Peradaban Islam Pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan (Sejarah Peradaban Islam)
Peradaban Islam pada masa Khalifah Utsman Bin Affan pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Peradaban Islam Pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan
Nama beliau adalah
Utsman bin 'Affan bin Abil 'Ash bin Umayyah bin AbdisySyams bin Abdi Manaf bin
Qusyai bin Kilab. Ibunda Khalifah Utsman bin Affan adalah Urwy bin Kuriz bin
Rabiah. Utsman bin Affan masuk Islam pada usia 30 tahun atas ajakan Abu Bakar. Sesaat
setelah masuk Islam, ia sempat mendapatkan siksaan dari pamannya, Hakam bin
Abil Ash. Ia dijuluki dzun nurain, karena menikahi dua putri Rasulullah
Saw. secara berurutan setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayyah dan Ummu
Kalsum.
Pemilihan Khalifah
kepada Utsman yang menjadikan KhaIifah ketiga menggantikan Umar bin Khattab.
Pemerintahan Utsman bin Affan ini berlangsung dari tahun 644 M-656 M/ 23 H-35 H. ketika Utsman dipilih, Utsman
telah tua (70 tahun) dengan kepribadian yang agak lemah. Dalam Pidato
pelantikan dari khalifah terpilih Utsman bin Affan ra., setelah beliau dibai’at
adalah sebagai berikut :
“Amma ba’du,
sesungguhnya, tugas ini telah dipikulkan kepadaku dan aku telah menerimanya,
dan sesungguhnya aku adalah muttabi’ (pengikut sunnah Rasulullah Saw.)
dan bukannya seorang mubtadi’ (seorang yang berbuat bid’ah).
Ketahuilah bahwa kalian berhak menuntut aku mengenai selain Kitab Allah dan
Sunnah Nabi Nya, yaitu mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orangorang
sebelumku dalam hal-hal yang kamu sekalian telah bersepakat dan telah kamu
jadikan sebagai kebiasaan yang baik. (Inu Kencana Syafi'ie, 2004: 20).
Kelemahan ini
dipergunakan oleh orang-orang di sekitarnya untuk mengejar keuntungan pribadi,
kemewahan dan kekayaan. Hal ini dimanfaatkan terutama oleh keluarganya sendiri
dari golongan Umayyah. Banyak pangkat-pangkat tinggi dan jabatan-jabatan
penting dikuasai oleh keluarganya. Pelaksanaan pemerintahan seperti ini, dalam
bahasa orang sekarang disebut nepotisme (kecenderungan untuk mengutamakan atau
menguntungkan sanak saudara (keluarga sendiri).
Visi dan Misi
Khalifah Utsman bin Affan, dalam pidato pelantikan Utsman bin Affan tergambar
bahwa beliau adalah sebagai seorang Sufi, dan citra pemerintahannya Iebih
bercorak agama ketimbang corak politik, dalam pidato itu Usman mengingatkan
beberapa hal penting :
1.
Agar
umat Islam tidak terpedaya dengan kemewahan dunia.
2.
Agar
umat Islam selalu berbuat baik sebagai bekal ke hari akhirat.
3.
Agar
umat Islam mau mengambil pelajaran (iktibar) dari masa lalu, mengambil yang
baik dan menjauhkan yang buruk.
4.
Sebagai
Khalifah ia akan menjalankan perintah Al Quran dan Sunnah.
5.
Ia
akan melakukan apa yang telah dilakukan pendahulunya.
6.
Umat
Islam boleh mengkritiknya jika ia menyimpang dari ketentuan hukum.
7.
Penyebaran
Islam pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan .
Pada masa
pemerintahannya perluasan daerah Islam diteruskan ke Barat sampai Maroko, ke
timur menuju India dan ke Utara bergerak ke arah Konstantinopel. Pada umumnya
perluasan wilayah Islam ini dilakukan karena memenuhi kehendak
jenderaI-jenderalnya. Namun pada saat Utsman bin Affan menjabat sebagai
Khalifah Utsman dituduh oleh sebahagian sahabat telah mengangkat keluarganya
untuk menduduki jabatan-jabatan istana. Pemberontakan dimulai di Mesir, kemudian
orang-orang yang sudah terbakar emosinya datang ke Madinah, tempat tinggal
Khalifah. Ia dikepung di rumahnya, karena menolak untuk menyerah maka ia
dibunuh oleh salah seorang pengacau, peristiwa itu terjadi pada tahun 656 H,
kemudian dipilihlah penggantinya yang akhirnya dipegang oleh Ali bin Abi
Thalib.
Peradaban pada
masa Khalifah Utsman bin Affan. Di antaranya jasa-jasa Utsman Bin Affan yang
Iain adalah tindakannya untuk menyalin dan membuat AI-Qur’an standar, yang di
dalam kepustakaan disebut dengan kodifikasi Al-Qur’an. Standardisasi AI-Qur’an
perlu diadakan, karena pada masa pemerintahannya wilayah Islam telah sangat
luas dan didiami oleh berbagai suku bangsa dengan berbagai bahasa dan dialek
yang tidak sama. Karena itu, di kalangan pemeluk agama Islam terjadi perbedaan
ungkapan dan ucapan tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang disebarkan melalui
hafalan. Perbedaan cara mengucapkan itu menimbulkan perbedaan arti. Berita
tentang ini sampai pada Utsman. Ia lalu membentuk Panitia yang kembali dipimpin
oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin naskah AI-Qur’an yang telah dihimpun di
masa Khalifah Abu Bakar dahulu, disimpan oleh Hafsah, janda Nabi Muhammad Saw.
Panitia ini bekerja dengan satu disiplin tertentu, menyalin naskah AI-Qur’an ke
dalam lima Mushaf (kumpulan lembaran-lembaran yang ditulis, dan Al Qur’an itu
sendiri disebut pula Mushaf), untuk dijadikan standar dalam penulisan dan
bacaan Al-Qur’an di wilayah kekuasaan Islam pada waktu itu. Semua naskah yang
dikirim ke ibukota Propinsi (Mekkah, Kairo, Damaskus, dan Baghdad) itu disimpan
dalam masjid. Satu naskah tinggal di Madinah untuk mengenang jasa Utsman,
naskah yang disalin di masa pemerintahnnya itu disebut Mushaf Utsmany
atau aI-Imam karena ia menjadi standar bagi Al-Qur’an yang lain.
Kemudian disalin dan diberi tanda-tanda bacaan di Mesir seperti yang kita Iihat
sekarang ini. Khalifah Utsman bin Affan menjalankan roda pemerintahannya selama
lebih kurang 12 Tahun.
Sumber Rujukan :
Wildan Yahya, dkk, 2017, Sejarah Peradaban Islam, Bandung :
LSIPK