Makalah Teori Peniti Penyambung (The Linking Pin Model) Rensis Likert (Komunikasi Kelompok)
Makalah Teori Peniti Penyambung (The Linking Pin Model) Rensis Likert pada mata kuliah Komunikasi Kelompok
BAB I
A. Latar Belakang Penelitian
B.
Rumusan Masalah Penelitian
C.
Tujuan Penelitian
D.
Manfaat Penelitian
BAB II
A.
Biografi Rinses Likert
B.
Teori Peniti Penyambung
C.
Model Teori Peniti Penyambung
D.
Teori Empat Sistem Manajemen
E.
Kritik Teori Peniti Penyambung
BAB III
A.
Simpulan
B.
Saran
Disusun Oleh :
Fitria Nur Hasannah
Nipha Devina Sanchia
Nadya Zulfa Imaniar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Komunikasi merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh setiap manusia didalam kehidupan. Komunikasi sangat berarti dan juga beragam.
Dalam komunikasi terdapat komunikasi Intrapribadi, Antarpribadi, hingga sampai
kepada komunikasi kelompok yang melibatkan unsur
komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi didalamnya.
Dalam berkomunikasi kelompok, tentu wilayah komunikasinya lebih luas dan membutuhkan berbagai macam trik serta cara-cara berkomunikasi dalam kelompok. Oleh karena itu dibutuhkan beberapa pengetahuan mengenai teori-teori
komunikasi dan juga komunikasi kelompok agar dapat memudahkan dan mendapatkan
hasil yang dinginkan oleh seseorang ataupun suatu kelompok dalam menyampaikan
isi pesan komunikasi.
Salah satu teori yang dapat digunakan dalam
berkomunikasi kelompok adalah teori peniti penyambung yang dikemukakan oleh
Rensis Likert. Dalam penerapannya, teori ini juga tidak hanya digunakan untuk
komunikasi kelompok saja, namun juga dapat diterapkan dalam komunikasi di
organisasi. Karena teori ini dapat menjelaskan bagaimana seharusnya seseorang
yang memiliki kedudukan dalam suatu organisasi dapat mengayomi dan
mengkomunikasikan pesan yang akan disampaikan kepada anggotanya lebih efektif. Untuk itulah perlunya kita mengkaji teori ini untuk
kehidupan baik dalam masyarakat maupun juga dalam komunitas, kelompok, himpunan
yang membutuhkan keefektifan komunikasi tingkat tinggi.
B.
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar
belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Siapa itu Rensis Likert, dan seperti apa biografinya ?
2. Apa yang dimaksud dengan teori peniti
penyambung ?
3. Bagaimana model dari teori peniti penyambung ?
4. Apa yang dimaksud dengan teori empat sistem
manajemen ?
5. Bagaimana tanggapan atau kritik teori peniti
penyambung menurut para ahli ?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Makalah ini adalah :
1.
Mengetahui
biografi dari Rensis Likert.
2.
Mengetahui
pengertian dari teori peniti penyambung.
3.
Mengetahui
model atau gambaran dari teori peniti penyambung.
4.
Mengetahui apa
pengertian dan gambaran mengenai teori empat sistem manajemen.
5.
Mengetahui
adanya kritik terhadap teori peniti penyambung.
D.
Manfaat Penelitian
Supaya kami beserta
para pembaca dapat mengetahui serta memahami biografi Rensis Likert, arti dari teori
peniti penyambung, model atau gambaran teori peniti penyambung, arti dan
gambaran teori empat sistem manajemen serta kritik yang muncul terhadap teori
peniti penyambung.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Rinses Likert
Rensis Likert lahir pada tanggal 5 Agustus 1903 di Cheyenne, Wyoming,
Amerika. Likert lahir dari pasangan
George Herbert Likert dan Cornelia Adrianne (Cora) Likert di Cheyenne, Wyoming,
US. di mana ayahnya adalah seorang insinyur di Union Pacific Railroad.
Likert menerima gelar BA di bidang ekonomi dari
University of Michigan pada tahun 1926.
Ilmu-ilmu sosial tahun 1920-an yang sangat eksperimental dan dimasukkan banyak
aspek psikologi modern. Pada tahun 1932 Likert menerima gelar Ph.D. Psikologi
dari Universitas Columbia. Likert meninggal pada 3 September 1981 di Ann Arbor,
Michigan, Amerika pada usia 78 tahun, meninggalkan istrinya yang berusia
53 tahun, Jane Gibson (3 Juni 1902 - 29 November 1997). Keduanya dimakamkan di
Forest Hill Cemetery di Ann Arbor.
B.
Teori Peniti Penyambung
Likert berjasa mengembangkan suatu teori
terkenal yang disebut teori atau model peniti penyambung (the linking pin
model) yang menggambarkan struktur organisasi. Konsep peniti penyambung
berkaitan dengan kelompok-kelompok yang tumpang tindih. Setiap penyelia
merupakan anggota dari dua kelompok: sebagai pemimpin unit yang lebih rendah
dan anggota unit yang lebih tinggi.
Penyelia berfungsi sebagai peniti penyambung,
mengikat kelompok pekerja satu dengan yang lainnya pada tingkat berikutnya.
Struktur peniti penyambung menunjukan hubungan antar kelompok alih-alih
hubungan antar pribadi. Organisasi dengan struktur peniti penyambung
menggalakan orientasi ke atas daripada orientasi ke bawah ;komunikasi, pengaruh
pengawasan, dan pencapaian tujuan diserahkan ke atas dalam organisasi. (R.
Wayne Pace Don F. Faules, 1998:52) dalam desain yang demikian, dimungkinkan
adanya kepimimpinan dan pengambilan keputusan bersama, karena tidak ada perbedaan tajam antara peranan atasan dengan bawahan.
(M.T. Myers, 1987: 74)
C.
Model Teori Peniti Penyambung
Penerapan:
Contoh dalam sebuah perusahaan terdiri dari satu orang
presdir, yang menduduki posisi tertinggi. Dibawah posisi presdir terdapat
direktur yang dalam satu perusahaan dapat diduduki oleh beberapa direktur.
Tepat dibawah direktur biasanya diduduki oleh manajer-manajer dan manajer ini
biasanya memiliki anggota yang disebut supervisor. Model ini biasanya
diterapkan pada perusahaan yang memiliki cabang.
D.
Teori Empat Sistem Manajemen
Teori
Empat Sistem (bahasa Inggris : Four
Sistems Theory) adalah salah satu teori komunikasi yang mengkaji hubungan
antar manusia melalui hasil dari produksinya dilihat dari kacamata manajemen. Rensis Linkert dari Universitas Michighan mengembangkan
model peniti penyambung (linking pin model) yang menggambarkan struktur
organisasi. Menurut Luthans (1973) struktur peniti penyambung ini cenderung
menekankan dan memudahkan apa yang seharusnya terjadi dalam struktur klasik
yang birokratik. Ciri organisasi berstruktur peniti penyambung adalah lambatnya
tindakan kelompok, hal ini harus diimbangi dengan memanfaatkan partisipasi yang
positif. Bila seseorang memperhatikan dan memelihara pekerjanya dengan baik
maka operasional organisasi akan membaik.
Fungsi-fungsi manajemen berlangsung dalam
empat sistem:
-
Sistem Pertama : Sistem yang
penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan
besi dan tidak memerlukan umpan balik. Atasan tidak memiliki kepercayaan
terhadap bawahan dan bawahan tidak memiliki kewenangan untuk mendiskusikan
pekerjaannya dengan atasan. Akibat dari konsep ini adalah ketakutan, ancaman
dan hukuman jika tidak selesai. Proses komunikasi lebih banyak dari atas
kebawah.
-
Sistem Kedua : Sistem yang lebih lunak dan otoriter dimana
manajer lebih sensitif terhadap kebutuhan karyawan. Manajer berkenan untuk percaya pada bawahan dalam hubungan
atasan dan bawahan, keputusan ada di atas namun ada kesempatan bagi bawahan
untuk turut memberikan masukan atas keputusan itu.
-
Sistem Ketiga : Sistem konsultatif dimana pimpinan mencari
masukan dari karyawan. Disini karyawan bebas berhubungan dan berdiskusi dengan
atasan dan interaksi antara pimpinan dan karyawan nyata. Keputusan di tangan
atasan, namun karyawan memiliki andil dalam keputusan tersebut.
-
Sistem Keempat : Sistem
partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan. Disini
manajemen percaya sepenuhnya pada bawahan dan mereka dapat membuat keputusan.
Alur informasi keatas, kebawah, dan menyilang. Komunikasi kebawah pada umumnya
diterima, jika tidak dapat dipastikan dan diperbolehkan ada diskusi antara
karyawan dan manajer. Interaksi dalam sistem terbangun, komunikasi keatas
umumnya akurat dan manajer menanggapi umpan balik dengan tulus. Motivasi kerja
dikembangkan dengan partisipasi yang kuat dalam pengambilan keputusan,
penetapan goal setting (tujuan) dan penilaian .
Rensis Likert, seorang ahli teori mengenai
hubungan antarmanusia, memfokuskan perhatiannya pada anggota organisasi terkait
dengan perasaan dan kebutuhan mereka. Pendekatan yang dilakukan Likert melihat
pada hubungan antar manusia sebagai instrumen manajemen. Ide dasar teori ini
adalah bahwa jika pimpinan atau manajer organisasi memiliki kepedulian dan
memberikan dukungan kepada karyawan atau bawahan maka karyawan atau bawahan
akan memiliki motivasi kerja lebih besar sehingga menjadi lebih produktif.
Likert telah melakukan banyak penelitian
mengenai perilaku manusia dalam organisasi khususnya pada perusahaan industri.
Ia telah meneliti berbagai jenis organisasi dan berbagai gaya kepimpinan
manajer, dan Likert menyatakan perusahaan yang ingin meraih keuntungan maksimal
memiliki hubungan baik dengan karyawan sekaligus meraih kinerja dan
produktivitas yang tinggi maka setiap organisasi harus memaksimalkan sumber
daya manusia mereka.
Menurut Likert, bentuk organisasi yang dapat
memanfaatkan secara maksimal sumber daya manusianya adalah organisasi yang
memiliki “highly effective work groups linked together in an overlapping
pattern by other similarly effective groups” (berbagai kelompok kerja
efektif yang saling berhubungan dalam suatu pola tumpang-tindih dengan kelompok
efektif sejenis lainnya).
Suatu departemen atau bagian pada organisasi
akan menjadi tidak efisien jika dipimpin oleh seorang manajer yang terlalu
memusatkan perhatiannya pada pekerjaan atau kegiatan kerja (job centred)
bawahannya. Mereka mengupayakan agar bawahannya terus bekerja dan sibuk dengan
pekerjaannya dengan cara memberikan jadwal kerja yang detail dalam ukuran atau
standar waktu tertentu. Pekerjaan dibagi ke dalam sejumlah kegiatan dan
memberikan tekanan terus-menerus untuk mencapai hasil tertentu dengan
menggunakan seluruh sumber daya yang tersedia.
Departemen atau bagian yang efisien biasanya
memiliki manajer yang memberikan perhatian pada manusia (people centred),
memusatkan perhatian pada aspek manusia dengan membentuk kelompok-kelompok
kerja efektif untuk mengejar prestasi kerja tinggi. Manajer tidak melakukan
pengawasan kepada bawahan secara detail tapi hanya bersifat umum dengan
memberikan target yang juga bersifat umum (overall target) dan karenanya
tidak memberikan instruksi atau metode kerja yang terperinci. Manajer berupaya
untuk mengetahui bawahannya sebagai individu atau lebih mengutamakan pendekatan
personal kepada bawahannya. Mereka menerima partisipasi penuh dalam pengambilan
keputusan dan memandang karyawan sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk ikut serta dalam
proses pengambilan keputusan.
Saat ini, organisasi memiliki berbagai tipe gaya
manajemen namun Likert menyatakan adanya empat sistem manajemen yang utama
yaitu: eksploitatif-otoritatif, benevolen-otoritatif, konsultatif, dan kelompok
partisipatif sebagaimana skema berikut :
Sistem 1 :
Eksploitatif-Otoritatif
·
Pada sistem ini manajemen menggunakan rasa takut dan ancaman kepada
bawahannya.
·
Pimpinan memutuskan segala persoalan tanpa meminta umpan balik
dari bawahan.
·
Motivasi terbentuk karena adanya ancaman.
·
Komunikasi berlangsung dari atas ke bawah dengan sebagian besar keputusan
diambil oleh pimpinan.
·
Rasa tanggungjawab untuk mencapai tujuan yang diinginkan hanya ada pada
pimpinan sedangkan bawahan sama sekali tidak memiliki.
·
Atasan dan bawahan sedikit sekali melakukan komunikasi.
Sistem 2 :
Benevolen-Otoritatif
·
Motivasi kerja terbentuk jika ada penghargaan dan hadiah (reward).
·
Informasi dapat mengalir dari bawah ke atas namun terbatas pada hal-hal
yang ingin didengar oleh atasan.
·
Pimpinan mengambil keputusan yang terkait dengan kebijakan tertentu namun
mendelegasikan atau memberikan kewenangan kepada bawahan untuk mengambil jenis
keputusan tertentu.
·
Rasa tanggungjawab entuk mencapai tujuan yang diinginkan hanya ada pada
pimpinan dan manajer tingkat menegah sedangkan bawahan sama sekali tidak memiliki.
Sistem 3 :
Konsultatif
·
Pada sistem ini pimpinan berkonsultasi dengan karyawan atau bawahan namun
pimpinan tetap memegang kontrol perusahaan.
·
Pimpinan cukup memberikan kepercayaan kepadan bawahan walaupun belum
sepenuhnya.
·
Komunikasi mengalir baik secara vertikal maupun horizontal. Terdapat
semangat kerja kelompok yang cukup memadai walaupun motivasi yang muncul masih
berdasarkan penghargaan atau hadiah yang dijanjikan.
·
Rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang diinginkan sudah menjangkau
manajer tingkat rendah.
Sistem 4 :
Kelompok Partisipatif
·
Pimpinan memberikan peluang sepenuhnya kepada karyawan dalam proses
pengambilan keputusan, dengan demikian terdapat kepercayaan besar kepada
bawahan.
·
Motivasi terbentuk karena adanya penghargaan ekonomi berdasarkan tujuan
yang ditentukan bersama.
·
Seluruh individu pada setiap tingkatan memiliki rasa tanggung jawab yang
riil untuk mencapai tujuan organisasi.
·
Komunikasi berlangsung secara intensif dalam segala arah secara terbuka dan
terus terang serta hubungan atasan bawahan yang dekat.
·
Pengambilan keputusan melalui proses dalam kelompok dan masing-masing
kelompok terhubung satu sama lain melalui individu yang menjadi anggota dari
beberapa kelompok.
Sistem
manajemen yang ideal bagi likert adalah sistem yang disebut suatu “sistem
interaksi pengaruh”. Cara yang efektif untuk mengintegrasikan sasaran kelompok
kerja dan sasaran organisasi dilaksanakan dengan sarasehan masalah antara
atasan dan bawahan. Bagi Likert manajemen pada hakekatnya adalah suatu proses
relatif. Tidak ada hukum-hukum umum yang dapat diberlakukan pada setiap
situasi.
Seorang manajer harus menyesuaikan gayanya
dengan kelompok yang dipimpinnya. Ada 4 sistem manajemen Likert yaitu :
Sistem 1 Organisasi Otoriter Pemeras (exploitative
authoritative organization)
-
Kepemimpinan : Tak ada kepercayaan. Tak ada perilaku penunjang. Tak bebas
membahas.
-
Motivasi : Menarik pada fisik. Kebutuhan ekonomi dan
status. Memusuhi sasaran organisasi. Top manajemen hanya merasa bertanggung
jawab untuk tercapainya sasaran.
-
Komunikasi : Sedikit kebawah. Tak ada keatas. Dipandang
dengan curiga. Tak ada tanggung jawab dirasakan bawahan. Banyak distorsi.
-
Interaksi dan Pengaruh : Sedikit
interaksi. Tidak percaya. Tak ada kerjasama. Bawahan tak berpengaruh kecuali
melalui serikat buruh. Atasan berpengaruh jika dapat memakai hukuman.
-
Pengambilan keputusan : Hanya
dipuncak. Informasi tak memadai. Motivasi buruk untuk melaksanakan keputusan.
Kerjasama dihambat yang dipakai hanya skill teknis dari puncak.
-
Penetapan sasaran : Sasaran
prestasi tinggi yang diperintahkan oleh puncak; ditolak oleh bawahan.
-
Pengawasan : Hanya oleh puncak. Banyak distorsi sistem
informasi menentang sasaran sistem formal. Data kontrol dipakai untuk tujuan
menghukum.
-
Sasaran presentasi: Level rata-rata. Sumber daya cukup.
Sistem II Organisasi Otoriter Pemurah (benevolent
authoritative organization)
-
Kepemimpinan : Menurunnya kepercayaan. Menurunnya perilaku
penunjang. Sedikit bebas membahas.
-
Motivasi : Menarik pada ekonomi. Kebutuhan status dan
prestasi. Sedikit memusuhi sasaran. Organisasi manajemen bertanggung jawab
untuk tercapainya sasaran.
-
Komunikasi: Sedikit ke bawah. Sedikit keatas. Dipandang dengan hati-hati.
Beberapa distorsi. Sistem kotak saran.
-
Interaksi dan Pengaruh : Sedikit
interaksi. Hati-hati. Sedikit kerja sama. Bawahan sedikit berpengaruh kecuali
melalui serikat buruh. Pengaruh dijalankan secara vertikal.
-
Pengambilan keputusan : Di puncak.
Sebagian diambil dari bawah, tapi dicek di puncak sebelum tindakan. Informasi
tak memadai. Sedikit motivasi untuk melaksanakan keputusuan. Kerjasama dihambat
skill teknis dari puncak dan menengah.
-
Penetapan sasaran : Sasaran
prestasi tinggi yang diusahakan oleh puncak; lahiriah diterima oleh bawahan
tapi agak ditolak.
-
Pengawasan : Umumnya oleh puncak, sebagian oleh tengah.
Banyak kekuatan utuk menyimpang. Sistem informasi sebagian menolak sasaran
sistem formal. Data kontrol untuk mengawasi dan membimbing.
-
Sasaran presentasi : Level tinggi.
Sumber daya baik.
Sistem III Organisasi Konsultatif (consultative
organization)
-
Kepemimpinan : Banyak kepercayaan. Sokongan baik. Agak
bebas membahas.
-
Motivasi : Kebutuhan ekonomis dan hasrat untuk
pengalaman baru. Sikap baik terhadap asasaran organisasi. Bawahan merasa
bertanggung jawab untuk tercapainya sasaran.
-
Komunkasi : Agak banyak ke atas dan ke bawah. Agak
akurat. Ke samping cukup sampai baik.
-
Interaksi dan Pengaruh : Interaksi
sedang. Kepercayaan cukup. Pengaruh sedang dari bawahan. Struktur cukup baik
memungkinkan saling berpengaruh dari bagian-bagian organisasi.
-
Pengambilan Keputusan : Kebijakan di
puncak. Keputusan spesifik lebih rendah. Informasi cukup akurat. Ada motivasi
untuk melaksanakan karena kebanyakan terlibat kerjasama. Sebagian skill teknis
di semua level.
-
Penetapan Sasarann : Sasaran
ditetapkan sesudah dibahas dan bawahan; adakalanya penolakan oleh bawahan.
-
Pengawasan : Sebagian oleh puncak dan menengah, beberapa
distorsi. Pelimpahan, peninjauan dan pengawasan sedang sistem informasi
kadang-kadang menyokong, kadang-kadang menolak sasaran sistem formal. Data
kontrol dipakai untuk mengawaasi tetapi penekanan pada imbalan, bimbingan dan
swadaya.
-
Sasaran Presentasi : Level sangat
tinggi. Sumber daya baik sekali.
Sistem IV Organisasi Parsitipasi (participative
organization)
-
Kepemimpinan : Kepercayaan penuh. Sokongan penuh. Bebas
membahas.
-
Motivasi : Semua kebutuhan partisipasi dan keterlibatan
dalam menetapkan sasaran. Semua merasa bertanggung jawab tercapainya sasaran.
-
Komunikasi : Banyak sekali semua arah. Akurat dan
dipercaya. Antar pribadi akurat. Persepsi akrab.
-
Interaksi dan Pengaruh : Interaksi
luas. Bersahabat. Percaya. Kerjasama baik. Pengaruh bawahan luas. Struktur
sangat efektif, memungkinkan saling berpengaruh.
-
Pengambilan Keputusan : Luas.
Dilaksanakan. Informasi lengkap dan akurat. Motivasi kuat untuk melaksanakan.
Kerja sama didorong skill teknis di semua level.
-
Penetapan Sasaran : Sasaran
ditetapkan melalui partisipasi kelompok. Diterima sepenuhnya.
-
Pengawasan : Seluruhnya informasi akurat. Peninjauan di
semua level. Data kontrol dipakai untuk swadaya dan koordinasi.
-
Sasaran Presentasi : Level paling
tinggi sumber daya.
E.
Kritik Teori Peniti Penyambung
·
Pergerakan dari model teori ini membantu praktisi dan peneliti untuk lebih
mengerti bahwa manusia mempunyai kebutuhan akan pengakuan dan nilai-nilai
sesuai dengan fungsinya dalam organisasi. Teori ini telah menyediakan
alternatif pemikiran dalam menilai alam komunikasi pada organisasi, kedinamisan
kelompok, dan kepemimpinan, juga telah menghasilkan panduan yang berguna dalam
memperbaiki komunikasi antar pribadi dalam sebuah organisasi. Walaupun begitu
pergerakan dalam model ini pada dasarnya mengambil dari contoh-contoh yang
terlalu ekstrem dan terpatri dalam penilaian kasus-kasus yang sangat serius.
·
Teori ini gagal dalam memperhitungkan akibat dari variabel yang bukan
disebabkan oleh faktor manusia seperti elemen-elemen struktur organisasi dan
fungsi.
·
Sistem 4 berhasil baik pada kelompok-kelompok kecil dimana kepercayaan
sebagai pengikat memajukan kelompok tersebut dalam hal kinerja dan kreatifitas,
namun sulit diterapkan dalam kelompok yang besar karena tidak jelas batas
pemegang kendalinya. Saat atasan memegang kendali, otomatis Sistem 4 bergeser
menjadi Sistem 3 dan semakin kuat otoritas atasan semakin bergeser pula model
komunikasi organisasi menuju ke arah Sistem pertama.
·
Pada bukunya Teori Komunikasi, Littlejohn mengungkapkan bahwa dalam
penelitian yang lain Teori Empat Sistem tidak dapat diterapkan sepenuhnya
karena faktanya adalah hanya sedikit pembuktian dapat disediakan dalam hubungan
korelasi positif antara rasa moral yang tinggi (merasa dihargai) dengan
produktifitas. Sebaliknya, dalam banyak kasus pada riset-riset yang telah dilakukan
hubungan antar rasa moral yang tinggi dan produktifitas tidak ditemukan.
·
Teori ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh psikologi
yang mempelajari tentang manusia seperti: asumsi bahwa konflik yang terjadi
minimal dan segala sesuatu yang membuat frustasi seorang karyawan akan
menimbulkan kreatifitas dan pemahaman. Namun tidak memperhitungkan bahwa
konflik yang terjadi secara alamiah sebenarnya bisa berdampak baik (positif).
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah
:
1)
Likert
berjasa mengembangkan suatu teori terkenal yang disebut teori atau model peniti
penyambung (the linking pin model) yang menggambarkan struktur
organisasi. Konsep peniti penyambung berkaitan dengan kelompok-kelompok yang
tumpang tindih. Setiap penyelia merupakan anggota dari dua kelompok: sebagai
pemimpin unit yang lebih rendah dan anggota unit yang lebih tinggi.
2)
Sistem
manajemen yang ideal bagi Likert adalah sistem yang disebut suatu “sistem interaksi
pengaruh”. Cara yang efektif untuk mengintegrasikan sasaran kelompok kerja dan
sasaran organisasi dilaksanakan dengan penyelesaian masalah antara atasan dan bawahan. Bagi Likert manajemen pada hakikatnya
adalah suatu proses relatif. Tidak ada hukum-hukum umum yang dapat diberlakukan
pada setiap situasi. Seorang manajer harus menyesuaikan gayanya dengan kelompok
yang dipimpinnya.
3)
Likert
menyatakan adanya empat sistem manajemen yang utama dalam organisasi yaitu :
a) Eksploitatif-Otoritatif
atau Organisasi Otoriter Pemeras (exploitative authoritative organization).
b) Benevolen-Otoritatif
atau Organisasi Otoriter Pemurah (benevolent authoritative organization).
c)
Konsultatif
atau Organisasi Konsultatif (consultative organization).
d)
Kelompok
Partisipatif atau Organisasi Parsitipasi (participative organization).
B.
Saran
Dengan dibuatnya
makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kami selaku pembuat
makalah. kami berharap makalah ini dapat menjadi rujukan
atau referensi bagi para pembaca. Serta kami dengan terbuka menerima masukan-masukan dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Anon., 2019. Wikipedia. [Online]
Available at: https://en.wikipedia.org/wiki/Rensis_Likert
[Accessed 8 Desember 2019].
Available at: https://en.wikipedia.org/wiki/Rensis_Likert
[Accessed 8 Desember 2019].
Aprianita, L. R., n.d. Academia.edu. [Online]
Available at: https://www.academia.edu/22463218/Teori_Peniti_Penyambung
[Accessed Desember 8 2019].
Available at: https://www.academia.edu/22463218/Teori_Peniti_Penyambung
[Accessed Desember 8 2019].
Disusun Oleh :
Fitria Nur Hasannah
Nipha Devina Sanchia
Nadya Zulfa Imaniar