Materi Teknik Khitobah (Teknik Khitobah)
RESUME MATERI TEKNIK KHITOBAH
a)
Pengertian dan Fungsi
Retorika
Dalam Kleine Winkel Prins
Encyclopedia disebutkan Rhetorika: “Wellsprekendheidkunts” atau “seni
kemahiran berbicara”. Rhetorica is “The art of using language in such away
to produce a desired impress upon the hearers and readers”, yaitu “seni
mempergunakan bahasa dengan cara-cara (tertentu) untuk menghasilkan kesan yang
diinginkan terhadap pendengar dan pembaca”. (Encyclopedia Britanica)
Aristoteles mengatakan bahwa retorika
adalah kemampuan untuk menentukan dengan metode bagaimana, dalam kejadian
tertentu dan situasi tertentu orang dapat menimbulkan keyakinan. Menurut Plato,
retorika adalah merebut jiwa manusia dengan kata-kata. Sedangkan menurut Jalaluddin
Rakhmat, retorika adalah ilmu yang mempelajari cara mengatur komposisi
kata-kata agar timbul kesan yang dikehendaki pada diri khalayak. Jadi, retorika
adalah suatu keterampilan/ kegiatan yang menyangkut pada pengkomunikasian pesan
kepada sejumlah orang yang berfungsi sebagai usaha untuk menimbulkan pengertian
terhadap berbagai ide, gagasan, yang bersifat persuasif.
Lima hukum retorika (The Five Canons
of Rhetoric) Socrates:
1)
Inventio (Penemuan)
2)
Pronuntiati (Penyampaian)
3)
Dispositio (Penyusunan)
4)
Memoria (Memori)
5)
Elocutio (Gaya)
Retorika tentu digunakan dalam
komunikasi, terutama dalam berdakwah. Retorika yang baik dapat menjadikan
proses komunikasi juga baik. Sebagaimana dalil mengenai dakwah yang dijadikan
sebagai landasan. Terdapat dalam QS. An-Nahl: 125
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ
بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِين
“Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
Retorika
tentu memiliki peran di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang agama, di
antaranya yaitu:
1)
Penyiaran dan
Pengembangan Agama (Dakwah)
2)
Tajdil, Khutbah dan
lain-lain
3)
Tabligh, Tadzkir, Tanzir,
dan Ta’lim
b) Penentuan
(Memilih) Topik dan Judul
Topik adalah pokok pembicaraan dalam
diskusi, ceramah, karangan, dan sebagainya; bahan diskusi. Prof. Wayne N.
Thompson menyusun sistematika sumber topik sebagai berikut:
1.
Pengalaman pribadi
a.
Perjalanan
b.
Tempat yang pernah
dikunjungi
c.
Kelompok anda
d.
Wawancara dengan tokoh
e.
Kejadian luar biasa
f.
Peristiwa lucu
g.
Kelakuan atau adat yang
aneh
2.
Hobi dan keterampilan
a.
Cara melakukan sesuatu
b.
Cara bekerja sesuatu
c.
Peraturan dan tata cara
3.
Pengalaman pekerjaan atau
profesi
a.
Pekerjaan tambahan
b.
Profesi keluarga
4.
Pelajaran sekolah atau
kuliah
a.
Hasil-hasil penelitian
b.
Hal-hal yang perlu
diteliti lebih lanjut
5.
Pendapat pribadi
a.
Kritikan pada permanan,
film, buku, puisi, pidato atau siaran radio dan televisi
b.
Hasil pengamatan pribadi
6.
Peristiwa hangat dan
pembicaraan publik
a.
Berita halaman muka surat
kabar
b.
Topik tajuk rencana
c.
Artikel pada kolom yang
lain
d.
Berita radio dan TV
e.
Topik surat kabar daerah
f.
Berita dan tajuk surat
kabar kampus
g.
Percakapan di antara
mahasiswa
h.
Kuliah
i.
Penemuan mutakhir
j.
Peristiwa yang bakal
terjadi
7.
Masalah abadi
a.
Agama
b.
Pendidikan
c.
Soal masyarakat yang
belum selesai
d.
Problem pribadi
8.
Kilasan biografi
a.
Orang-orang terkenal
b.
Tokoh-tokoh
9.
Kejadian khusus
a.
Perayaan dan peringatan
b.
Hari besar Islam
10. Minat
khalayak
a.
Pekerjaan
b.
Hobby
c.
Rumah tangga
d.
Pengembangan diri
e.
Kesehatan dan penampilan
f.
Tambahan ilmu
g.
Minat khusus
h.
Lain-lain
Dalam menentukan topik tentu terdapat kriteria yang
baik, di antaranya:
·
Topik harus sesuai dengan
latar belakang pengetahuan anda
·
Topik harus menarik minat
anda
·
Topik harus menarik minat
pendengar
·
Topik harussesuai dengan
pengetahuan pendengar
·
Topik harusterang ruang
lingkup dan batasannya
·
Topik harus sesuai dengan
waktu dan situasi
·
Topik harus dapat
ditunjang dengan bahan lain
Sedangkan judul adalah nama yang
dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan secara pendek isi
atau maksud buku atau bab itu. Arti lainnya dari judul adalah kepala karangan
(cerita, drama dan sebagainya).
Judul yang baik harus memenuhi tiga syarat:
1)
Relevan artinya ada
hubungannya dengan pokok-pokok bahasan
2)
Provokatif artinya
menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pendengar
3)
Singkat mudah ditangkap
maksudnya, pendek kalimatnya, dan enteng diingat
Selain itu, ada dua macam tujuan dan tujuan umum yang
dirumuskan dalam tiga hal:
1)
Memberitahukan
(Informatif)
2)
Mempengaruhi (Persuasif)
dan
3)
Menghibur (Rekreatif)
Tujuan khusus ialah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan umum bersifat kongkrit dapat diukur dan dibuktikan.
c)
Analisa pada Khalayak
Individu atau Organisasi
Khalayak adalah kelompok tertentu
dalam masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi, Segala yang diciptakan oleh
Tuhan, Makhluk (manusia dan sebagainya), Orang banyak, Masyarakat. Bila dilihat
dari persolan kesadaran, terdapat beberapa khalayak, yaitu:
1.
Ada khalayak tak sadar
adanya masalah
Kita gunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
· Tahap perhatian. Khalayak
dibangkitkan minatnya, dikemukakan fakta dan angka yang mengejutkan mereka.
Misalnya: DKI Jakarta sampai saat ini (2006) dinyatakan masih belum bebas demam
berdarah.
· Tahap kebutuhan. Sajikan
sejumlah fakta, angka dan kutipan yang ditunjukkan untuk memperlihatkan, memang
ada masalah. Sebutkan dengan khusus bagaimana situasi mempengaruhi ketentraman,
kebahagiaan atau kesejahteraan pendengar. Misal: sejumlah fakta terungkapnya
adanya pabrik-pabrik pembuatan Narkoba. Pihak kepolisian langsung menutup
pabrik itu dan orang-orang terlibat segera ditahan untuk diminta penjelasan.
· Tahap pemuasan,
visualisasi dan tindakan. Dalam pengembangan tahap-tahap itu, gunakanlah
kesempatan yang ada untuk memperkenalkan bahan-bahan lebih faktual, buat
menegaskan masalah, sebutkan kembali selagi membuat ikhtisar akhir dan
mengimbau mereka untuk meyakini dan bertindak.
2.
Khalayak apatis (masa
bodoh)
Berbeda dengan yang tidak sadar adanya
masalah, namun mereka tahu masalahnya, tetapi mereka tak peduli, karena merasa
bukan urusannya. Pembicara harus meyakinkan mereka bahwa masalah yang mereka
tahu, akan mempengaruhi mereka, misal pentingnya memperhatikan kebersihan
lingkungan. Lakukan secara bertahap:
· Tahap perhatian.
Singkirkan sikap yang apatis dengan menyentuh beberapa hal yang berkaitan
dengan kepentingan pendengar. Misal, kalau kebersihan lingkungan tidak
diperhatikan akan menimbulkan berbagai penyakit Gunakan ungkapan-ungkapan hidup
untuk menundukkan bagaimana, kesehatan, kebahagiaan, ketenteraman, kesempatan
maju
· Tahap kebutuhan Apabila
sudah timbul perhatian lanjutkan dengan pertanyaan, bagaimana masalah tersebut
mempengaruhi setiap orang yang hadir? Usahakan masalah dengan menunjukkan: (1)
efek secara langsung atau segera terhadap mereka; (2). efeknya pada keluarga, sahabat,
kepentingan bisnis, atau kelompok sosial profesional mereka; (3) kemungkinan
efek masa depan bagi anak-anak mereka. Dalam menunjukkan efek itu, gunakanlah
bukti-bukti yang sekuat mungkin. Misal, Pemda DKI Jakarta dalam mengatasi
sampah, menganjurkan setiap RT memiliki alat penghancur sampah akan menjadi
kompos. Akibatnya warga tidak memerlukan biaya untuk mengangkut sampah rumah
tangga, kompos menjadi pupuk, nilai ekonominya kompos bisa dijual, sampah di
DKI seperti pengumpulan daun-daunan dari pohon salah satu bahan kompos juga
bisa menjadi mata pencaharian (2006).
· Tahap pemuasan. Tahap ini
ditunjukkan terus menerus bahwa sikap apatis dalam masalah ini tidak dapat
dibenarkan.
· Tahap visualisasi dan
tindakan. Dalam visualisasi keuntungan akan diperoleh khalayak. Sementara itu
berdasarlan visualisasi, meminta kepada mereka untuk mempelajari masalah itu
atau untuk mempelajari masalah itu atau untuk bertindak mengatasinya. Masalah
sampah Pemda DKI bekerjasama dengan BPPT (Badan Pengembangan Penerapan
Tekhnologi) yang memberikan penyuluhan sampah menjadi kompos (2006)
3.
Khalayak yang tertarik
tetapi ragu.
Sebagian khalayak tahu dan sadar adanya
masalah, tetapi mereka belum mengambil keputusan karena masih meragukan
keyakinan yang akan diikuti atau tindakan yang akan dijalankan. Contoh tadi,
masalah sampah yang dapat diolah menjadi kompos/ pupuk non kimia. Untuk
meyakinkan khalayak maka gunakan tahap-tahap sebagai berikut:
· Tahap perhatian. Pusatkan
perhatian pada hal yang fokus saja.
· Tahap kebutuhan.
Tinjaulah secara singkat latar-belakang timbulnya masalah, dapat membantu
pen-dengar memahami situasi secara lebih jelas. Buatlah kriteria atau pedoman
yang harus dipenuhi dalam meng-ambil keputusan yang tepat.
· Tahap pemuasan. Pidato
disini dianggap penting, kemungkinan lebih panjang. Namun tunjukkan secara
ringkas rencana tindakan yang harus dilakukan, definisikan istilah-istilah yang
kabur agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran. Kemudian tunjukkan usulan
Anda yang dapat diterima dibandingkan dengan alternatif-alternatif lainnya.
Perkuat setiap pernyataan dengan sejumlah fakta, angka dan contoh.
· Tahap visualisasi.
Proyeksikan khalayak ke masa depan dengan melukiskan gambaran realitas dari
kondisi-kondisi yang dikehendaki, bila orang menerima usulan kita atau
mendukungnya atau kerugian besar akan terjadi bila menolaknya.
· Tahap tindakan. Buatlah
ikhtisar singkat dari argumen-argumen penting dan imbauan yang dikemukakan pada
pembicaraan sebelumnya.
4.
Khalayak yang bermusuhan.
Adakalanya khalayak sadar bahwa masalah
yang harus diatasi, tetapi mereka menentang usulan yang diajukan. Pertentangan
bisa terjadi karena takut akan akibat yang tidak dikehendaki atau lebih
menyukai alternatif lain daripada yang ditawarkan. Bila tujuan mengatasi
keberatan yang diajukan khalayak, dan kita mengupayakan agar khalayak menerima
gagasan yang diajukan. Ikutilah urut-urutan sebagai berikut:
· Tahap perhatian. Khalayak
tidak menyenangi usulan Anda, jalinlah persahabatan dengan khalayak, usahakan
mengalah pada segi-segi tertentu dari pandangan pendengar. Carilah kesamaan,
dengan menegaskan pokok-pokok yang disepakati, perkecil perbedaan. Usahakan
agar mereka merasa bahwa secara tulus ingin mencapai hasil yang juga mereka
inginkan.
·
Tahap kebutuhan.
Kembangkan tahap ini seperti menghadapi khalayak yang masih ragu
· Tahap visualisasi dan
tindakan. Pendengar sudah pada posisi tertarik walau ada yang masih ragu.
Pengembangan pidato banyak memberi tekanan pada visualisasi atau
keuntungan-keuntungan.
d) Tahapan
Pidato
Pidato
adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang
banyak; wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Proses
komunikasi pada intinya adalah proses yang berusaha mencari mutual
understanding di antara dua pihak yang berkomunikasi itu. Proses itu bisa
gampang, bisa jadi sulit. Mutual understanding bisa tercipta jika ada
kemiripan antara frame of reference dan field of experience kedua
belah pihak.
Dua
pihak yang berkomunikasi membawa latar belakang pemahaman yang berbeda pula. Di
benak setiap orang yang berkomunikasi, umumnya telah tercipta image,
persepsi dan gambaran tentang lawan komunikasinya. Dalam banyak kasus, image
bahkan dapat tercipta sebelum bertemu muka dengan objek image. Pidato
cenderug sepihak dan pesan hanya ada pada sepihak (yang pidato) audien hanya
mendengar dan memperhatikan.
Terdapat
jenis-jenis pidato, di antaranya:
1)
Impromtu, pidato yang
dilakukan dengan tiba-tiba atas permintaan yang tiba-tiba pula;
Keuntungan:
·
Dapat mengungkapkan
perasaan sebenarnya
·
Gagasan dan pendapatnya
datang spontan, sehingga tampak segar dan hidup
·
Memungkinkan pembicara
terus berpikir
Kerugian:
·
Menimbulkan kesimpulan
yang mentah
·
Mengakibatkan penyampaian
yang tersendat-sendat dan tidak lancar
·
Gagasan yang
“acak-acakan” dan ngawur
Pegangan:
·
Pikirkan lebih dulu
teknik permulaan pidato yang baik
·
Tentukan sistem
organisasi pesan
·
Pikirkan teknik menutup
pidato yang mengesankan.
2)
Manuskrip, pidato dengan
menggunakan naskah dari awal sampai akhir pidato;
Keuntungan:
·
Kata-kata dapat dipilih
dengan sebaik-baiknya
·
Pernyataan dapat dihemat
·
Kefasihan bicara dapat
dicapai
·
Hal-hal ngawur dapat
dihindari
·
Manuskrip dapat
diterbitkan atau diperbanyak
Kerugian:
·
Komunikasi pendengar akan
berkurang
·
Pembicara tidak dapat
melihat pendengar dengan baik
·
Umpan balik dari
pendengar tidak dapat mengubah atau menambah pembahasan pesan
·
Pembuatan lebih lama.
Petunjuk:
·
Susunlah lebih dahulu
garis-garis besarnya dan siapkan bahan-bahannya
·
Tulislah manuskrip
seolah-olah anda bicara
·
Baca naskah berkali-kali
sambil membayangkan pendengar
·
Hapalkan sekedarnya
sehingga anda dapat melihat pendengar
·
Siapkan manuskrip dengan
tulisan besar dan jelas bisa dibaca dengan mudah.
3)
Memoriter, pesan pidato
ditulis dan diingat kata perkata (dihapal);
4)
Ekstempore, pidato dengan
menggunakan garis besar (out line).
e)
Persiapan Pidato
Persiapan
teknis (persiapan ilmiah) harus menempuh tahapan-tahapan:
1.
Investio, yaitu menemukan
bahan
2.
Dispositio, menyusun atau
merangkai bahan
3.
Elucatio, memilih style
dan gaya bahasa
4.
Memoria, yaitu menanam
dalam ingatan
5.
Pronunciatio, yaitu
teknik penyampaian suatu pidato, yang meliputi:
a)
Dengan menghapal pidato,
b)
Membuat garis besar atau
catatan pokok-pokok bahasan,
c)
Membaca teks pidato,
d)
Extempore, yaitu tanpa catatan
apapun, dan biasanya pada pidato yang tiba-tiba.
Persiapan
mental, agar menjaga diri dari “demam panggung”, dengan cara:
1.
Memperteguh iman
2.
Mempertinggi akhlak
3.
Auto sugesti (mensugesti
diri sendiri)
4.
Paraatheid (kesiapan dan
kesiagaan) kita sendiri
5.
Anggaplah manusia
dihadapan kita sebagai manusia biasa.
Selain
itu, tentu yang perlu dipersiapkan adalah dalam menemukan bahan pidato:
1.
Temukan masalah terlebih
dahulu
2.
Kumpulkan bahan-bahan/
materi dari kitab/ buku-buku
3.
Tela’ah bahan-bahan
dengan teliti dan seksama
4.
Sistematikakan dengan
baik (garis besarnya dulu)
5.
Tentukan judul atau
temanya
6.
Tuliskan bahan-bahan itu
sesuai dengan sistematika
7.
Buat kesimpulan dengan
benar.
8.
Uji coba bahan
f)
Tahapan-tahapan
Penyusunan Pidato (Bagian 1)
Herbert Spencer pernah berkata:
“kalau pengetahuan orang itu tidak teratur, maka makin banyak pengetahuan yang
dimilikinya, makin besar pula kekacauan pikirannya”.
Prinsip-Prinsip Komposisi Pidato
Kata Raymond S. Ross, there three greats rhetorical
principle: have a profound bearing upon how we should organize massage. Ada
tiga prinsip dasar cara penyusunan pesan pidato:
1.
Unity (kesatuan)
Komposisi
yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh, yang meliputi:
a.
Isi, dalam isi harus ada
gagasan tunggal yang mendominasi seluruh uraian, yang menentukan dalam
pemilihan bahan-bahan penunjang.
b. Tujuan, komposisi harus
mempunyai satu macam tujuan (menghibur, memberitahukan, dan mempengaruhi)
c. Sifat (mood),
kesatuan dalam sifat pembicaraan (serius, formal, informal, anggun, atau
bermain-main).
2.
Coherence (pertautan)
Pertautan
menunjukan urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama lain. Ialah: ungkapan
penyambung (connective pharase) yaitu sebuah kata atau lebih yang
digunakan untuk merangkaikan bagian-bagian. Paralelisme yaitu mensejajarkan
struktur kalimat yang sejenis dengan ungkapan yang sama untuk setiap pokok
pembicaraan. Dan gema (echo) adalah kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu
diulang kembali pada kalimat baru yang bisa berupa sinonim, perulangan kata,
kata ganti, atau istilah lain yang menggantikan kata-kata yang terdahulu.
3.
Empashis (titik berat)
Titik
berat menunjukan pada bagian-bagian penting yang patut diperhatikan yang dalam
tulisan, dapat dinyatakan dengan: tanda garis bawah, hurup miring atau hurup
besar. Dan dalam lisan dengan: hentian, tekanan suara yang dinaikan, perubahan
nada, isyarat, dan sebagainya.
H.A. Overstreet, ahli jiwa untuk
mempengaruhi manusia, berkata: “let your speech march”. Ini akan
menciptakan suasana yang favorable, membangkitkan minat, memperlihatkan
pembagian pesan yang jelas sehingga memudahkan pengertian, mempertegas gagasan
pokok dan menunjukan perkembangan pokok-pokok pikiran secara logis. Di antaranya:
1.
Organisasi pesan
Organisasi
pesan dapat mengikuti enam macam urutan (sequence):
·
Deduktif, dimilai dengan
menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan
penunjang, penyimpulan dan bukti.
·
Induktif, mengemukakan
perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan.
·
Kronologis, pesan disusun
berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa.
·
Logis, pesan disusun
berdasarkan sebab – ke – akibat atau akibat – ke – sebab.
·
Spasial, pesan disusun
berdasarkan tempat.
· Topikal, pesan disusun
berdasarkan topik pembicaraan klasifikasinya, dari yang penting kepada yang
kurang penting, dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang dikenal kepada
yang asing.
2.
Pengaturan pesan
Kata
Alan H. Monroe, urutan pesan harus sejalan dengan cara dan proses berpikir
manusia (motivated sequance “urutan bermotif”).
Susunan
proses berpikir manusia menurut William James adalah:
·
Perhatian masalah atau
kebutuhan (perhatian)
·
Pengenalan masalah atau
kebutuhan (kebutuhan)
·
Pemisahan keberatan dan
sanggahan dalam mencari penyelesaian terbaik (pemuasan)
·
Penjajagan dan
visualisasi pemecahan yang ditawarkan (visualisasi)
· Penilaian rencana yang
menghasilkan diterima atau ditolaknya pemecahan masalah (tindakan).
Hollingsworth dalam the psychology of the audience
menyebutkan lima tugas pokok yang harus diperhitungkan komunikator:
·
Perhatian
·
Minat
·
Kesan
·
Keyakinan
·
Pengarahan
Raymond S. Ross menganjurkan sistem penyusunan pesan
sebagai berikut:
·
Perhatian
·
Kebutuhan
·
Rencana
·
Keberatan
·
Penegasan kembali
·
Tindakan
Membuat garis-garis besar pidato dengan ciri-ciri
garis besar yang baik, yaitu:
·
Terdiri dari tiga bagian:
pengantar, isi, dan penutup.
·
Lambang yang digunakan
untuk menunjukan bagian-bagian tidak boleh membingungkan
·
Pikiran pokok dan
penunjang dibedakan dengan penulisan yang menjorok ke dalam
Macam-macam garis besar:
·
Garis besar lengkap (full-content
outline)
·
Garis besar singkat (key-word
outline)
·
Garis besar alur teknis (outline
of technical plot)
g)
Tahapan-tahapan
Penyusunan Pidato (Bagian 2)
Glenn R. Capp dan Richard Capp, Jr.
merumuskan ketentuan retorika bahwa bahasa lisan harus menggunakan kata-kata
yang jelas, tepat, dan menarik.
Berikut adalah
langkah-langkah untuk memilih kata-kata dalam menyusun pidato:
1.
Kata-kata harus jelas
·
Gunakan istilah yang
spesifik (tertentu)
·
Gunakan kata-kata yang
sederhana
·
Hindari istilah-istilah
teknis
·
Berhemat dalam penggunaan
kata-kata
·
Gunakan perulangan atau
pernyataan kembali gagasan yang sama dengan kata yang berbeda
2.
Kata-kata harus tepat
·
Hindari kata-kata klise
·
Gunakan kata-kata pasaran
secara hati-hati
·
Hati-hati menggunakan
kata-kata pungut
·
Hindari vulgarisme dan
kata-kata yang tidak sopan
·
Jangan menggunakan
penjulukan
·
Jangan menggunakan
eufemisme yang berlebih-lebihan
3.
Kata-kata harus menarik
·
Pilihlah kata-kata yang
menyentuh langsung diri khalayak
·
Gunakan kata berona
·
Gunakan bahasa yang
figuratif
·
Gunakan kata-kata tindak
Tidak hanya langkah-langkah untuk
memilih kata-kata dalam menyusun pidato, tetapi dalam membuka pidato juga
terdapat langkah-langkahnya, di antaranya:
·
Langsung menyebutkan
pokok persoalan
·
Melukiskan latar belakang
masalah
· Menghubungkan dengan
peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khlayak
·
Menghubungkan dengan
peristiwa yang sedang diperingati
·
Menghubungkan dengan
tempat komunikator berpidato
·
Menghubungkan dengan
suasana emosi (mood) yang tengah meliputi khalayak
·
Menghubungkan dengan
kejadian sejarah yang terjadi di masa lalu
·
Menghubungkan dengan
kepentingan vital pendengar
·
Memberikan pujian pada
khalayak atas prestasi mereka
·
Memulai dengan pernyataan
yang mengejutkan
·
Mengajukan pertanyaan
provokatif atau serentetan pertanyaan
·
Menyatakan kutipan
·
Menceritakan pengalaman
pribadi
·
Mengisahkan cerita
faktual, fiktif atau situasi hipotesis
·
Menyatakan teori atau
prinsip-prinsip yang diakuai kebenarannya
·
Membuat humor
Setelah membuka pidato, tentu
terdapat penutup pidato. Berikut adalah langkah-langkah dalam menutup pidato:
·
Menyimpulkan atau
mengemukakan ikhtisar pembicaraan
·
Menyatakan kembali
gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda
·
Mendorong khalayak untuk
bertindak (appeal for action)
·
Mengakhiri dengan klimaks
·
Mengatakan kutipan sajak,
kitab suci, peribahasa, atau ucapan ahli.
·
Menceritakan contoh yang
berupa ilustrasi dari tema pembicaraan
·
Menerangkan maksud
sebenarnya pribadi pembicara
·
Memuji dan menghargai
khalayak
·
Membuat pernyataan yang humoris
atau anekdot lucu