu Abdur Rahman, bahwa Abu Hurairah r.a. pernah mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda: Tidak ada seorang bayi pun yang dilahirkan
melainkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
seorang Yahudi, atau Nasrani atau Majusi. Sama halnya dengan hewan ternak yang
melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna, maka apakah kalian melihat adanya
kecacatan pada anak hewan itu. Setelah itu Nabi Saw. membacakan firman Allah
Swt.: (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
(Ar-Rum: 30)”
Imam
Muslim meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Wahb, dari Yunus ibnu Yazid
Al-Aili, dari Az-Zuhri dengan sanad yang sama.
Imam
Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Abdur Razzaq, dari
Ma'mar, dari Hammam, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw.
ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ
“(Itulah)
agama yang lurus.” (Ar-Rum: 30)
Yakni
berpegang kepada syariat dan fitrah yang utuh merupakan agama yang tegak dan
lurus.
وَلَكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum:
30)
Karena
itulah maka kebanyakan orang tidak mengetahuinya, dan mereka berpaling darinya,
sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
وَمَا
أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
“Dan
sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat
menginginkannya.” (Yusuf: 103)
{وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ
يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ} الْآيَةَ
“Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah.”
(Al-An'am: 116), hingga akhir ayat.
Allah
Swt. menyebutkan tentang penghormatan-Nya kepada Bani Adam dan kemuliaan yang
diberikan-Nya kepada mereka, bahwa Dia telah menciptakan mereka dalam bentuk
yang paling baik dan paling sempurna di antara makhluk lainnya.
2.
Dari
Segi Diunggulkan dari Makhluk Lain
·
QS.
Al-Isra : 70
·
QS.
At-Tin : 4
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا
بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ
وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Yakni manusia berjalan pada dua kakinya
dengan tegak dan makan dengan tangannya, sedangkan makhluk lainnya ada yang
berjalan dengan keempat kakinya dan makan dengan mulutnya. Dan Allah menjadikan
pendengaran, penglihatan, dan hati bagi manusia, yang dengan kesemuanya itu
manusia dapat mengerti dan memperoleh banyak manfaat. Berkat hal itu manusia
dapat membedakan di antara segala sesuatu dan dapat mengenal kegunaan, manfaat,
serta bahayanya bagi urusan agama dan duniawinya.
{وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ}
Kami angkut mereka di daratan. (Al-Isra:
70)
Yakni dengan memakai hewan kendaraan
seperti unta, kuda, dan begal; sedangkan di lautan dengan perahu dan kapal
laut.
{وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ}
Kami beri mereka rezeki yang baik-baik.
(Al-Isra: 70)
Yaitu berupa hasil tanam-tanaman,
buah-buahan, juga daging dan susu serta berbagai jenis makanan lainnya yang
beraneka ragam serta lezat dan bergizi. Kami berikan pula kepada mereka
penampilan yang baik serta pakaian-pakaian yang beraneka ragam jenis dan warna
serta modelnya yang mereka buat sendiri untuk diri mereka, juga yang
didatangkan oleh orang lain kepada mereka dari berbagai penjuru dunia.
{وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا
تَفْضِيلا}
dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
(Al-Isra: 70)
Manusia lebih utama daripada makhluk
hidup lainnya, juga lebih utama daripada semua jenis makhluk. Ayat ini dapat
dijadikan sebagai dalil yang menunjukkan keutamaan jenis manusia di atas jenis
malaikat.
Abdur Razzaq mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Zaid ibnu Aslam yang mengatakan bahwa
para malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada
Nabi Adam dunia. Mereka dapat makan dari sebagian hasilnya dan bersenang-senang
dengannya, sedangkan Engkau tidak memberikannya kepada kami. Maka berikanlah
kepada kami Akhirat." Allah Swt. menjawab melalui firman-Nya, "Demi
kebesaran dan keagungan-Ku, Aku tidak akan menjadikan kebaikan keturunan orang
yang Aku ciptakan dengan kedua tangan (kekusaan)-Ku sendiri seperti kebaikan
makhluk yang Aku ciptakan dengan Kun (jadilah kamu!), maka jadilah dia." Ditinjau dari jalur ini, hadis ini
berpredikat mursal, tetapi hadis ini telah diriwayatkan pula dari jalur yang
lain secara muttasil.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ محمد بن صَدَقَة البغدادي، حدثنا
إبراهيم بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَالِدٍ المِصِّيصِيّ، حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ
مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّان مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّفٍ، عَنْ صَفْوَانَ
بْنِ سُليم، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْمَلَائِكَةَ
قَالَتْ: يَا رَبَّنَا، أَعْطَيْتَ بَنِي آدَمَ الدُّنْيَا، يَأْكُلُونَ فِيهَا
وَيَشْرَبُونَ وَيَلْبَسُونَ، وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَلَا نَأْكُلُ وَلَا
نَشْرَبُ وَلَا نَلْهُو، فَكَمَا جَعَلْتَ لَهُمُ الدُّنْيَا فَاجْعَلْ لَنَا
الْآخِرَةَ. قَالَ: لَا أَجْعَلُ صَالِحَ ذُرِّيَّةِ مَنْ خَلَقْتُ بِيَدِي،
كَمَنْ قُلْتُ لَهُ: كُنْ، فَكَانَ"
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Sadaqah
Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Kharijah
Al-Masisi, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Muhammad, telah
menceritakan kepada kami Muhammad Abu Gassan Muhammad ibnu Mutarrif, dari
Safwan ibnu Sulaim, dari Ata ibnu Yasar, dari Abdullah ibnu Amr dari Nabi Saw.
yang telah bersabda: Sesungguhnya malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami,
Engkau telah memberikan dunia kepada anak Adam; mereka dapat makan, minum dan
berpakaian di dalamnya. Sedangkan kami hanya bertasbih dengan memuji-Mu, tanpa
makan, minum, dan bersenang-senang. Maka sebagaimana Engkau berikan dunia
kepada mereka, maka berikanlah akhirat bagi kami.” Allah berfirman, "Aku
tidak akan menjadikan kebaikan keturunan orang yang Aku ciptakan dengan kedua
Tangan-Ku seperti kebaikan makhluk yang Aku ciptakan dengan Kun (jadilah kamu!),
lalu terjadilah ia.”
قَدْ رَوَى ابْنُ عَسَاكِرَ مِنْ
طَرِيقِ مُحَمَّدِ بْنِ أَيُّوبَ الرَّازِيِّ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ
بْنِ خَلَفٍ الصَّيْدَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ،
حَدَّثَنِي عُثْمَانُ بْنُ حِصْنِ بْنِ عُبَيْدَةَ بْنِ عَلاق، سَمِعْتُ عُرْوَةَ
بْنَ رُوَيْم اللَّخْمِيَّ، حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْمَلَائِكَةَ قَالُوا:
رَبَّنَا، خَلَقْتَنَا وَخَلَقْتَ بَنِي آدَمَ، فَجَعَلْتَهُمْ يَأْكُلُونَ
الطَّعَامَ، وَيَشْرَبُونَ الشَّرَابَ، وَيَلْبَسُونَ الثِّيَابَ،
وَيَتَزَوَّجُونَ النِّسَاءَ، وَيَرْكَبُونَ الدَّوَابَّ، يَنَامُونَ
وَيَسْتَرِيحُونَ، وَلَمْ تَجْعَلْ لَنَا مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا، فَاجْعَلْ لَهُمُ
الدُّنْيَا وَلَنَا الْآخِرَةَ. فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: لَا أَجْعَلُ مَنْ
خَلَقْتُهُ بِيَدِي، وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي، كَمَنْ قُلْتُ لَهُ: كُنْ،
فَكَانَ"
Ibnu Asakir telah meriwayatkan melalui
jalur Muhammad ibnu Ayyub Ar-Razi, bahwa telah menceritakan kepada kami
Al-Hasan ibnu Ali ibnu Khalaf As-Saidalani, telah menceritakan kepada kami
Sulaiman ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku Usman ibnu Hisn ibnu
Ubaidah ibnu Allaq; ia pernah mendengar Urwah ibnu Ruwayyim Al-Lakhami
mengatakan bahwa ia pernah mendapat hadis ini dari Anas ibnu Malik, dari
Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya malaikat berkata, "Wahai
Tuhan kami, Engkau telah menciptakan kami dan juga Bani Adam. tetapi Engkau
jadikan mereka dapat makan, minum, berpakaian, dan mengawini wanita serta menaiki
kendaraan. Mereka dapat tidur dan beristirahat, sedangkan Engkau tidak
menjadikan sesuatu pun dari itu bagi kami. Maka berikanlah dunia kepada mereka
dan berikanlah akhirat hanya untuk kami.” Maka Allah Swt. berfirman, "Aku
tidak akan menjadikan orang yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku dan Aku
tiupkan ke dalamnya sebagian dari roh (ciptaan)-Ku, seperti makhluk yang Aku
ciptakan dengan mengatakan kepadanya, 'Jadilah kamu!' Maka terjadilah dia.”
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا
عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ سَهْلٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ
اللَّهِ بْنُ تَمَّامٍ، عَنْ خَالِدٍ الْحَذَاءِ، عَنْ بِشْرِ بْنِ شِغَاف عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا شَيْءٌ أَكْرَمُ عَلَى اللَّهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مِنَ ابْنِ آدَمَ". قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا
الْمَلَائِكَةُ؟ قَالَ: "وَلَا الْمَلَائِكَةُ، الْمَلَائِكَةُ مَجْبُورُونَ
بِمَنْزِلَةِ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ"
Imam Tabrani mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Umar
ibnu Sahl, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Tamam, dari Khalid
Al-Hazza, dari Bisyr ibnu Syaggaf, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Amr yang
mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada sesuatu pun yang
lebih dimuliakan oleh Allah pada hari kiamat selain dari anak Adam (manusia).
Ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, para malaikat juga tidak
dimuliakan-Nya?" Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Malaikat pun
tidak, mereka adalah makhluk yang dipaksa, kedudukannya sama dengan matahari
dan bulan.
Hadis ini garib sekali.
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي
أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At-Tin: 4)
Dan inilah subjek sumpahnya, yaitu bahwa
Allah Swt. telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dan rupa
yang paling sempurna, tegak jalannya dan sempurna, lagi baik semua anggota
tubuhnya.
Yakni manusia berjalan pada dua kakinya
dengan tegak dan makan dengan tangannya, sedangkan makhluk lainnya ada yang
berjalan dengan keempat kakinya dan makan dengan mulutnya. Dan Allah menjadikan
pendengaran, penglihatan, dan hati bagi manusia, yang dengan kesemuanya itu
manusia dapat mengerti dan memperoleh banyak manfaat. Berkat hal itu manusia
dapat membedakan di antara segala sesuatu dan dapat mengenal kegunaan, manfaat,
serta bahayanya bagi urusan agama dan duniawinya.