Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Utsmaniyah (Sejarah Peradaban Islam)

Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Utsmaniyah

Dalam sejarah Islam tercatat yang berhasil didirikan oleh bangsa Turki, yaitu Turki Saljuk dan Turki Usmani. Turki Usmani berdiri setelah hancurnya Turki Saljuk yang telah berkuasa selama kurang lebih 250 tahun (1055-1300 M). Kerajaan ini didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz (ughu) yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Cina, yang kemudian pindah ke Turki, Persia dan Irak. Mereka memeluk Islam kira-kira abad IX atau X, yaitu ketika mereka menetap di Asia Tengah. Pada saat itu, mereka bertetangga dengan dinasti Samani dan dinasti Ghaznawi. Karena tekanan-tekanan bangsa Mongol, mereka mencari perlindungan kepada saudara perempuannya, dinasti Saljuk. Saljuk ketika itu di bawah kekuasaan Sultan Alauddin Kaikobad. Entogrol yang merupakan pimpinan Turki Usmani pada waktu itu berhasil membantu Sultan Saljuk dalam menghadapi Bizantium. Atas jasa inilah ia mendapat penghargaan dari Sultan, berupa sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memiliki Syukud sebagai Ibu kota. Selain itu Entogrol juga diberikan wewenang untuk memperluas wilayahnya.
Setelah Entogrol meninggal, kedudukannya sebagai pimpinan Turki Usmani digantikan oleh anaknya Usman. Setelah itu saljuk mendapat serangan bangsa Mongol, sehingga kemudian terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil. Pada saat itulah Usman mengklaim kemerdekaan secara penuh wilayah yang didudukinya, yang semula merupakan pemberian Sultan Saljuk sendiri, sekaligus memproklamasikan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Inilah asal mula mengapa dinasti tersebut kemudian diberi nama dinasti Usmani. Ini berarti bahwa putra Ertogrol inilah dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Sebagai penguasa pertama, dalam sejarah ia disebut sebagai Usman I. Usman memerintah pada tahun 1290 M sampai 1326 M. Segala macam serangan, khususnya Bizantium yang memang ingin menyerang. Ekspansinya dimulai dengan menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M. Broessa dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Putra Usman, Orkhan, memerintah pada tahun 1326-1360 M. Ia membentuk pasukan yang tangguh, kemudian dikenal dengan Inkisyariyah Jannisary) untuk membentengi kekuasaanya. Basis kesatuan ini berasal dari pemuda-pemuda tawanan perang. Kebijakan kemiliteran ini lebih dikembangkan dilakukan oleh pengganti Orkhan yaitu Murad I dengan membentuk sejumlah korps atau cabang-cabang Yennisary. Pembaharuan secara besar-besaran dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan dan Murad I. Tidak hanya bentuk perombakan personil pemimpinnya, tetapi juga dalam keanggotaanya. Seluruh pasukan militer dididik dan dilatih dalam asrama militer dengan pembekalan semangat perjuangan Islam. Kekuatan militer yennisary berhasil mengubah Kerajaan Usmani yang baru Iahir ini menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non Muslim. Pada masa Orkhan inilah dimulai usaha perluasan wilayah yang lebih agresif dibanding pada masa Usman. Dengan mengandalkan jennisary, Orkhan dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanly (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerahdaerah ini merupakan bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki oleh kerajaan Usmani.
Ekspansi yang lebih besar lagi terjadi pada masa ini meliputi daerah Balkan, Andrinopel, Mesodonia, Sofia (Bulgaria), clan seluruh wilayah Yunani. Andrinopel kemudian dijadikan sebagai ibu kota kerajaan yang baru. Setelah Murad I tewas dalam pertempuran melawan pasukan Kristen ekspansi berikutnya dilanjutkan oleh putranya, Bayazid I. Pada tahun 1391 M, pasukan Bayazid I dapat merebut benteng Philladelpia dan Gramania atau Kirman (Iran). Dengan demikian kerajaan Usmani secara bertahap menjadi suatu kerajaan besar. Suatu hal yang sangat disayangkan bahwa Bayazid I tewas dalam pertempuran melawan Timur Lenk. Tewasnya Bayazid I dan sebagian besar pasukannya melawan hampir seluruh wilayah Usmani jatuh ketangan Timur Lenk.
Kerajaan Usmani bangkit kembali pada masa pemerintahan Murad II. Ia digelari Al-Fatih (Sang Penakluk) karena pada masanya ekspansi Islam berlangsung secara besar-besaran. Kota penting yang berhasil ditaklukkan adalah Konstantinopel pada tahun 1453. Dengan demikian usaha menaklukkan Islam atas kerajaan Romawi Timur yang dimulai sejak zaman Umar Bin Khattab telah tercapai. Konstantinopel dijadikan ibu kota kerajaan dan namanya diubah menjadi Istanbul (Tahta Islam). Kejatuhan konstatinopel memudahkan tentara Usmani menaklukkan wilayah Iainnya seperti Serbia, Albania, dan Hongaria.
Sekalipun Konstatinopel telah jatuh di tangan Usmani dibawa kekuasaan Muhammad Al-Fatih, namun umat Kristen sebagai penduduk asli daerah tersebut tetap diberikan kebebasan beragama. Bahkan mereka dibiarkan merni ih ketua-kema dilantik oleh Sultan.
Setelah Muhammad Al-Fatih meninggaI, ia digantikan Bayazid II. Ia Iebih mementingkan kehidupan tasawuf daripada berperang. Kelemahannya di bidang pemerintahan yang cenderung berdamai dengan musuh mengakibatkan ia tidak ditaati oleh rakyatnya, termasuk putra-putranya. Karena seringnya terjadi perselisihan yang panjang antara dia dan putraputranya, akhimya ia mengundurkan diri dan diganti putranya, Salim I pada tahun 1512 M. Pada masa Sultan Salim I pada tahun 1517 M, gelar Khalifah yang disandang oleh Al-Mutawakki/ a/aa i/ah, salah seorang keturunan Bani Abbas yang selamat dari bangsa Mongol tahun 1235 M. dan saat itu berada dalam proteksi makhluk diambil alih oleh Sultan. Dengan demikian pada masa Sultan Salim I ini para sultan Usmani menyandang dua gelar, yaitu gelar sultan dan gelar khalifah. Akibatnya nama Sultan Salim I pun mulai disebutkan dalam khutbah-khutbah. Selain itu ia pun dalam masa pemerintahannya selama 8 tahun menjadi penguasa dan pelindung dua buah kota sud yaitu Mekah dan Madinah.
Puncak kerajaan Turki Usmani dicapai pada masa pemerintahan Sulaeman I. la digelari Al-Qanuni karena ia berhasil membuat undang-undang yang mengatur masyarakat. Orang Barat menyebunya sebagai Sulaeman yang Agung,‘l7)e Magnifiden. Ia menyebut dirinya sultan dari segala sultan, raja. dari segala raja, pemberian anugerah mahkota bagi para raja. Pada masanya wilayahnya meliputi dataran Eropa hingga Austria, Mesir, dan Afrika Utara hingga ke Aljazair dan Asia hingga Persia, serta meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut merah, Laut tengah, dan Laut Hitam.
Untuk Iebih jelasnya, berikut ini periode-periode kesultanan pada masa kelajaan Turki Usmani. SyafIq A. Mugani membagi menjadi 5 (Lima) periode yakni periode I pada tahun 1290-1402 M, periode II pada tahun 1402-1566 M, periode 111 1566-1699 M, periode IV pada tahun 1699-1839 M, dan periode V pada tahun 1839-1922 M. Perkembangan ekspansi Turki Usmani yang sangat luas diikuti dengan kemajuan-kemajuan diberbagai bidang, seperti:
1.    Bidang kemiliteran dan pemerintahan
Salah satu yang menentukan keberhasilan ekspansi Usmani adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur di mana saja dan kapan saja. Ini disebabkan karena tabiat bangsa Turki sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap aturan. Selain itu, keberhasilan ekspansinya juga didukung oleh terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam struktur pemerintahan, Sultan sebagai penguasa tertinggi dibantu oleh Shadr al-Azham (perdana menteri) yang membawahi para pasya (gubernur). Di bawah gubernur terdapat jabatan aI-Awaliyah (bupati). Untuk mengatur pemerintahan urusan Negara dibentuk undang-undang (qanun) pada masa Sulaeman I, yang disebut Multaqu Al-Abhur Undang-undang ini menjadi pegangan hukum bagi Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad 19. Undang-undang ini memiliki arti hiatoris yang sangat penting, karena merupakan undang-undang pertama di dunia.
2.    Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Walaupun pengembangan ilmu pengetahuan tidak mendapat besar dari Usmani, mereka mengembangkan seni arsitektur berupa bangunan masjid yang indah. Misalnya Masjid AI-Muhammadi Masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaeman masjid Ayyub al-Ansari. Masjid Al-Ansari merupakan sebuah semula adalah gereja Aya Shopia. Kesemua masjid ini dihiasi dengan kaligrafl yang indah. Pada masa Sulaeman banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung-gedung, pemakaman, saluran air, villa, dan permandian umum terutama di kota-kota besar. Disebutkan bahwa 235 buah dan‘ bangunan itu dibangun oleh kordinator Hojasinan, seorang arsitek asal Anatolia. Kemajuan di bidang intelektual pada masa pemerintahan Turki Usmani tidak begitu menonjol, adapun aspek-aspek intelektual yang dicapai Yaitu :
a.         Terdapat dua buah surat kabar yang muncul pada masa 'rtu, yaitu berita harian terkini Feka (1831 M) dan jurnal Tasfuri efkyar (1862 M) dan Terjukani ahfal (1860 M).
b.        Terjadi transfomasi pendidikan, dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar dan menengah (1881 M) dan perguruan tinggi (1869 M), juga mendirikan Fakultas kedokteran dan fakultas hukum. Di samping itu para pembelajar yang berprestasi dikirim ke Prancis untuk melanjutkan studinya, yang sebelumnya tidak pernah terjadi.
3.    Bidang keagamaan
Dalam tradisi, agama memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial dan politik. Pihak penguasa sangat terikat dengan syariat Islam sehingga fatwa Ulama menjadi hukum yang berlaku. Mufti sebagai pejabat urusan Agama tertinggi berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan. Tanpa legitimasi Mufti keputusan hukum kerajaan tidak bias benjalan. Pada masa ini kegiatan terus berkembang pesat. Al-Bektasidan Al-Mau/awi merupakan dua aliran tarekat yang paling besar. Tarekat Bektasi sangat berpengaruh terhadap kalangan tentara sehingga mereka sering disebut tentara Bektasi Yennisari Sementara tarekat maulawi berpengaruh besar dan mendapat dukungan dari penguasa dalam mengimbangi Yennisari Bektasi, Ilmu pengetahuan seperti fikih, tafsir, kalam fan lain-lain, tidak mengalami perkembangan. Kebanyakan penguasa Usmani cenderung bersikap taklid dan fanatik terhadap suatu mazhab dan menentang mazhab-mazhab Iainnya.
Menurut Ajid Tahir, dalam bukunya menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan Turki Usmani memperoleh kemajuan, antara lain:
a.        Adanya sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa,
b.       Tidak adanya diskriminasi dari pihak penguasa,
c.        Kepengurusan organisasi yang cakap,
d.   Pihak Turki memberikan perlakuan baik terhadap saudara-saudara baru dan memberikan kepada mereka hak rakyat secara penuh,
e.         Turki telah menggunakan tenaga-tenaga profesional dan terampil,
f.     Kedudukan sosial orang-orang Turki telah menarik minat penduduk negerI-negeri Balkan untuk memeluk agama Islam,
g.     Rakyat memeluk agama Kristen hanya dibebani biaya perlindungan (jizyah) yang relatif murah dibandingkan pada masa Bizantium,
h.       Semua penduduk memperoleh kebebasan untuk menjalankan kepercayaannya masing-masing.
i.        Karena Turki tidak fanatik agama, wilayah-wilayah Turki menjadi tempat perlindungan orang-orang Yahudi dari serangan kerajaan Kristen di Spanyol dan Portugal pada abad XVI.
Pemerintahan sultan Turki X, yaitu Sulaeman I (1520-1566 M) merupakan masa pemerintahan terpanjang dibandingkan dengan sultan-sultan Iainnya. Selama pemerintahannya, ia berhasil meraih kesuksesan dengan masuknya beberapa wilayah negara besar Turki. Bahkan, ia berhasil mempersatukan umat Islam dengan non Muslim dibawah kekuasaannya. Namun disisi Iain tanda-tanda keruntuhan juga sudah mulai muncul kepermukaan. Pandangan tersebut lebih disebabkan oleh ketergantungan kerajaan ini kepada kesinambungan kekuatan politik seorang Sultan.
Periode keruntuhan kerajaan Turki Usmani termanifestasi dalam dua periode yang berbeda pula, yaitu : pertama, periode desentrallisasi yang dimulai pada awal pemeritahan Sultan Salim II (1566-1574 M) hingga tahun 1683 M, ketika angkatan bersenjata Turki, Usmani gagal dalam merebut kota Viena untuk kedua kalinya. Kedua, periode dekompresi yang terjadi dengan munculnya anarki internal yang dipadukan dengan lepasnya wilayah taklukan satu per satu.
Pada abad ke 16 kelompok derfisme menjadi kelompok yang Solid dan mendominasi kekuatan politik, bahkan menggeser posisi para aristokrat Turki tua. Namun, pada perkembangan selanjutnya terjadi konflik internal yang menyebabkan mereka terkotak-kotak dan terjebak dalam politik praktis. Mereka mengkondisikan sultan agar Iebih suka tinggal menghabiskan waktunya di Istana Keputren ketimbang urusan pemerintahan. Tujuannya agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang mereka rancang.
Dengan mengeploitasi posisinya di mata penguasa terhadap rakyat, mereka memanipulasi pajak dengan kewajiban tambahan kepada petani. Akibatnya banyak penduduk yang berusaha untuk masuk ke dalam korp Jannisari. Ini mengakibatkan membengkakanya jumlah keanggotaan Jannisari yang hingga pertengahan abad ketujuh belas mencapai jumlah 200.000 orang. Faktor-Faktor penyebab hancurnya Turki Usmani. Untuk menentukan faktor penyebab utama kehancuran kerajaan Turki Usmani merupakan persoalan yang tidak mudah. Alam sejarah lima abad akhir abad ke tiga belas sampai abad ke sembilan belas, Kerajaan Turki Usmani merupakan sebuah proses sejarah panjang yang tidak terjadi secara tiba-tiba.
Mengamati sejarah keruntuhan Kerajaan Turki Usmani, Syafiq A. Mughani melihat tiga penyebab kehancuran Turki Usmani, yaitu melemahnya sistem birokrasi dan kekuatan militer Turki Usmani, kehancuran perekonomian kerajaan dan munculnya kekuatan baru di daratan Eropa, serta serangan balik terhadap Turki Usmani.
1.        Kelemahan Para Sultan dan Sistem Birokrasi
Ketergantungan sistem birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan seorang sultan dalam mengendalikan pemerintahan, menjadikan institusi politik ini menjadi rentang terhadap kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang lemah cukup membuat peluang bagi degradasi politik di Kerajaan Turki Usmani. Ketika ten’adi benturan kepentingan di kalangan elit politik maka dengan mudah mereka terkotak-kotak d3" terjebak dalam sebuah perjuangan politik yang tidak berarti. Masing-masing kelompok membuat kualisi dengan janji kemakmuran. Sultan dikondisikan agar lebih suka menghabiskan waktunya di istana dibanding urusan pemerintahan. Maksudnya, agar ia tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang mereka rancang. Pelimpahan wewenang kekuasaan pada perdana menteri untuk mengendalikan roda pemerintahan. Praktik money politic di kalangan elit, pertukaran penjagaan wilayah perbatasan dari pasukan kavaleri ke tangan pasukan infantri, serta meluasnya beberapa pemberontakan oleh korp Jarrisari, guna menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak berdayaan sultan dan kelemahan sistem birokrasi yang mewarnai perjalanan kerajaan Turki Usmani
2.        Kemerosotan Kondisi Sosial Ekonomi
Perubahan mendasar terjadi pada jumlah penduduk kerajaan, sebagaimana terjadi pada struktur ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya, menghadapi problem internal sebagai dampak pertumbuhan perdagangan dan ekonomi internasional. Kemampuan kerajaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negerl mulai melemah. Pada saat itu bangsa Eropa telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi kepentingan mereka sendiri. Perubahan politik dan kependudukan saling bersinggungan dengan perubahan penting di bidang ekonomi. Desentralisasi kekuasaan dan munculnya pengaruh pejabat daerah memberikan konstribusi bagi runtuhnya ekonomi tradisional kerajaan Turki Usmani.
3.        Munculnya kekuatan Eropa
Munculnya politik baru di daratan Eropa dapat dianggap secara umum sebagai faktor yang mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki Usmani. Konfrontasi langsung dengan kekuatan Eropa berawal pada abad ke XVI, ketika masing-masing kekuatan ekonomi berusaha mengatur tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk membenahi negara dan masyarakat, maka bangsa Eropa malah menggalang militer, ekonomi, teknologi, dan mengambil manfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.
Faktor-faktor keruntuhan Kerajaan Turki Usmanin dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: secara internal dan eksternal. Secara internal, yaitu:
a.         Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh orang-orang berikutnya yang tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelanya korupsi, dan meningkatnya kriminalitas, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keruntuhan Kerajaan Usmani,
b.        Heterogenitas penduduk dan agama,
c.         Kehidupan yang istimewa dan bermegahan, dan
d.        Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan Turki yang selalu mengalami kekalahan.
Secara eksternal, yaitu:
a.   Timbulnya gerakan nasionalisme, sehingga bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut,
b.        Terjadinya kemajuan teknologi di Barat, khususnya dalam bidang persenjataan. Sedangkan Turki mengalami stagnasi ilmu pengetahuan sehingga jika terjadi perang, Turki selalu mengalami kekalahan.
Perang dunia pertama melengkapi proses kehancuran kerajaan Turki Usmani. Pada bulan desember 1914 M, Turki Usmani melibatkan diri dalam perang dunia dan berada di pihak Jerman dan Austria. Bantuan militer dan ekonomi Jerman, kekuatan terhadap kekuatan Rusia, serta keinginan untuk menyelamatkan kendali Turki Usmani menjadi alasan ketelibatan Turki dalam peristiwa tersebut. Pada tahun 1918 M, aliansi bangsa-bansa Eropa mengalahkan aliansi militer Jerman, Turki dan Austria. Memasuki tahun 1920 M, kerajaan Turki Usmani kehilangan keseluruhan propinsi yang ada di Semenanjung Balkan, kemudian Mesir menjadi Negara protektorat Inggris dan bebas secara total dari kekuasaan kerajaan Turki Usmani.







Next Post Previous Post

Pages