Makalah Tafsir Ayat-ayat Sasaran Dakwah (Tafsir 2)
Merupakan salah satu makalah Tafsir mengenai Ayat-ayat Sasaran Dakwah pada mata kuliah Tafsir 2
BAB I
PENDAHULUAN
Dakwah perlu digerakkan sebagai membimbing manusia ke jalan yang
benar. Setiap Individu Muslim perlu bergandengan bahu untuk sama-sama
melaksanakan dakwah, menyampaikan ajaran Islam serta memberikan kesadaran
mengenai ketinggin Islam bagi mewujudkan masyarakat muslim yang terbaik.
Sebagai seorang
muslim dakwah adalah kewajiban. Tanpa proses dakwah islam tidak akan tersebar
luas. Maka dari itu sebagai seorang muslim perlu mengetahui seluk beluk dakwah.
Salah satunya kepada siapa sasaran kita berdakwah. Pemhaman tentang sasaran
dakwah sangat diperlukan sebab merupakan landasan filosofis dan normative untuk
menggerakan dakwah.
Menjaga satu sama
lain untuk terus berada dijalan kebaikan. Dalam surat At-Tahrim ayat 6
dijelaskan untuk menjaga diri sendiri dan keluarga dari api neraka. Berdasarkan
uraian diatas, maka penulis akan membahas mengenai “ Sasaran Dakwah dalam Surat
At-Tahrim ayat 6”.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sasaran Dakwah
Dakwah adalah agen perubahan, dan pembaharuan manusia yang mutlak dilakukan.
Dakwah adalah suatu aktifitas yang berorientasi pada
pengembangan masyarakat muslim . Dalam pengertian
agama, dakwah mengandung arti panggilan dari Allah dan Nabi untuk umat manusia
agar percaya kepada ajaran Islam dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu
kedalam segala aspek kehidupan.
Dalam berdakwah tentunya terdapat
objek dakwah atau sasaran dakwah. Sasaran dakwah itu sendiri adalah setiap orang atau sekelompok orang
yang dituju atau menjadi sasaran suatu kegiatan dakwah. Berdasarkan pengertian
tersebut maka setiap manusia tanpa membedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan,
pendidikan, warna kulit, dan lain sebagainya, adalah sebagai objek dakwah. Hal
ini sesuai dengan sifat keuniversalan dari agama Islam dan tugas kerisalahan
Rasulullah. Hal ini didasarkan kepada misi Nabi Muhammad
SAW yang diutus oleh Allah untuk mendakwahkan Islam kepada segenap umat
manusia, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Araf : 158
قُلْ يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
النَّبِيِّ الأمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ
تَهْتَدُونَ (158)
Bahwa sasaran
dakwah adalah manusia sebagai penerima dakwah baik individu maupun kelompok
bahkan umat islam maupun bukan atau manusia keseluruhan. Dakwah kepada manusia
yang belum beragama islam adalah untuk mengajak mereka kepada tauhid dan
beriman kepada Allah, sedangkan kepada manusia yang beragama Islam adalah
meningkatkan kualitas Iman, Islam dan Ihsan.
B.
Ayat Qur’an Mengenai Sasaran Dakwah
QS. At-Tahrim : 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Ayat Penguat :
QS. As-Syura’ : 14
وَمَا تَفَرَّقُوا
إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ
سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ
أُورِثُوا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ
“Dan mereka
(ahli kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu
pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu
ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab)
sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan
sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan
Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan
tentang kitab itu.”
QS. An-Nisa : 170
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ وَإِنْ
تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا
حَكِيمًا
“Wahai manusia!
Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa)
kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah (kepadanya), itu lebih baik bagimu[2].
Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena
sesungguhnya milik Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi. Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
QS. Al-Baqarah : 208-209
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (208) فَإِنْ زَلَلْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ
الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (209)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam
keseluruhannya, dan janganlah kalian turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya
setan itu musuh yang nyata bagi kalian (208). Tetapi jika kalian tergelincir
(dari jalan Allah) sesudah datang kepada kalian bukti-bukti kebenaran, maka
ketahuilah bahwasanya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana(209).”
QS. Yunus : 25
وَاللَّهُ يَدْعُو
إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Allah menyeru (manusia) ke
Darussalam (surga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus (Islam).”
C.
Arti Per-kata Surah At-Tahrim ayat 6
No.
|
Lafal
|
Makna
|
No.
|
Lafal
|
Makna
|
1.
|
يَاَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا
|
Hai orang-orang yang beriman
|
9.
|
عَلَيْهَا
|
Atasnya
|
2.
|
قُوْا
|
Peliharalah
|
10.
|
مَلاَئِكَةٌ
|
Malaikat
|
3.
|
اَنْفُسَكُمْ
|
Diri kalian
|
11.
|
غِلَاظٌ
|
Kasar
|
4.
|
وَاَهْلِيْكُمْ
|
Dan keluarga kalian
|
12.
|
شِدَادٌ
|
Keras
|
5.
|
نَارًا
|
Api (nerska)
|
13.
|
لَايَعْصُوْنَ
|
Tidak durhaka
|
6.
|
وَقُوْدُهَا
|
Yang bahan bakarnya
|
14.
|
مَااَمَرَهُمْ
|
Apa yang Dia perintahkan
|
7.
|
النَّاسُ
|
manusia
|
15.
|
يَفْعَلُوْنَ
|
Berbuat
|
8.
|
وَالْحِجَارَةُ
|
Dan batu
|
16.
|
مَايُؤْمَرُوْنَ.
|
Selalu mengerjakan
|
Dalam arti per-kata diatas terdapat makna kata secara kebahasaan yang berkaitan dengan maksud
sasaran dakwah pada surah At-Tahrim ayat 6 :
1)
قوا
انفسكم (at-Tahrim/66: 6)
Secara kebahasaan, kata quu
anfusakum terdiri dari dua suku kata, yaitu kata qu yang merupakan
bentuk amr lil jama’ (kata perintah untuk plural) dari waqa yang berarti
jagalah oleh kalian, dan kata anfusakum yang berarti diri kalian. Dengan
demikian, kata qu anfusakum dalam konteks ayat ini bermakna
perintah untuk senantiasa menjaga diri dan keluarga dari api neraka.
2) غلاظ شداد
(at-Tahrim/66: 6)
Secara kebahasaan, kata ghiladz
syidad terdiri dari dua suku kata, yaitu kata ghiladz yang merupakan
bentuk plural dari kata galiz, yang berarti keras, dan kata syidad yang
merupakan bentuk plural dari kata syadid, yang berarti kasar. Dengan demikian,
kata gilaz syadid dalam konteks ayat ini merupakan pendeskripsian sifat
para malaikat penjaga neraka yang sangat keras dan kasar dalam menyiksa para
penghuni neraka.
D.
Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul Quran surah At Tahrim
ayat 6 berkaitan dengan menghadapnya seorang sahabat nabi yang mengemukakan
bahwa ia telah berusaha menjaga dirinya dari api neraka kemudian Ia bertanya
Bagaimana cara menjaga keluarga, sahabat tersebut adalah Sayyidina Umar bin
khattab Radhiyallahu anhu.
Diriwayatkan ketika turun ayat ini
maka Sayyidina Umar bin khattab berkata: “Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga
diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?” Rasulullah Shallahu alaihia
wasalam. menjawab: “Larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang
mengerjakannya dan perintahkanlah mereka melakukan apa yang Allah memerintahkan
kepadamu melakukannya. Begitulah caranya meluputkan mereka dari api neraka.
Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras, mereka dikuasakan
mengadakan penyiksaan di dalam neraka, tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepadanya.”
E.
Munasabah
Pada ayat berikut ini, Allah memerintahkan orang
mukmin secara keseluruhan agar menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka
yang kayu bakarnya terdiri dari manusia dan batu. Allah memerintahkan agar
manusia mencegah dirinya dari perbuatan dosa, serta bertaubat dengan taubat
nasuha.
F.
Penafsiran
Menurut
Ibnu Katsir dalam tafsirnya,
bahwa Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur, dari seorang lelaki, dari
Ali ibnu Abu Talib r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka. (At-Tahrim: 6) Makna
yang dimaksud ialah didiklah mereka dan ajarilah mereka.
Ali ibnu Abu Talhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka. (At-Tahrim: 6) Yakni amalkanlah
ketaatan kepada Allah dan hindarilah perbuatan-perbuatan durhaka kepada Allah,
serta perintahkanlah kepada keluargamu untuk berzikir, niscaya Allah akan
menyelamatkan kamu dari api neraka.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan
makna firman-Nya: peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.
(At-Tahrim: 6) Yaitu bertakwalah kamu kepada Allah dan perintahkanlah kepada
keluargamu untuk bertakwa kepada Allah.
Qatadah mengatakan bahwa engkau
perintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan engkau cegah mereka dari
perbuatan durhaka terhadapNya. Dan hendaklah engkau tegakkan terhadap mereka
perintah Allah dan engkau anjurkan mereka untuk mengerjakannya serta engkau
bantu mereka untuk mengamalkannya. Dan apabila engkau melihat di kalangan
mereka terdapat suatu perbuatan maksiat terhadap Allah, maka engkau harus cegah
mereka darinya dan engkau larang mereka melakukannya. Hal yang sama telah
dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Muqatil, bahwa sudah merupakan suatu kewajiban
bagi seorang muslim mengajarkan kepada keluarganya—baik dari kalangan
kerabatnya ataupun budak-budaknya — hal-hal yang difardukan oleh Allah dan
mengajarkan kepada mereka hal-hal yang dilarang oleh Allah yang harus mereka
jauhi.
Semakna dengan ayat ini adalah hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Turmuzi melalui
hadis Abdul Malik ibnur Rabi' ibnu Sabrah, dari ayahnya, dari kakeknya yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَّلَاةِ إِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِينَ، فَإِذَا
بَلَغَ عَشْرَ سِنِينَ فَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا"
“Perintahkanlah kepada anak untuk
mengerjakan salat bila usianya mencapai tujuh tahun; dan apabila usianya
mencapai sepuluh tahun, maka pukullah dia karena meninggalkannya.”
Ini
menurut lafaz Abu Daud. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan. Imam Abu
Daud telah meriwayatkan pula melalui hadis Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari
kakeknya, dari Rasulullah Saw. hal yang semisal. Ulama fiqih mengatakan bahwa
hal yang sama diberlakukan terhadap anak dalam masalah puasa, agar hal tersebut
menjadi latihan baginya dalam ibadah, dan bila ia sampai pada usia balig sudah
terbiasa untuk mengerjakan ibadah, ketaatan, dan menjauhi maksiat serta
meninggalkan perkara yang mungkar.
Firman
Allah Swt.:
{وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ}
yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (At-Tahrim: 6)
Waqud
artinya bahan bakarnya yang dimasukkan ke dalamnya, yaitu tubuh-tubuh anak
Adam.
{وَالْحِجَارَةُ}
dan
batu.
(At-Tahrim: 6)
Menurut
suatu pendapat, yang dimaksud dengan batu adalah berhala-berhala yang dahulunya
dijadikan sesembahan, karena ada firman Allah Swt. yang mengatakan:
{إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ}
Sesungguhnya
kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahanam.
(Al-Anbiya: 98)
Ibnu Mas'ud, Mujahid, Abu Ja'far
Al-Baqir, dan As-Saddi mengatakan bahwa batu yang dimaksud adalah batu kibrit
(fosfor).
Mujahid
mengatakan bahwa batu itu lebih busuk baunya daripada bangkai.
Ibnu
Abu Hatim telah meriwayatkan hal ini, dia mengatakan bahwa telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sinan
Al-Minqari, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz (yakni Ibnu Abu Daud)
yang mengatakan bahwa telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat
ini, yaitu firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
(At-Tahrim: 6) sedangkan di hadapan beliau terdapat para sahabatnya yang di
antara mereka terdapat seorang yang sudah lanjut usianya, lalu orang tua itu
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah batu Jahanam sama dengan batu
dunia?"Nabi Saw. menjawab:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَصَخرة مِنْ صَخْرِ جَهَنَّمَ أعظمُ
مِنْ جبَال الدُّنْيَا كُلِّهَا".
Lalu
orang tua itu jatuh pingsan karena mendengarnya, maka Nabi Saw. meletakkan
tangannya di jantung orang tua itu dan ternyata masih berdegup, berarti dia
masih hidup. Maka beliau Saw. menyerunya (menyadarkannya) seraya bersabda,
"Hai orang tua, katakanlah, 'Tidak ada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah'." Maka orang tua itu membacanya sepuluh kali, dan Nabi Saw.
menyampaikan berita gembira masuk surga kepadanya. Maka para sahabat bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah di antara kita?" Rasulullah Saw. mengiakan
dan beliau membaca firman-Nya:
{ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ}
Yang
demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap)
kehadirat-Ku dan takut kepada ancaman-Ku. (Ibrahim: 14)
Hadis
ini mursal lagi garib.
Firman
Allah Swt.:
{عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ}
penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras. (At-Tahrim: 6)
Yakni
watak mereka kasar dan telah dicabut dari hati mereka rasa belas kasihan
terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah. Merekajuga keras, yakni bentuk
rupa mereka sangat keras, bengis, dan berpenampilan sangat mengerikan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu
Syabib, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Hakam ibnu Aban, telah
menceritakan kepada kami ayahku, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa apabila
permulaan ahli neraka sampai ke neraka, maka mereka menjumpai pada pintunya
empat ratus ribu malaikat penjaganya, yang muka mereka tampak hitam dan taring
mereka kelihatan hitam legam. Allah telah mencabut dari hati mereka rasa kasih
sayang; tiada kasih sayang dalam hati seorang pun dari mereka barang sebesar
zarrah pun. Seandainya diterbangkan seekor burung dari pundak seseorang dari
mereka selama dua bulan terus-menerus, maka masih belum mencapai pundak yang
lainnya. Kemudian di pintu itu mereka menjumpai sembilan belas malaikat
lainnya, yang lebar dada seseorang dari mereka sama dengan perjalanan tujuh
puluh musim gugur. Kemudian mereka dijerumuskan dari satu pintu ke pintu
lainnya selama lima ratus tahun, dan pada tiap-tiap pintu neraka Jahanam mereka
menjumpai hal yang semisal dengan apa yang telah mereka jumpai pada pintu
pertama, hingga akhirnya sampailah mereka ke dasar neraka.
Firman
Allah Swt.:
{لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ}
yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6)
Maksudnya, apa pun yang
diperintahkan oleh Allah kepada mereka, maka mereka segera mengerjakannya tanpa
terlambat barang sekejap pun, dan mereka memiliki kemampuan untuk mengerjakannya:
tugas apa pun yang dibebankan kepada mereka, mereka tidak mempunyai kelemahan.
Itulah Malaikat Zabaniyah atau juru siksa, semoga Allah melindungi kita dari
mereka.
Selain itu, terdapat juga penafsiran
menurut Al-Misbah yang berkesinambungan dengan tafsir Ibnu Katsir pada
surah At-Tahrim ayat 6, bahwa ayat di atas memberi tuntunan kepada kaum beriman
: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu
antara lain dengan meneladani Nabi saw. dan pelihara juga keluarga kamu
yakni istri, anak-anak dan seluruh yang berada di bawah tanggung jawab kamu
dengan membimbing dan mendidik mereka agar kamu semua terhindar dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia yang kafir dan juga
batu-batu antara lain yang dijadikan berhala-berhala. Serta yang menangani
neraka dan bertugas menyiksa penghuni-penghuninya adalah malaikat-malaikat yang
kasar-kasar hati dan perlakuannya, yang keras-keras perlakuannya dalam
melaksanakan tugas penyiksaan, yang tidak mendurhakai Allah menyangkut apa yang
Dia perintahkan kepada mereka sehingga siksa yang mereka jatuhkan – kendati
mereka kasar – tidak kurang dan tidak juga berlebih dari apa yang diperintahkan
Allah, yakni sesuai dengan dosa dan kesalahan masing-masing penghuni neraka dan
mereka juga senantiasa dan dari saat ke saat mengerjakan dengan mudah apa yang
diperintahkan Allah kepada mereka.
Dalam
penyiksaan itu, para malaikat tersebut senantiasa juga berkata: Hai orang-orang
kafir yang enggan mengakui tuntunan Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu
mengemukakan uzur yakni mengajukan dalih untuk memperingan kesalahan dan siksa
kamu pada hari ini. Karena kini bukan lagi masanya untuk memohon ampun atau
berdalih, ini adalah masa jatuhnya sanksi, sesungguhnya kamu saat ini hanya
diberi balasan sesuai apa yang kamu dahulu ketika hidup di dunia selalu
kerjakan.
Ayat
enam di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dari
rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah),
tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada
perempuan dan lelaki (ayah dan ibu) sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya
ayat yang memerintahkan berpuasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan
perempuan. Ini berarti kedua orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan
juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas
kelakuannya. Ayah atau ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah
tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang
harmonis.
Dalam Tafsir Al-Maraghi yang
berkaitan dengam surah At-Tahrim ayat 6 ini bahwa, wahai orang-orang yang
percaya kepada Allah dan Rasul-Nya hendaklah sebagian dari kamu memberitahukan
kepada sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dirimu dari api neraka dan
menjauhkan kamu dari padanya, yaitu ketaatan kepada Allah dan menuruti segala
perintah-Nya. Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang
dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka. Dan bawalah mereka
dari yang demikian ini melalui nasehat dan pengajaran. Semakna dengan ayat ini
ialah firman-Nya:
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (Thaha [20]:
132)
“Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Asy-Syu’ara [26]: 214)
Telah diriwayatkan, bahwa Umar
berkata ketika turun ayat itu, “Wahai Rasulullah, kita menjaga diri kita
sendiri, tetapi bagaimana kita menjaga keluarga kita?” Rasulullah saw
menjawab,”Kamu larang mereka mengerjakan apa yang dilarang Allah untukmu,
dan kamu perintahkan kepada mereka apa yang diperintahkan Allah kepadamu, itulah
penjagaan antara diri mereka dengan neraka. Telah dikeluarkan oleh Ibnu
Munzir dan Al-Hakim di dalam Jama’ah Akharin, dari Ali Karamallahu wajhah,
bahwa dia mengatakan tentang ayat itu, “Ajarilah dirimu dan keluargamu
kebaikan dan didiklah mereka.” Yang dimaksud dengan al-ahl (keluarga) di
sini mencakup istri, anak, budak laki-laki dan perempuan. Di dalam ayat ini
terdapat isyarat mengenai kewajiban seseorang suami mempelajari fardu-fardu
agama yang diwajibkan baginya dan mengajarkannya kepada mereka. Termuat di
dalam hadits:
رَحِمَ
اللهُ رَجُلا قَالَ يَااَهْلاهْ : صَلاتَكُمْ صِيَامَكُمْ زَكَاتَكُمْ مِسْكِيْنَكُمْ
يَتِيْمَكُمْ جِيْرَانَكُمْ. لَعَلَّ اللهُ
يَجْمَعُكُمْ مَعَهُمْ فِى الْجَنَّةِ
“Allah
telah mengasihi seorang lelaki yang mengatakan, wahai keluargaku, jagalah
shalatmu, puasamu, zakatmu, orang miskinmu, orang yatimmu dan tetanggamu semoga
Allah mengumpulkan kamu dengan mereka di dalam surga”
BAB III
PENUTUP
A.
Pesan Moral
Dari
Pembahasan diatas, maka pesan moral yang dapat diambil adalah :
1)
Perintah Taqwa Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan berdakwah
Dalam ayat ini firman Allah ditujukan
kepada orang-orang yang percaya kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya mereka,
menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia
dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah, dan mengajarkan
kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada perintah Allahuntuk
menyelamatkan mereka dari api neraka. Api neraka disediakan bagi parakafir /
pendurhaka yang tidak mau taat kepada Allah dan yang selalu berbuatmaksiat.
Neraka adalah balasan setimpal bagi para pembuat kemungkaran,kemusyrikan dan
kekacauan. Bahan bakar api neraka seperti dijelaskan dalam ayat diatas
adalah manusia, sungguh mengerikan tidak dapat kita bayangkan manusiamenjadi
bahan bakar dan juga bahan bakarnya adalah batu, dalam tafsir ibnu katsir
dijelaskan bahwa batu yang dimaksud adalah batu yang sering dijadikansesembahan
oleh para musyrikin atau berhala.
Oleh karena itu kita diwajibkan oleh
Allah untuk taat kepada-Nya supaya selamat daripada siksa-Nya. Caranya membina
diri kitaterlebih dahulu dalam mendalami akidah dan adab islam kemudian setelah
kitamampu melaksanakan maka kita wajib mendakwahkan kepada yang lain yaitu
orang-orangterdekat kita / keluarga yaitu orang tua, istri, anak, adik, kakak
dan karib kerabat, diijelaskan dengan firman-Nya:
2)
Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka
Banyak
sekali amalan shalih yang menjadikanseseorang masuk surga dan dijauhkan dari
api neraka, misalnya bersedekah,berdakwah, berakhlaq baik, saling tolong
menolong dalam kebaikan dansebagainya. Di antara cara menyelamatkan diri dari
api neraka itu ialahmendirikan shalat dan bersabar, sebagaimana firman Allah
Subhanahu Wa Ta’ala .
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَ لَيْهَا
Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu
mengerjakannya (QS. Taha: 132).
3)
Pentingnya pendidikan islam sejak dini
Memang
sudah menjadi fitrah dari setiap manusia yang sudah berkeluarga senantiasa
mendambakan seorang anak. Anak yang lahirakan disambut dengan sukacita; sang
istri bahagia merasa dinobatkan menjadi ‘ibu’,suatu predikat yang sangat mulia;
sang suami merasa seakan sempurna akandipanggil ‘ayah’.
Kebahagiaan
ini akan senantiasa bertambah jika tumbuh kembang sang ‘anak’sehat dan si anak
menunjukkan prestasi yang sesuai dengan harapan ayah danibunya. Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan
orangtualahanak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Saat si kecil tumbuh
danberkembang, ia begitu lincah dan memikat. Anda begitu mencintai dan
banggakepadanya. Namun mungkin banyak dari kita para orangtua yang belum
menyadaribahwa sesungguhnya dalam diri si kecil terjadi perkembangan potensi
yang kelakakan berharga sebagai sumber daya manusia. Banyak orang tua “salah
asuh” kepadaanak sehingga perkembangan fisik yang cepat diera globalisasi ini
tidakdiiringi dengan perkembangan mental dan spiritual yang benar kepada
anaksehingga banyak prilaku kenakalan-kenalakan oleh para Remaja.
Dalam
lima tahun pertama seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk
berkembang. Pada usia ini 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Karena itu,
di masa-masa inilah anak-anak seyogyanya mulai diarahkan. Karena saat-saat
keemasan ini tidak akan terjadi dua kali,sebagai orang tua yang proaktif kita
harus memperhatikan benar hal-hal yangberkenaan dengan perkembangan sang buah
hati, amanah Allah. Rasulullah jugamemeberitahu betapa pentingnya / Urgensi
mendidik anak sejak dini , dalamhadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam
:
“Setiap
anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka hanya kedua orang tuanyalah
yangakan menjadikannya seorang yahudi atau seorang nasrani atau seorang majusi”.(HR.Bukhari)
Dari
hadits di atas jelaslah bahwa setiap baniadam yang terlahirkan di dunia ini
dalam keadaan fitrah (dalam keadaan islam),karena sesungguhnya setiap bani adam
sebelum ia terlahirkan ke dunia (masihdalam kandungan), ia sudah berikrar
dengan kalimat syahadat yaitu bersaksibahwa tiada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah Subhanallahu wa Ta’ala danMuhammad adalah hamba dan utusan Allah
Subhanallahu wa Ta’ala. Sedangkan yangmenjadikan anak itu menjadi seorang
yahudi, nasrani, dan majusi melainkan itusemua karena peranan dari kedua orang tuanya.
Anak
pada usia 0 sampai 6 tahun bagian otak yang berfungsi hanyalah otak bagiankiri
yang berperan menangkap apa-apa yang ada di sekitarnya (masa-masa
membeo),sedangkan otak yang berperan sebagai penyaring (otak bagian kanan)
belumberfungsi, ketika anak berusia 7-8 tahun otak bagian kanan baru
mulaiberfungsi, dan baru mampu membedakan mana yang boleh dan tidak, mana yang
baikdan buruk. Maka sebagai
orang tua yang ingin anaknya menjadi anak saleh makatidak akan menyia-nyiakan
masa ini (umur 5-9 tahun) untuk mengajari anakdisiplin, tata pergaulan, rajin
sholat dan mengaji, mengajari adab dan sopansantun, mengajari ilmu-ilmu terapan
dsb. Karena bagi anak hal itu akan lebihmudah diserap daripada mengajari anak
jika telah menginjak usia remaja hal itutentu akan lebih sulit tak bahkan
jarang orang tua akan menemukan pembangkangandari anak, karena seperti pepatah
“belajar diwaktu kecil seperti mengukirdiatas batu dan masuknya ilmu semudah
masuknya sesuatu kedalam air”, “belajar diwaktu dewasa seperti mengukir diatas
air dan masuknya ilmu sesulit mengukir diatas batu.
Inilah Pendidikan Islam sejak dini yang
seringdiremehkan oleh kebanyakan orang tua jaman sekarang yang terlalu sibuk
denganpekerjaannya masing-masing sehingga lupa tanggung jawab yang besar yaitupendidikan
mengenal Tuhannya atau pendidikan Islam yang merupakan faktor utamakemajuan
sebuah bangsa. Sebuah bangsa akan maju jika umat manusia patuh kepadaperintah
Allah Subhanahu Wa Ta’ala , karena
kemajuan sebuah bangsa tidakakan tercapai tanpa ridha dari Allah
Subhanahu Wa Ta’ala . Seperti zaman keemasan pada saat Rasulullah SAW masih
hidup kemudian diteruskan oleh parasahabatnya/ khulafaur rasyidin.
4)
Keimanan kepada para malaikat
Ayat
diatas mengandung pelajaran keimanan kita kepada sifat para malaikat yangsuci
dari dosa dan tidak pernah membangkang apa yang diperintahkan oleh Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Berbeda dengan manusia dan jin yang kadang taat kadang
pulamelanggar bahkan ada juga yang tidak pernah taat sama sekali atau selalu berbuat
maksiat.
Dalam al-Qur'an dijelaskan bahwa dalam
nerakaada sembilan belas malaikat yang ditugasi menjaga neraka dan pemimpinnya
adalah malaikat Malik. Sebagaimana firman Allah tentang Neraka Saqar :
وَمَآ أَدۡرَٮٰكَ مَا سَقَرُ (٢٧) لَا تُبۡقِى وَلَا تَذَرُ (٢٨)
لَوَّاحَةٌ۬ لِّلۡبَشَرِ (٢٩) عَلَيۡہَا تِسۡعَةَ عَشَرَ (٣٠)
“Tahukah
kamu apa Saqor itu? Saqor itu tidak meninggalkan dan membiarkan.(Neraka Saqor)
adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas(malaikat
Zabaniah). Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan malaikat.”
(Al-Muddassir [74] : 27-30).
B. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kandungan
surah At-Tahrim ayat 6
mengajarkan kepada kita tentang perintah berdakwah kepada kaum kerabat dengan
dimulai dari diri sendiri dan keluarga.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan
orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bahan
bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan
perintah Allah swt. Mereka juga diperintahkan untuk mengajarkan kepada
keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah swt untuk menyelamatkan
mereka dari api neraka. Keluarga merupakan
amanat yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun
ruhani.
Selain itu, kandungan ayat ini
adalah dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Ayat di atas walau
secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti
hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan lelaki (ayah
dan ibu) sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya ayat yang memerintahkan
berpuasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua
orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing
sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Ayah atau ibu
sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh
nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.
Jadi, perintah berdakwah yang
pertama kali adalah kepada diri sendiri dan keluarga. Karena dari keluarga
itulah akan terbentuk umat. Dari dalam umat itulah akan tegak masyarakat Islam.
Masyarakat Islam adalah suatu masyarakat yang bersamaan pandangan hidup,
bersamaan penilaian terhadap Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. (2017, January
9). Coretan Mang Santri. Retrieved from
http://blogcoretanmangsantri.blogspot.com/2017/01/tafsir-al-quran-surat-at-tahrim-66-ayat.html
Prasetia, S. (2016, November 28). Hidup
Bermanfaat itu Indah. Retrieved from
https://senata-prasetia.blogspot.com/2016/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Sukayat, T. (2015). Ilmu Dakwah
Perspektif Filsafat Mabadi 'Asyarah. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Syamsuddin, S. (2018, Februari 4). Pendidikan
Islam. Retrieved from
http://sunardins.blogspot.com/2018/02/siapa-sasaran-dakwah-kita.html
Tafsir Ibnu Katsir. (2015, Oktober 25).
Retrieved from
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-at-tahrim-ayat-6-8.html
Wahyudi, I. (n.d.). Mamahami dan
Mengamalkan Makna Surah At-Tahrim Ayat 6. Retrieved from
https://www.facebook.com/notes/iman-wahyudi/belajar-memahami-mengamalkan-makna-surat-at-tahrim-ayat-6-%D8%A7/10151757810138420/