Makalah Dakwah Islam Tugas Suci dan Mulia (Komunikasi Massa dan Jejaring Sosial)
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Islam adalah agama
yang sempurna dan diturunkan oleh Allah untuk mengatur kehidupan. Akan tetapi,
kesempurnaan ajaran Islam hanya merupakan ide dan angan-angan saja jika ajaran
yang sempurna itu tidak disampaikan kepada manusia. Lebih-lebih jika ajaran itu
tidak diamalkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dakwah merupakan
suatu aktifitas yang sangat penting dalam ajaran Islam. Dengan dakwah, Islam
dapat diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi
berikutnya. Sebaliknya, tanpa dakwah terputuslah generasi manusia yang
mengamalkan Islam dan selanjutnya Islam akan lenyap dari permukaan bumi.
Berdakwah adalah
tugas mulia dalam pandangan Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga dengan dakwah
tersebut Allah menyematkan predikat sebaik-baik umat kepada umat Nabi Muhammad
shalallahu ‘alaihi wassallam. Ada tiga bentuk dakwah yaitu dakwah lisan, dakwah
tulisan, dan dakwah perbuatan. Selain itu, dakwah hanya dilakukan perorangan,
tetapi perlu dilakukan secara berjamaah melalui organisasi kemasyarakatan,
Sasaran dakwah adalah keluarga terdekat, tetangga sekitar, dan khalayak umum.
Maka dalam makalah
ini kami akan menjelaskan mengenai Nabi selaku pelaku utama dakwah, esensi dari
dakwah, dakwah dan kaitannya dengan amar ma’ruf dan nahi munkar serta
menjelaskan bahwa tugas dakwah tiada akhirnya, dengan judul makalah “Dakwah
Islam Tugas Suci dan Mulia”.
- Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
Nabi selaku pelaku dakwah utama ?
2. Bagaimana
esensi dakwah ?
3. Bagaimana
dakwah dan kaitannya dengan amar ma’ruf dan nahi munkar ?
4. Apa
maksud dari tugas dakwah tiada akhir ?
- Tujuan
Penulisan
Tujuan Penulisan Makalah ini adalah :
1. Mengetahui
Nabi selaku pelaku dakwah utama.
2. Mengetahui
esensi dakwah.
3. Mengetahui
dakwah dan kaitannya dengan amar ma’ruf dan nahi munkar.
4. Mengetahui
maksud dari tugas dakwah tiada akhir.
- Manfaat
Penulisan
Supaya kami dan para
pembaca dapat mengetahui serta memahami bahwa Nabi merupakan selaku pelaku
dakwah utama, bagaimana esensi dakwah, dakwah dan kaitannya dengan amar ma’ruf
dan nahi munkar serta tugas dakwah merupakan tugas tiada akhir.
BAB II
PEMBAHASAN
Nabi merupakan seorang
yang diberi wahyu oleh Allah untuk melanjutkan syari'at yang diemban oleh rasul
sebelumnya. Berbeda dengan rasul yang membawa risalah (syari'at) baru. Al-Qur'an
menyebut beberapa orang sebagai nabi. Nabi pertama adalah Adam, sedangkan nabi
sekaligus rasul terakhir ialah Nabi Muhammad. Percaya kepada para nabi dan para
rasul merupakan salah satu Rukun Iman dalam Islam. Dalam Islam terdapat banyak
nabi, yang sebagian besarnya termasuk golongan nabi dari kalangan Bani Israel
atau para nabi dari keturunan Israel (Ya`qub) semisal Yusuf, Musa, Sulaiman,
Yunus dsb. dan jumlah nabi yang harus diketahui sesuai yang disebut dalam
Al-Quran adalah 25 nabi dengan 4 di antaranya merupakan penerima Kitab suci.
Maka bahwa Nabi merupakan
pelaku dakwah utama dengan terjadinya peristiwa turunya wahyu kepada Nabi
Muhammad SAW. Seorang malaikat utusan Allah datang kepada Nabi Muhammad seraya
membawa wahyu pertama yang sangat sakral, berupa surat Al-‘Alaq ayat 1-5.
Dengan turunnya 5 ayat tersebut Nabi Muhammad secara suci diutus sebagai utusan
Allah SWT dan diperintahkan menyebarkan dakwah yang berisi ajaran Islam kepada
umat manusia. Salah satu kunci utama kesuksesan dakwah Nabi Muhammad SAW adalah
tabiat beliau sebagai uswah hasanah/ suri tauladan yang baik.
Dalam artian keberadaan
Nabi Muhammad SAW tak hanya sebagai da’i yang hanya menyeru manusia kepada
norma-norma Islam, namun beliau juga sebagai pelaku dalam dakwahnya sendiri.
Selain itu empat sifat yang beliau miliki seperti (jujur) sidhiq, (dapat
dipercaya) amanah, (menyampaikan) tabligh dan (cerdas) fathanah juga menjadi
daya tarik tersendiri bagi orang-orang di sekelilingnya untuk memeluk dan
mengenal agama Islam lebih dalam. Tak hanya dipuji oleh umatnya, ternyata
banyak juga pengakuan akan sifat baik Nabi Muhammad yang diungkapkan oleh orang-orang
lintas agama.
Salah satunya di era
kontemporer terdapat nama Michael H. Hart, salah seorang penulis sejarah asal
Amerika yang mengategorikan Nabi Muhammad sebagai urutan pertama dari seratus
tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah. Hal ini sebagai gambaran dari
betapa suksesnya pengaruh Dakwah Nabi Muhammad Saw. Menurut Ibnu Hisyam dalam
bukunya menjelaskan bahwa secara garis besar pada awal lahirnya Islam, dakwah
Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : dakwah secara
sembunyi-sembunyi, dakwah terang-terangan dan tahapan dakwah di luar Mekah.
- Esensi Dakwah
Esensi dakwah adalah bagaimana mengantarkan
manusia menemui kebahagiaan hidup, dunia dan akhirat. Namun manusia dihadapkan
pada dua kecenderungan dalam dirinya yakni, kebaikan dan keburukan. Potensi
kebaikan itu dapat digali dan diolah hanya dengan ilmu tentang nilai-nilai
kehidupan. Sebaliknya kebodohannya akan nilai-nilai kehidupan membuat manusia
terjebak dalam kerusakan.
Disinilah dakwah diharap dapat menyadarkan
manusia akan arti hidupnya, menunjukkan kemana harus melangkah dan bagaimana
memaknai serta menyikapi setiap peristiwa yang ia hadapi. Maka dakwah hendaknya
menyentuh pola “berpikir” dan “berasa” seseorang, agar ia merasa bahwa hidup
ini tidak sia-sia, agar ia mampu memahami dan memberi nilai pada kehadirannya
di dunia.
Cara menyampaikan dakwah hendaknya menggunakan
metode yang tepat dan sesuai situasi dan kondisi baik itu individu, kelompok,
maupun masyarakat luas. Agar semua pesan-pesan yang tersampaikan mudah diterima
oleh oranglain. Dengan begini, apa yang kita suarakan bisa diterima dan diikuti
dengan baik.
Berdasarkan pengalaman dakwah Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wassalam ketika berdakwah. Bukannya mendapatkan sambutan
hangat dari penduduknya karena kedatangan seorang manusia yang paling agung,
justru sebaliknya, mendapatkan tekanan yang amat sangat mengenaskan sekali,
dilempari batu, diusir tanpa ampun, bahkan sebagian anggota tubuh Nabi sampai
berdarah-darah, termasuk bagian kepala dan wajah beliau. Begitupun para Sahabat
yang selalu membantu Nabi pun tidak lepas dari tumbukan batu-batu yang melayang
di udara yang menyebabkan pendarahan yang tidak terelakkan lagi.
Tapi apakah Nabi kemudian balas dendam? Atau
para Sahabat ingin melawan mereka dengan mengerahkan pasukan dari Madinah
karena telah melukai Nabi? Sama sekali tidak! Tidak pernah terbersit dalam
benak para Sahabat apalagi Nabi untuk melakukan serangan balasan, karena misi
mereka bukan perang, tapi misi mereka sangatlah mulia, yaitu dakwah. Dalam hal
ini, dakwah kepada orang yang benar-benar tidak tahu Islam sama sekali.
Begitulah bagaimana cara berdakwah Nabi kepada
orang-orang yang belum tahu Islam, atau hanya tahu Islam dari media yang
kesannya hanya mendiskreditkan Islam. Inilah pentingnya untuk mengirim para
ulama ke pelosok-pelosok dan melakukan pendekatan kepada orang-orang borjuis
dan elit lewat dialog. Sehingga mereka tidak salah kaprah memandang Islam
sebagai agama yang damai, santun dan beradab.
Jadi dakwah membuat kita mampu memandang
kehidupan dengan jernih, hidup ini bermakna. Kehadiran sesuatu yang indah dalam
hidup seseorang, menjadikan perjalanan hidupnya penuh warna, harmonis, ada rasa
nikmat yang memuaskan hati, ada suatu makna hidup dan perasaan haru yang
mendalam, yang seringkali membawa kita pada suatu perasaan yang rendah hati,
dan semangat hidup, sehingga kehidupannya tetap bertahan secara kreatif, tanpa
dihancurkan oleh rasa frustasi. Dengan kesadaran itu kita akan berani
menghadapi hidup.
Esensi dakwah adalah mengingatkan,
membimbing dan mengajak manusia untuk:
1)
Berbuat baik dalam segala hal sesuai
dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya;
2)
Meninggalkan segala hal yang dilarang
dan bertentangan dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya; dan
3)
Mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat yang diridhai Allah SWT. Memahami esensi dari dakwah sering
dimaknai sebagai upaya untuk memberikan solusi Islam terhadap berbagai masalah
dalam kehidupan.
Masalah kehidupan tersebut mencakup
seluruh aspek, seperti aspek ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik, sains,
teknologi, dan sebagainya. Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara,
metode dan konten yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual,
faktual dan kontekstual. Aktual dalam arti mampu memecahkan masalah kekinian
dan hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti kongkrit dan nyata,
sedangkan kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang
dihadapi oleh masyarakat.
- Dakwah dan Kaitannya dengan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar
Dakwah memiliki kaitan dengan amar ma’ruf dan
nahi munkar, sebagaimana bahwa dakwah merupakan kegiatan mengajak kebaikan
menuju jalan yang benar, dengan mengerjakan kebajikan dan meninggalkan
keburukan supaya mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana
dalam QS. Ali-Imran : 110 mengenai dakwah amar ma’ruf dan nahyi munkar,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kalian adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”
Dalam tafsir Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) mengenai
QS. Ali-Imran :110, bahwa kalian itu (wahai umat Muhammad), adalah sebaik-baik
umat dan orang-orang yang paling bermanfaat bagi sekalian manusia, kalian
memerintahkan kepada yang ma’ruf, yaitu segala yang diketahui kebaikannya
menurut syariat maupun akal, dan kalian melarang kemungkaran, yaitu segala yang
diketahui keburukannya menurut syariat maupun akal, dan beriman kepada Allah
dengan keimanan mantap yang dikuatkan dengan amal perbuatan nyata. Seandainya
ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani mau beriman kepada Muhammad dan
kepada risalah yang dia bawa kepada mereka dari sisi Allah, sebagaimana kalian
telah beriman kepadanya, niscaya itu akan benar-benar lebih baik bagi mereka di
dunia dan akhirat. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman, membenarkan
risalah Muhammad lagi mengamalkannya, namun jumlah mereka sedikit. Sedangkan
kebanyakan dari meraka adalah orang-orang yang keluar dari ajaran agama Allah
dan ketaatan kepada-Nya.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah jihad yang akan terus dilakukan oleh
seorang muslim, karena merupakan salah satu pokok dasar tegaknya peradaban
Islam yang tak mungkin tercapai tanpa adanya syariat Al-Amru bil Ma’rufi wan
Nahyu ‘anil Munkari. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan poros bagi Islam,
salah satu argumentasi kuat alasan Allah ‘azza wajalla mengutus para Nabi dan
Rasul, dan sebagai dalil kesempurnaan Iman, kebaikan Islam serta merupakan
rahasia kemuliaan umat ini, yang dimana dalam firman Allah QS. Ali-Imran : 110
diatas.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi tanda keamanan kehidupan, sebagai jaminan
kebahagiaan individu dan komunitas, menegakkan makna-makna kebaikan dan
keshalihan umat, menghilangkan faktor-faktor yang merusak dan faktor-faktor
yang memperkeruh kehidupan.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar menyelesaikan masalah demi masalah sehingga umat
mencapai titik keselamatan dan kebahagiaan, dan menciptakan suasana keshalihan
dengan adab dan keutamaan, menutupi celah-celah kemunkaran dan keburukan,
menghapus angan-angan yang menjadi sumber syubhat.
Keberadaan Amar Ma’ruf Nahi Munkar akan membentuk pola pikir seorang
muslim untuk “rakus” terhadap adab-adab dan keutamaan yang menjadi sumber
kemuliaan umat ini, menjadikan itu semua sebagai karakter diri dan kekuasaan
yang lebih kuat daripada sebuah kekuatan, lebih adidaya daripada Qanun,
membangkitkan rasa ukhuwah, saling peduli, saling tolong menolong atas kebaikan
dan ketaqwaan, saling perhatian satu sama lainnya. Dan amar Ma’ruf Nahi Munkar
inilah yang akan menjadi penyebab datangnya pertolongan dan tamkin di dunia, dan
menjadi akses kebahagiaan dunia dan akhirat. (Mausu’ah Nadhrah An-Na’im, 3/539).
Seandainya unsur Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan segala kompleksitasnya
ini ditutup, proses mengilmui dan mengamalkannya diremehkan, maka itu akan
menggugurkan esensi daripada kenabian, akan melenyapkan esensi beragama, akan
membumikan kelemahan, menyebarkan kesesatan, melestarikan kebodohan, menguatkan
daya rusak, membesarkan lubang kehancuran, merobohkan tatanan bernegara,
menghancurkan esensi penghambaan, dan akan terus terasa sampai akhir zaman.
(Ihya ‘Ulumuddin, 2/306)
Inilah
kenapa Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi pokok dasar dalam agama dan menjadi
tiang penegak yang kokoh bagi umat Islam, menjadi esensi kekhalifahan yang
diamanahkan oleh Rabb Semesta Alam, dan menjadi maksud yang paling besar dari
diutusnya para Nabi. Sehingga ini menjadi kewajiban seluruh manusia, baik
secara individu dan komunitas (jamaah) sesuai dengan kemampuan dan kondisi.
- Tugas Dakwah Tiada Akhir
Tugas dakwah disini ialah sesuatu yang harus
dilakukan dan ia merupakan bagian tak terpisahkan dari dakwah. Berbicara
masalah tugas dakwah dalam pemikiran Sayyid Quthub, hal ini dapat dilihat pada
tulisan A. Ilyas Ismail yang mengatakan: menurut Quthub, ada tiga tugas dan
fungsi dakwah, Pertama : menyampaikan kebenaran Islam (Al–Tabligh wa
al-bayam), kedua : melakukan pemberdayaan nilai-nilai islam (Al amr bi
al-ma’ruf) dan control sosial (Al Nahyi al-munkar), ketiga :
menumpas kejahatan melalui perang suci (Al jihad fi sabil Allah).
Tugas menyampaikan kebenaran (tabligh) seperti
yang tercantum dalam QS. Al Maidah ayat 67 yakni perintah Allah kepada Rasul
untuk menyampaikan kebenaran. Dalam ayat tersebut, Allah menyuruh nabi agar
melaksanakan tabligh dengan sebaik-baiknya. Nabi diperintahkan agar
memperhatikan dua prinsip yang berkaitan dengan materi tabligh. Dua prinsip
tersebut menurut Sayyid Quthub yakni, Pertama, bahwa kebenaran yang disajikan
melalui tabligh harus sempurna dan utuh tidak parsial. Kedua, bahwa
kebenaran yang disampaikan melalui tabligh, terutama menyangkut aqidah, harus
tegas dan jelas yaitu bahwa aqidah islam itu harus dibedakan secara jelas yaitu
bahwa aqidah islam itu harus dibedakan secara jelas dengan berbagai kepercayaan
lain yang sesat dan menyimpang.
Amar ma’ruf dan nahi munkar sebagai suatu yang
dibutuhkan menurut syariat Dalam Al-Qur’an surah Ali Imran: 110, menjelaskan
bahwa sebagai umat Islam terbaik berkewajiban melakukan tiga hal, Pertama,
amar ma’ruf menyuruh manusia kepada kebaikan. Menurut Sayyid Quthub ma’ruf
adalah usaha menanamkan dan membudayakan nilai-nilai Islam dalam kenyataan
individu, keluarga dan masyarakat. Kedua, nahi munkar mencegah manusia
dari kemungkaran. Menurut Sayyid Quthub, munkar adalah system dan tata nilai
jahiliah, yaitu system budaya dan tata nilai yang bersumber dari pemikiran yang
menolak ketuhanan Allah SWT. Ketiga, Iman kepada Allah Swt, Ini
merupakan dasar dari tugas amar ma’ruf dan nahi munkar. Menurut Sayyid Quthub,
iman harus menjadi pusat orientasi dari setiap kegiatan Khairun ummah. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar dalam pengertian ini
dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan dan kemajuan masyarakat Islam.
Dalam pandangan Sayyib Quthub, jihad dalam
arti perang suci atau perang di jalan Allah, merupakan salah satu tugas dan
fungsi dakwah seperti tabligh, amar ma’ruuf dan nabi mungkar, jihad juga
merupakan kewajiban bagi kaum muslim terutama bagi para da’i. Dakwah sebagai
usaha mewujudkan system Allah dalam kehidupan manusia menggantikan
semua system yang ada tentu tidak cukup hanya dengan tabligh dan bayan
saja, Betapapun dakwah membutuhkan jihad. Keharusan jihad melawan penghambat
dakwah di maksudkan agar kebebasan agama dan keamanan orang- orang yang
memperoleh petunjuk Allah dapat di lindungi. Maksud lain agar manusia tidak
terhalang dari kebaikan umum yang di Islam. Di samping itu jihad dimaksudkan
agar sistem Allah dapat di wujudkan dalam kehidupan umat manusia. Atas dasar ini,
maka kaum muslimin harus menghancurkan dan melawan setiap kekuatan dan
kekuasaan yang menghambat dan menghalang-halangi kegiatan dan aktivitas dakwah.
Maka dari ketiga tugas dakwah tersebut dapat disimpulkan, bahwa dakwah merupakan tugas tiada akhir, selama kita masih hidup didunia, kita sebagai umat muslim memiliki tugas atau amanah untuk terus berdakwah dengan menyampaikan kebenaran, mengajak umat manusia berbuat kebajikan dengan meninggalkan hal yang munkar dan memiliki tekad dan niat untuk selalu berjihad di jalan Allah SWT.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari pembahasan makalah ini adalah :
1)
Seorang
malaikat utusan Allah datang kepada Nabi Muhammad seraya membawa wahyu pertama
yang sangat sakral, berupa surat al-‘Alaq ayat 1-5. Dengan turunnya 5 ayat
tersebut Nabi Muhammad secara suci diutus sebagai utusan Allah SWT dan
diperintahkan menyebarkan dakwah yang berisi ajaran Islam kepada umat manusia.
Salah satu kunci utama kesuksesan dakwah Nabi Muhammad SAW adalah tabiat beliau
sebagai uswah hasanah/suri tauladan yang baik. Dalam artian keberadaan Nabi
Muhammad tak hanya sebagai da’i yang hanya menyeru manusia kepada norma-orma
Islam, namun beliau juga sebagai pelaku dalam dakwahnya sendiri.
2)
Esensi dakwah
adalah mengingatkan, membimbing dan mengajak manusia untuk :
a.
Berbuat baik
dalam segala hal sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya;
b.
Meninggalkan
segala hal yang dilarang dan bertentangan dengan tuntunan Allah SWT dan
Rasul-Nya; dan
c.
Mewujudkan
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah SWT. Memahami
esensi dari dakwah sering dimaknai sebagai upaya untuk memberikan solusi Islam
terhadap berbagai masalah dalam kehidupan.
3)
Keberadaan Amar
Ma’ruf Nahi Munkar akan membentuk pola pikir seorang muslim untuk “rakus”
terhadap adab-adab dan keutamaan yang menjadi sumber kemuliaan umat ini,
menjadikan itu semua sebagai karakter diri dan kekuasaan yang lebih kuat
daripada sebuah kekuatan, membangkitkan rasa ukhuwah, saling peduli, saling
tolong menolong atas kebaikan dan ketaqwaan, saling perhatian satu sama
lainnya. Dan amar Ma’ruf Nahi Munkar inilah yang akan menjadi penyebab
datangnya pertolongan dan tamkin di dunia, dan menjadi akses kebahagiaan dunia
dan akhirat. (Mausu’ah Nadhrah An-Na’im, 3/539)
4)
Bahwa dakwah
merupakan tugas tiada akhir, selama kita masih hidup didunia, kita sebagai umat
muslim memiliki tugas atau amanah untuk terus berdakwah dengan menyampaikan
kebenaran, mengajak umat manusia berbuat kebajikan dengan meninggalkan hal yang
munkar dan memiliki tekad dan niat untuk selalu berjihad di jalan Allah SWT.
- Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kami selaku pembuat makalah. Serta dengan dibuatnya makalah, kami meminta saran kepada para pembaca untuk mengoreksi apabila ada kesalahan dalam sistematika penulisan dan isi pembahasan pada makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Administrator. (2019, November 22). Inilah
Hakikat dan Esensi Dakwah yang Wajib Diketahui. Retrieved from Umroh.com:
https://umroh.com/blog/inilah-hakikat-esensi-dakwah-yang-perlu-kamu-tahu/
Ali,
H. B. (2014). Tugas Dan Fungsi Dakwah Dalam Pemikiran Sayyid Quthub . Jurnal
Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1, 126-132.
Fajar,
S. (2020). Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Urgensi, Dalil, Fleksibilitas Hukum,
dan Konsep Dasar Praktik Penerapannya. Retrieved from dakwah.id:
https://www.dakwah.id/amar-maruf-nahi-munkar-urgensi-dalil/
Lampung,
W. R. (2018, Juni 29). Esensi Dakwah Islam Wasathiyah. Retrieved from
NU Online:
https://www.nu.or.id/post/read/92288/esensi-dakwah-islam-wasathiyah
Nabi. (2020, Maret
20). Retrieved from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Nabi
Quran Surat Ali ‘Imran Ayat 110. (n.d.). Retrieved from tafsirweb: https://tafsirweb.com/1242-quran-surat-ali-imran-ayat-110.html