Makalah Dakwah Islam Tugas Suci dan Mulia (Komunikasi Massa dan Jejaring Sosial)

Makalah Dakwah Islam Tugas Suci dan Mulia dalam Mata Kuliah Komunikasi Massa dan Jejaring Sosial

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Islam adalah agama yang sempurna dan diturunkan oleh Allah untuk mengatur kehidupan. Akan tetapi, kesempurnaan ajaran Islam hanya merupakan ide dan angan-angan saja jika ajaran yang sempurna itu tidak disampaikan kepada manusia. Lebih-lebih jika ajaran itu tidak diamalkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dakwah merupakan suatu aktifitas yang sangat penting dalam ajaran Islam. Dengan dakwah, Islam dapat diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi berikutnya. Sebaliknya, tanpa dakwah terputuslah generasi manusia yang mengamalkan Islam dan selanjutnya Islam akan lenyap dari permukaan bumi.

Berdakwah adalah tugas mulia dalam pandangan Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga dengan dakwah tersebut Allah menyematkan predikat sebaik-baik umat kepada umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassallam. Ada tiga bentuk dakwah yaitu dakwah lisan, dakwah tulisan, dan dakwah perbuatan. Selain itu, dakwah hanya dilakukan perorangan, tetapi perlu dilakukan secara berjamaah melalui organisasi kemasyarakatan, Sasaran dakwah adalah keluarga terdekat, tetangga sekitar, dan khalayak umum.

Maka dalam makalah ini kami akan menjelaskan mengenai Nabi selaku pelaku utama dakwah, esensi dari dakwah, dakwah dan kaitannya dengan amar ma’ruf dan nahi munkar serta menjelaskan bahwa tugas dakwah tiada akhirnya, dengan judul makalah “Dakwah Islam Tugas Suci dan Mulia”.           

  

  1. Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :

1.    Bagaimana Nabi selaku pelaku dakwah utama ?

2.    Bagaimana esensi dakwah ?

3.    Bagaimana dakwah dan kaitannya dengan amar ma’ruf dan nahi munkar ?

4.    Apa maksud dari tugas dakwah tiada akhir ?

 

  1. Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan Makalah ini adalah :

1.    Mengetahui Nabi selaku pelaku dakwah utama.

2.    Mengetahui esensi dakwah.

3.    Mengetahui dakwah dan kaitannya dengan amar ma’ruf dan nahi munkar.

4.    Mengetahui maksud dari tugas dakwah tiada akhir.

 

  1. Manfaat Penulisan

            Supaya kami dan para pembaca dapat mengetahui serta memahami bahwa Nabi merupakan selaku pelaku dakwah utama, bagaimana esensi dakwah, dakwah dan kaitannya dengan amar ma’ruf dan nahi munkar serta tugas dakwah merupakan tugas tiada akhir.






BAB II

PEMBAHASAN

  1. Nabi Selaku Pelaku Dakwah Utama

Nabi merupakan seorang yang diberi wahyu oleh Allah untuk melanjutkan syari'at yang diemban oleh rasul sebelumnya. Berbeda dengan rasul yang membawa risalah (syari'at) baru. Al-Qur'an menyebut beberapa orang sebagai nabi. Nabi pertama adalah Adam, sedangkan nabi sekaligus rasul terakhir ialah Nabi Muhammad. Percaya kepada para nabi dan para rasul merupakan salah satu Rukun Iman dalam Islam. Dalam Islam terdapat banyak nabi, yang sebagian besarnya termasuk golongan nabi dari kalangan Bani Israel atau para nabi dari keturunan Israel (Ya`qub) semisal Yusuf, Musa, Sulaiman, Yunus dsb. dan jumlah nabi yang harus diketahui sesuai yang disebut dalam Al-Quran adalah 25 nabi dengan 4 di antaranya merupakan penerima Kitab suci.

Maka bahwa Nabi merupakan pelaku dakwah utama dengan terjadinya peristiwa turunya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Seorang malaikat utusan Allah datang kepada Nabi Muhammad seraya membawa wahyu pertama yang sangat sakral, berupa surat Al-‘Alaq ayat 1-5. Dengan turunnya 5 ayat tersebut Nabi Muhammad secara suci diutus sebagai utusan Allah SWT dan diperintahkan menyebarkan dakwah yang berisi ajaran Islam kepada umat manusia. Salah satu kunci utama kesuksesan dakwah Nabi Muhammad SAW adalah tabiat beliau sebagai uswah hasanah/ suri tauladan yang baik.

Dalam artian keberadaan Nabi Muhammad SAW tak hanya sebagai da’i yang hanya menyeru manusia kepada norma-norma Islam, namun beliau juga sebagai pelaku dalam dakwahnya sendiri. Selain itu empat sifat yang beliau miliki seperti (jujur) sidhiq, (dapat dipercaya) amanah, (menyampaikan) tabligh dan (cerdas) fathanah juga menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang di sekelilingnya untuk memeluk dan mengenal agama Islam lebih dalam. Tak hanya dipuji oleh umatnya, ternyata banyak juga pengakuan akan sifat baik Nabi Muhammad yang diungkapkan oleh orang-orang lintas agama.

Salah satunya di era kontemporer terdapat nama Michael H. Hart, salah seorang penulis sejarah asal Amerika yang mengategorikan Nabi Muhammad sebagai urutan pertama dari seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah. Hal ini sebagai gambaran dari betapa suksesnya pengaruh Dakwah Nabi Muhammad Saw. Menurut Ibnu Hisyam dalam bukunya menjelaskan bahwa secara garis besar pada awal lahirnya Islam, dakwah Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : dakwah secara sembunyi-sembunyi, dakwah terang-terangan dan tahapan dakwah di luar Mekah.

 

  1. Esensi Dakwah

Berdakwah adalah tugas mulia dalam pandangan Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga dengan dakwah tersebut Allah menyematkan predikat sebaik-baik umat kepada umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassallam. Ada tiga bentuk dakwah yaitu dakwah lisan, dakwah tulisan, dan dakwah perbuatan. Selain itu, dakwah hanya dilakukan perorangan, tetapi perlu dilakukan secara berjamaah melalui organisasi kemasyarakatan, Sasaran dakwah adalah keluarga terdekat, tetangga sekitar, dan khalayak umum.

Esensi dakwah adalah bagaimana mengantarkan manusia menemui kebahagiaan hidup, dunia dan akhirat. Namun manusia dihadapkan pada dua kecenderungan dalam dirinya yakni, kebaikan dan keburukan. Potensi kebaikan itu dapat digali dan diolah hanya dengan ilmu tentang nilai-nilai kehidupan. Sebaliknya kebodohannya akan nilai-nilai kehidupan membuat manusia terjebak dalam kerusakan.

Disinilah dakwah diharap dapat menyadarkan manusia akan arti hidupnya, menunjukkan kemana harus melangkah dan bagaimana memaknai serta menyikapi setiap peristiwa yang ia hadapi. Maka dakwah hendaknya menyentuh pola “berpikir” dan “berasa” seseorang, agar ia merasa bahwa hidup ini tidak sia-sia, agar ia mampu memahami dan memberi nilai pada kehadirannya di dunia.

Cara menyampaikan dakwah hendaknya menggunakan metode yang tepat dan sesuai situasi dan kondisi baik itu individu, kelompok, maupun masyarakat luas. Agar semua pesan-pesan yang tersampaikan mudah diterima oleh oranglain. Dengan begini, apa yang kita suarakan bisa diterima dan diikuti dengan baik.

Berdasarkan pengalaman dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam ketika berdakwah. Bukannya mendapatkan sambutan hangat dari penduduknya karena kedatangan seorang manusia yang paling agung, justru sebaliknya, mendapatkan tekanan yang amat sangat mengenaskan sekali, dilempari batu, diusir tanpa ampun, bahkan sebagian anggota tubuh Nabi sampai berdarah-darah, termasuk bagian kepala dan wajah beliau. Begitupun para Sahabat yang selalu membantu Nabi pun tidak lepas dari tumbukan batu-batu yang melayang di udara yang menyebabkan pendarahan yang tidak terelakkan lagi.

Tapi apakah Nabi kemudian balas dendam? Atau para Sahabat ingin melawan mereka dengan mengerahkan pasukan dari Madinah karena telah melukai Nabi? Sama sekali tidak! Tidak pernah terbersit dalam benak para Sahabat apalagi Nabi untuk melakukan serangan balasan, karena misi mereka bukan perang, tapi misi mereka sangatlah mulia, yaitu dakwah. Dalam hal ini, dakwah kepada orang yang benar-benar tidak tahu Islam sama sekali.

Begitulah bagaimana cara berdakwah Nabi kepada orang-orang yang belum tahu Islam, atau hanya tahu Islam dari media yang kesannya hanya mendiskreditkan Islam. Inilah pentingnya untuk mengirim para ulama ke pelosok-pelosok dan melakukan pendekatan kepada orang-orang borjuis dan elit lewat dialog. Sehingga mereka tidak salah kaprah memandang Islam sebagai agama yang damai, santun dan beradab.

Jadi dakwah membuat kita mampu memandang kehidupan dengan jernih, hidup ini bermakna. Kehadiran sesuatu yang indah dalam hidup seseorang, menjadikan perjalanan hidupnya penuh warna, harmonis, ada rasa nikmat yang memuaskan hati, ada suatu makna hidup dan perasaan haru yang mendalam, yang seringkali membawa kita pada suatu perasaan yang rendah hati, dan semangat hidup, sehingga kehidupannya tetap bertahan secara kreatif, tanpa dihancurkan oleh rasa frustasi. Dengan kesadaran itu kita akan berani menghadapi hidup.

Esensi dakwah adalah mengingatkan, membimbing dan mengajak manusia untuk:

1)        Berbuat baik dalam segala hal sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya;

2)        Meninggalkan segala hal yang dilarang dan bertentangan dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya; dan

3)        Mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah SWT. Memahami esensi dari dakwah sering dimaknai sebagai upaya untuk memberikan solusi Islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan.

Masalah kehidupan tersebut mencakup seluruh aspek, seperti aspek ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik, sains, teknologi, dan sebagainya. Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara, metode dan konten yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan kontekstual. Aktual dalam arti mampu memecahkan masalah kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti kongkrit dan nyata, sedangkan kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat.

 

  1. Dakwah dan Kaitannya dengan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar

Dakwah memiliki kaitan dengan amar ma’ruf dan nahi munkar, sebagaimana bahwa dakwah merupakan kegiatan mengajak kebaikan menuju jalan yang benar, dengan mengerjakan kebajikan dan meninggalkan keburukan supaya mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana dalam QS. Ali-Imran : 110 mengenai dakwah amar ma’ruf dan nahyi munkar,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Dalam tafsir Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) mengenai QS. Ali-Imran :110, bahwa kalian itu (wahai umat Muhammad), adalah sebaik-baik umat dan orang-orang yang paling bermanfaat bagi sekalian manusia, kalian memerintahkan kepada yang ma’ruf, yaitu segala yang diketahui kebaikannya menurut syariat maupun akal, dan kalian melarang kemungkaran, yaitu segala yang diketahui keburukannya menurut syariat maupun akal, dan beriman kepada Allah dengan keimanan mantap yang dikuatkan dengan amal perbuatan nyata. Seandainya ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani mau beriman kepada Muhammad dan kepada risalah yang dia bawa kepada mereka dari sisi Allah, sebagaimana kalian telah beriman kepadanya, niscaya itu akan benar-benar lebih baik bagi mereka di dunia dan akhirat. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman, membenarkan risalah Muhammad lagi mengamalkannya, namun jumlah mereka sedikit. Sedangkan kebanyakan dari meraka adalah orang-orang yang keluar dari ajaran agama Allah dan ketaatan kepada-Nya.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah jihad yang akan terus dilakukan oleh seorang muslim, karena merupakan salah satu pokok dasar tegaknya peradaban Islam yang tak mungkin tercapai tanpa adanya syariat Al-Amru bil Ma’rufi wan Nahyu ‘anil Munkari. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan poros bagi Islam, salah satu argumentasi kuat alasan Allah ‘azza wajalla mengutus para Nabi dan Rasul, dan sebagai dalil kesempurnaan Iman, kebaikan Islam serta merupakan rahasia kemuliaan umat ini, yang dimana dalam firman Allah QS. Ali-Imran : 110 diatas.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi tanda keamanan kehidupan, sebagai jaminan kebahagiaan individu dan komunitas, menegakkan makna-makna kebaikan dan keshalihan umat, menghilangkan faktor-faktor yang merusak dan faktor-faktor yang memperkeruh kehidupan.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar menyelesaikan masalah demi masalah sehingga umat mencapai titik keselamatan dan kebahagiaan, dan menciptakan suasana keshalihan dengan adab dan keutamaan, menutupi celah-celah kemunkaran dan keburukan, menghapus angan-angan yang menjadi sumber syubhat.

Keberadaan Amar Ma’ruf Nahi Munkar akan membentuk pola pikir seorang muslim untuk “rakus” terhadap adab-adab dan keutamaan yang menjadi sumber kemuliaan umat ini, menjadikan itu semua sebagai karakter diri dan kekuasaan yang lebih kuat daripada sebuah kekuatan, lebih adidaya daripada Qanun, membangkitkan rasa ukhuwah, saling peduli, saling tolong menolong atas kebaikan dan ketaqwaan, saling perhatian satu sama lainnya. Dan amar Ma’ruf Nahi Munkar inilah yang akan menjadi penyebab datangnya pertolongan dan tamkin di dunia, dan menjadi akses kebahagiaan dunia dan akhirat. (Mausu’ah Nadhrah An-Na’im, 3/539).

Seandainya unsur Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan segala kompleksitasnya ini ditutup, proses mengilmui dan mengamalkannya diremehkan, maka itu akan menggugurkan esensi daripada kenabian, akan melenyapkan esensi beragama, akan membumikan kelemahan, menyebarkan kesesatan, melestarikan kebodohan, menguatkan daya rusak, membesarkan lubang kehancuran, merobohkan tatanan bernegara, menghancurkan esensi penghambaan, dan akan terus terasa sampai akhir zaman. (Ihya ‘Ulumuddin, 2/306)

Inilah kenapa Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi pokok dasar dalam agama dan menjadi tiang penegak yang kokoh bagi umat Islam, menjadi esensi kekhalifahan yang diamanahkan oleh Rabb Semesta Alam, dan menjadi maksud yang paling besar dari diutusnya para Nabi. Sehingga ini menjadi kewajiban seluruh manusia, baik secara individu dan komunitas (jamaah) sesuai dengan kemampuan dan kondisi.

 

  1. Tugas Dakwah Tiada Akhir

Tugas dakwah disini ialah sesuatu yang harus dilakukan dan ia merupakan bagian tak terpisahkan dari dakwah. Berbicara masalah tugas dakwah dalam pemikiran Sayyid Quthub, hal ini dapat dilihat pada tulisan A. Ilyas Ismail yang mengatakan: menurut Quthub, ada tiga tugas dan fungsi dakwah, Pertama : menyampaikan kebenaran Islam (Al–Tabligh wa al-bayam), kedua : melakukan pemberdayaan nilai-nilai islam (Al amr bi al-ma’ruf) dan control sosial (Al Nahyi al-munkar), ketiga : menumpas kejahatan melalui perang suci (Al jihad fi sabil Allah).

Tugas menyampaikan kebenaran (tabligh) seperti yang tercantum dalam QS. Al Maidah ayat 67 yakni perintah Allah kepada Rasul untuk menyampaikan kebenaran. Dalam ayat tersebut, Allah menyuruh nabi agar melaksanakan tabligh dengan sebaik-baiknya. Nabi diperintahkan agar memperhatikan dua prinsip yang berkaitan dengan materi tabligh. Dua prinsip tersebut menurut Sayyid Quthub yakni, Pertama, bahwa kebenaran yang disajikan melalui tabligh harus sempurna dan utuh tidak parsial. Kedua, bahwa kebenaran yang disampaikan melalui tabligh, terutama menyangkut aqidah, harus tegas dan jelas yaitu bahwa aqidah islam itu harus dibedakan secara jelas yaitu bahwa aqidah islam itu harus dibedakan secara jelas dengan berbagai kepercayaan lain yang sesat dan menyimpang.

Amar ma’ruf dan nahi munkar sebagai suatu yang dibutuhkan menurut syariat Dalam Al-Qur’an surah Ali Imran: 110, menjelaskan bahwa sebagai umat Islam terbaik berkewajiban melakukan tiga hal, Pertama, amar ma’ruf menyuruh manusia kepada kebaikan. Menurut Sayyid Quthub ma’ruf adalah usaha menanamkan dan membudayakan nilai-nilai Islam dalam kenyataan individu, keluarga dan masyarakat. Kedua, nahi munkar mencegah manusia dari kemungkaran. Menurut Sayyid Quthub, munkar adalah system dan tata nilai jahiliah, yaitu system budaya dan tata nilai yang bersumber dari pemikiran yang menolak ketuhanan Allah SWT. Ketiga, Iman kepada Allah Swt, Ini merupakan dasar dari tugas amar ma’ruf dan nahi munkar. Menurut Sayyid Quthub, iman harus menjadi pusat orientasi dari setiap kegiatan Khairun ummah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar dalam pengertian ini dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan dan kemajuan masyarakat Islam.

Dalam pandangan Sayyib Quthub, jihad dalam arti perang suci atau perang di jalan Allah, merupakan salah satu tugas dan fungsi dakwah seperti tabligh, amar ma’ruuf dan nabi mungkar, jihad juga merupakan kewajiban bagi kaum muslim terutama bagi para da’i. Dakwah sebagai usaha mewujudkan system Allah dalam kehidupan manusia menggantikan

semua system yang ada tentu tidak cukup hanya dengan tabligh dan bayan saja, Betapapun dakwah membutuhkan jihad. Keharusan jihad melawan penghambat dakwah di maksudkan agar kebebasan agama dan keamanan orang- orang yang memperoleh petunjuk Allah dapat di lindungi. Maksud lain agar manusia tidak terhalang dari kebaikan umum yang di Islam. Di samping itu jihad dimaksudkan agar sistem Allah dapat di wujudkan dalam kehidupan umat manusia. Atas dasar ini, maka kaum muslimin harus menghancurkan dan melawan setiap kekuatan dan kekuasaan yang menghambat dan menghalang-halangi kegiatan dan aktivitas dakwah.

Maka dari ketiga tugas dakwah tersebut dapat disimpulkan, bahwa dakwah merupakan tugas tiada akhir, selama kita masih hidup didunia, kita sebagai umat muslim memiliki tugas atau amanah untuk terus berdakwah dengan menyampaikan kebenaran, mengajak umat manusia berbuat kebajikan dengan meninggalkan hal yang munkar dan memiliki tekad dan niat untuk selalu berjihad di jalan Allah SWT.





BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan makalah ini adalah :

1)        Seorang malaikat utusan Allah datang kepada Nabi Muhammad seraya membawa wahyu pertama yang sangat sakral, berupa surat al-‘Alaq ayat 1-5. Dengan turunnya 5 ayat tersebut Nabi Muhammad secara suci diutus sebagai utusan Allah SWT dan diperintahkan menyebarkan dakwah yang berisi ajaran Islam kepada umat manusia. Salah satu kunci utama kesuksesan dakwah Nabi Muhammad SAW adalah tabiat beliau sebagai uswah hasanah/suri tauladan yang baik. Dalam artian keberadaan Nabi Muhammad tak hanya sebagai da’i yang hanya menyeru manusia kepada norma-orma Islam, namun beliau juga sebagai pelaku dalam dakwahnya sendiri.

2)        Esensi dakwah adalah mengingatkan, membimbing dan mengajak manusia untuk :

a.         Berbuat baik dalam segala hal sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya;

b.        Meninggalkan segala hal yang dilarang dan bertentangan dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya; dan

c.         Mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah SWT. Memahami esensi dari dakwah sering dimaknai sebagai upaya untuk memberikan solusi Islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan.

3)        Keberadaan Amar Ma’ruf Nahi Munkar akan membentuk pola pikir seorang muslim untuk “rakus” terhadap adab-adab dan keutamaan yang menjadi sumber kemuliaan umat ini, menjadikan itu semua sebagai karakter diri dan kekuasaan yang lebih kuat daripada sebuah kekuatan, membangkitkan rasa ukhuwah, saling peduli, saling tolong menolong atas kebaikan dan ketaqwaan, saling perhatian satu sama lainnya. Dan amar Ma’ruf Nahi Munkar inilah yang akan menjadi penyebab datangnya pertolongan dan tamkin di dunia, dan menjadi akses kebahagiaan dunia dan akhirat. (Mausu’ah Nadhrah An-Na’im, 3/539)

4)        Bahwa dakwah merupakan tugas tiada akhir, selama kita masih hidup didunia, kita sebagai umat muslim memiliki tugas atau amanah untuk terus berdakwah dengan menyampaikan kebenaran, mengajak umat manusia berbuat kebajikan dengan meninggalkan hal yang munkar dan memiliki tekad dan niat untuk selalu berjihad di jalan Allah SWT.

 

  1. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kami selaku pembuat makalah. Serta dengan dibuatnya makalah, kami meminta saran kepada para pembaca untuk mengoreksi apabila ada kesalahan dalam sistematika penulisan dan isi pembahasan pada makalah.








DAFTAR PUSTAKA

Administrator. (2019, November 22). Inilah Hakikat dan Esensi Dakwah yang Wajib Diketahui. Retrieved from Umroh.com: https://umroh.com/blog/inilah-hakikat-esensi-dakwah-yang-perlu-kamu-tahu/

Ali, H. B. (2014). Tugas Dan Fungsi Dakwah Dalam Pemikiran Sayyid Quthub . Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1, 126-132.

Fajar, S. (2020). Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Urgensi, Dalil, Fleksibilitas Hukum, dan Konsep Dasar Praktik Penerapannya. Retrieved from dakwah.id: https://www.dakwah.id/amar-maruf-nahi-munkar-urgensi-dalil/

Lampung, W. R. (2018, Juni 29). Esensi Dakwah Islam Wasathiyah. Retrieved from NU Online: https://www.nu.or.id/post/read/92288/esensi-dakwah-islam-wasathiyah

Nabi. (2020, Maret 20). Retrieved from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Nabi

Quran Surat Ali ‘Imran Ayat 110. (n.d.). Retrieved from tafsirweb: https://tafsirweb.com/1242-quran-surat-ali-imran-ayat-110.html

 









Disusun oleh :
- Dwi Damayanti
- Indah Siti Nurazizah
- Fitria Nur Hasannah
Next Post Previous Post

Pages