10 Prinsip-prinsip Dakwah

Ringkasan Pembahasan 10 Prinsip-prinsip Dakwah pada Buku Untukmu Kader Dakwah Karya KH. Rahmat Abdullah

 
 
10 Prinsip-prinsip Dakwah


Di dalam bukunya, mengenai sepuluh prinsip-prinsip dakwah, KH. Rahmat Abdullah menjelaskan, di antaranya:

1)      Al-Fahmu. Bahwa fikrah (pandangan) kami adalah fikrah islamiyah yang solid dan Tangguh, serta memahami islam seperti yang dipahami dalam kerangka dua puluh landasan (al ushuul al’isyruun).

2)     Al-Ikhlash. Seluruh ucapan, perbuatan dan perjuangan seseorang aktifis muslim selalu ditujukan dan dimaksudkan hanya kepada Allah Swt saja, serta memohon ridhan-Nya semata, juga kebaikan ganjaran-Nya. Tidak ingin mengharap imbalan apa pun, baik berupa harta, tahta, martabat dan kedudukan, tanpa melihat maju mundurnya perkembangan dakwahnya. Sebagaimana dalam firman Allah Swt:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-An’am (6): 162.)

Dengan demikian seorang aktivis muslim selalu memahami dokrin “Allah tujuan kami” dan “Allah Maha Besar dan bagi-Nya segala puja dan puji”.

3)        Al-‘Amal. Buah dari ilmu dan ikhlas, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’anul Karim,

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan katakanlah: “Beramallah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amal kalian itu, dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kami amalkan. (QS. At-Taubah (9): 105)

4)    Al-Jihad. Suatu kewajiban yang masanya membentang (tak akan berhenti) sampai hari kiamat adalah jihad di jalan Allah. Dakwah tak akan hidup dan berkembang kecuali dengan jihad. Karena kedudukan dakwah yang begitu tinggi dan bentangnya yang luas maka jihad merupakan jalan satu-satunya untuk bisa menghantarkannya. Juga betapa besar pengorbanan dalam mengokohkan posisi dakwah itu dan apa yang akan diperoleh para pengemban dakwah dari pahala yang besar di sisi Allah Swt. Allah Swt berfirman:

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya… (QS. Al-Hajj (22): 78)

5)     At-Tadhhiyah. Pengorbanan jiwa raga, harta, dan waktu serta segala sesuatu dalam rangka mencapai tujuan. Tidak ada kata jihad di dunia ini tanpa adanya rasa pengorbanan. Pengorbanan tidak akan hilang begitu saja, karena aka nada ganjaran yang melimpah dan pahala yang besar, barang siapa yang tidak mau berkorban dengan kami maka ia berdosa. Karena Allah Ta’ala telah menegaskan hal itu dalam banyak ayat Al-Qur’an. Sebagaimana dokrin “Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi”.

6)  At-Tha’ah. Melaksanakan sekaligus menjalankan perintah, baik dalam kelapangan maupun kesempitan, dalam suka maupun duka.

7)        Ats-Tsabat. Sebagaimana dalam firman Allah Swt:

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَىٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ  وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya), (QS. Al-Ahzab (33): 23)

Waktu merupakan bagian dari solusi, sebab jalan dakwah itu panjang dan jauh jangkauannya serta banyak rintangannya. Tapi semua itu adalah cara untuk mencapai tujuan dan ada nilai tambahan berupa pahala dan balasan yang besar serta menarik.

8)      At-Tajarrud. Membersihkan fikrah dari segala pengaruh dasar-dasar hidup dan sosok pribadi orang-orang selain fikrahmu, sebab ia paling tinggi dan paling komplit dari yang lainnya. Sebagaimana dalam firman Allah Swt:

صِبْغَةَ اللَّهِ ۖ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً ۖ وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ

Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah. (QS. Al-Baqarah (2): 138)

9)  Al-Ukhuwwah. Ukhuwwah (persaudaraan) adalah saudara seiman, sementara perpecahan itu saudara kekafiran. Kekuatan yang pertama adalah kuatnya persatuan dan kesatuan, dan ada persatuan bila tak ada cinta kasih, sedangkan derajat cinta yang paling rendah adalah hati yang selamat dari buruk sangka kepada saudara muslim lainnya dan yang paling tinggi adalah itsar, yaitu mendahulukan kepentingan saudaranya daripada kepentingan pribadi. Sebagaimana dalam firman Allah Swt:

وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

...Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Hasyr (59): 9)

10)  Ats-Tsiqah. Kepercayaan dan ketenangan (kemantapan hati) seorang jundi kepada pimpinannya dalam hal kemampuan dan keikhlasannya, sebab kepercayaan yang dalam akan menciptakan rasa cinta, hormat, dan taat. Sebagaimana dalam firman Allah Swt:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An-Nisa (4): 65)






Sumber: KH. Rahmat Abdullah. 2020, Untukmu Kader Dakwah, Tangerang: Ihsan Media, hlm. 3-95.



Next Post Previous Post

Pages