Makalah Permasalah Kependudukan Desa dan Kota (ISBD)
Salah satu Contoh Makalah Permasalah Kependudukan Desa dan Kota pada Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masyarakat
desa dan kota dari dahulu memiliki sesuatu daya tarik untuk diteliti lebih
dalam. Banyak aspek-aspek yang menarik perhatian dan hubungan antara desa dan
kota tanpa disadari sangat kuat dan penting untuk dipahami secara lebih
mendalam. Dari permasalahan-permasalahan dalam masing-masing masyarakat kelompok urban dan rural
mendapatkan perhatian dan memiliki sesuatu yang menarik.
Bukan hanya
mengenai permasalahan yang ada dalam kedua kelompok tersebut tetapi masih
banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa itu kelompok urban dan kelompok
rural. Melihat kenyataan tersebut perlu dibuat sebuah pembahasan yang
sistematis yang mampu menjelaskan seperti apa komunitas rural dan urban yang
terjadi disekitar masyarakat.
Proses-proses
terbentuknya masyarakat urban dan rural cukup menarik untuk diamati dan dapat
mengetahui bagaimana solusi yang diberikan akibat munculnya kesesuaian kelompok
tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari
masyarakat ?
2. Apa pengertian dan ciri-ciri masyarakat pedesaan dan perkotaan ?
3. Apa hubungan antara
masyarakat pedesaan dan perkotaan ?
4. Apa perbedaan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan
?
Suatu
Makalah dibuat untuk mengevaluasi hasil kerja kita untuk dijadikan acuan dan diinterventasikan di muka umum
agar bisa dipahami dan bisa disebar luaskan agar bisa berguna bagi orang lain.
Dengan Makalah kita bisa memberikan gambaran tentang hasil kerja
kitaberseta contoh-contohnya dan solusi dari makalah yang kita hadapi agar
dapat menyelesaikan suatu pekerjaan, dan memenuhi tugas.
D.
Manfaat Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian dari masyarakat.
2.
Mengetahui
pengertian dan ciri-ciri masyarakat pedesaan dan perkotaan.
3.
Mengetahui
tentang hubungan masyarakat pedesaan dan perkotaan.
4.
Mengetahui tentang
perbedaan masyarakat pedesaan dan perkotaan.
BAB
II
A.
Pengertian Masyarakat
Mengenai arti masyarakat, maka
ada beberapa definisi mengenai masyarakat dari para sarjana, seperti misalnya :
1) R. Linton : Seorang
ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telaha cukup lama
hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya
berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu.
2) M.J. Herskovits : Mengatakan bahwa masyarakat adalah
kelompok
individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
3) J.L. Gilin dan J.P.
Gilin : Mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat
itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
4) S.R. Steinmetz: Seorang
sosiolog bangsa Belanda mengatakan,
bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi pengelompokan-pengelompokan
manusia yang lebih kecil, yang mempunyai perhubungan yang erat ada
teratur.
5) Hasan Shadily :
mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa
manusia, yang dengan pengaruh bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh
kebatinan satusama lain.
Dari
uraian tersebut di atas dapat kita lihat bahwa masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan
arti yang sempit. Dalam arti luas masyarakat dimaksud keseluruhan
hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh
lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain : kebulatan
dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat
dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya
teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
B.
Pengertian dan Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan dan
Perkotaan
1) Pengertian Masyarakat Desa dan
Ciri-cirinya
Yang
dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartohadikusuma mengemukakan sebagai
berikut :
Desa
adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat
pemerintahan sendiri. Menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan
geografi, sosial, ekonomi. politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu
daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah
lain.Sedangkan menurut Paul H. Landis : Desa adalah penduduknya kurang dari
2.500 jiwa.
Dengan
ciri-cirinya sebagai berikut :
a) Mempunyai pergaulan hidup yang saling
kenai mengenal antara ribuan jiwa.
b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang
kesukaan terhadap kebiasaan.
c) Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris
yang paling umum yang sangatdipengaruhi dam seperti : iklim, keadaan alam,
kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Secara
awam masyarakat desa sering diartikan sebagai masyarakat tradisional dari
masyarakat primitif (sederhana). Namun pandangan tersebut sebetulnya kurang
tepat, karena masyarakat desa adalah masyarakat yang tinggal di suatu kawasan,
wilayah, teritorial tertentu yang disebut desa. Sedangkan masyarakat tradisional
adalah masyarakat. yang menguasaan ipteknya rendah sehingga hidupnya masih
sederhana dan belum kompleks.
Masyarakat
pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga
desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat yang
hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari masyarakat di mana ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia
untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota
masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarakat yang saling
mencintai saling menghormati,mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap
keselamatan dan kebahagian bersama di dalam masyarakat.
2) Pengertian Masyarakat Kota dan
Ciri-cirinya
Masyarakat
perkotaan sering disebut juga urban community. Pengertian masyarakat kota lebih
ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang
berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Perhatian khusus masyarakat kota tidak terbatas pada
aspek-aspek seperti pakaian, makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian
lebih luas lagi.
Ada beberapa ciri-ciri pada masyarakat kota, yaitu :
a) Kehidupan keagamaan berkurang bila
dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Kegiatan-kegiatan keagamaan hanya
setempat di tempat-tempat peribadatan, seperti, di masjid dan gereja. Sedangkan
di luar itu, kehidupan masyarakat berada
dalam lingkungan ekonomi, perdagangan.
cara kehidupan demikian mempunyai kecenderungan ke arah keduniawian.
b) Orang kota pada umumnya dapat mengurus
dirinya sendiri tanpa harus bergantung
pada orang-orang lain. Yang terpenting di sini adalah manusia perorangan atau
individu. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab
perbedaan kepentingan, paham politik, perbedaan agama, dan sebagainya.
c) Pembagian kerja di antara warga-warga
kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. Misalnya seorang
pegawai negeri lebih banyak bergaul dengan rekan-rekannya daripada
tukang-tukang becak, tukang kelontong atau pedagang kaki lima lainnya. Seorang
sarjana ekonomi akan lebih banyak bergaul dengan rekannya dengan latar belakang
pendidikan dalam ilmu ekonomi daripada dengan sarjana-sarjana ilmu politik,
sejarah, atau yang lainnya. Begitu pula dalam lingkungan mahasiswa mereka lebih
senang bergaul dengan sesamanya daripada dengan mahasiswa yang tingkatannya
lebih tinggi atau rendah.
d) Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan
pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa. Pekerjaan
para warga desa lebih bersifat seragam, terutama dalam bidang bertani. Oleh
karena itu pada masyarakat desa tidak banyak dijumpai pembagian kerja
berdasarkan keahlian. Lain halnya di kota, pembagian kerja sudah meluas, sudah
ada macam-macam kegiatan industri, sehingga tidak hanya terbatas pada satu
sektor pekerjaan.
e) Jalan pikiran
rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan bahwa
interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan
daripada faktor pribadi.
f) Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota,
mengakibatkan pentingnya faktor waktu
bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk
dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
g) Perubahan-perubahan sosial tampak dengan
nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima
pengaruh-pengaruh dari luar. Hal ini sering menimbulkan pertentangan antara
golongan tua dengan golongan muda. Oleh karena itu golongan muda yang belum
sepenuhnya terwujud kepribadiannya, lebih sering mengikuti pola-pola baru dalam
kehidupannya.
C.
Hubungan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat pedesaan dan perkotaan
bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam
keadaan yang wajar di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan,
karena di antara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam
memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur-mayur,
daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan
tertentu di kota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek perumahan,
proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak.
Mereka ini biasanya adalah pekerja-pekerja musiman. Pada saat musim tanam
mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan di bidang pertanian mulai
menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk
melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
Sebaliknya, kota menghasilkan
barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti bahan-bahan pakaian,
alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian, minyak tanah, obat-obatan untuk
memelihara kesehatan dan alat transportasi. Kota juga menyediakan tenaga-tenaga
yang melayani bidang-bidang jasa yang dibutuhkan oleh orang desa tetapi tidak
dapat dilakukannya sendiri, misalnya saja tenaga-tenaga di bidang medis atau
kesehatan, montir-montir, elektronika dan alat transportasi serta tenaga yang
mampu memberikan bimbingan dalam upaya peningkatan hasil budi daya pertanian,
peternakan ataupun perikanan darat.
Dalam kenyataannya hal ideal
tersebut kadang-kadang tidak terwujud karena adanya beberapa pembatas. Jumlah
penduduk semakin meningkat, tidak terkecuali di pedesaan. Padahal, luas lahan
pertanian sulit bertambah, terutama di daerah
yang sudah lama berkembang
seperti pulau Jawa. Peningkatan hasil pertanian hanya dapat diusahakan
melalui intensifikasi budi daya di bidang ini.
Akan tetapi, pertambahan hasil pangan yang diperoleh melalui upaya
intensifikasi ini, tidak sebanding dengan pertambahan jumlah penduduk, sehingga
pada suatu saat hasil pertanian suatu daerah pedesaan hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan penduduknya saja, tidak kelebihan yang dapat dijual lagi.
Peningkatan jumlah penduduk tanpa diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja
ini pada akhirnya berakibat bahwa di pedesaan terdapat banyak orang yang tidak
mempunyai mata pencaharian tetap.
D.
Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat pedesaan kehidupannya
berbeda dengan masyarakat perkotaan. Perbedaan-perbedaan ini
berasal dari adanya perbedaan yang mendasar dari keadaan lingkungan, yang
mengakibatkan adanya dampak terhadap personalitas dan segi-segi kehidupan.
Kesan populer masyarakat perkotaan terhadap masyarakat pedesaan adalah bodoh,
lambat dalam berpikir dan bertindak, serta mudah "tertipu", dan
sebagainya. Kesan ini disebabkan masyarakat perkotaan mengamatinya hanya
sepintas, tidak banyak tahu, dan kurang pengalaman dengan keadaan lingkungan
pedesaan.
Berbicara tentang masyarakat pedesaan dan perkotaan, sesungguhnya akan
berbicara tentang sistem hubungan antara unsur-unsur yang membentuknya. Setiap
unsur dalam suatu sistem itu dapat diperlakukan sebagai satu kesatuan yang
utuh.
Oleh karena itu, mempelajari suatu masyarakat berarti dapat berbicara
soal struktur sosial. Untuk menjelaskan perbedaan atau ciri-ciri dari kedua
masyarakat tersebut, dapat ditelusuri dalam hal berikut :
1) Lingkungan
Umum Dan Orientasi Terhadap Alam
Masyarakat
pedesaan berhubungan kuat dengan alam, disebabkan oleh lokasi geografinya di
daerah desa. Mereka sulit "mengontrol" kenyataan alam yang dihadapinya,
padahal bagi petani realitas alam ini sangat vital dalam menunjang
kehidupannya. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh
kepercayaan-
kepercayaan dan hukum-hukum alam, seperti dalam pola berpikir dan falsafah hidupnya. Tentu akan berbeda dengan penduduk yang tinggal di kota, yang kehidupannya "bebas" dari realitas alam, Misalnya dalam bercocok tanah dan menuai harus pada waktunya, sehingga ada kecenderungan nrimo. Padahal mata pencaharian juga menentukan relasi dan reaksi sosial.
kepercayaan dan hukum-hukum alam, seperti dalam pola berpikir dan falsafah hidupnya. Tentu akan berbeda dengan penduduk yang tinggal di kota, yang kehidupannya "bebas" dari realitas alam, Misalnya dalam bercocok tanah dan menuai harus pada waktunya, sehingga ada kecenderungan nrimo. Padahal mata pencaharian juga menentukan relasi dan reaksi sosial.
2) Pekerjaan
atau Mata Pencaharian
Pada
umumnya atau kebanyakan mata pencaharian daerah pedesaan adalah bertani. Tetapi
mata pencaharian berdagang (bidang ekonomi) pekerjaan sekunder dari pekerjaan
yang nonpertanian. Sebab beberapa daerah pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha (business) atau
industri, demikian pula kegiatan mata pencaharian keluarga untuk tujuan
hidupnya lebih luas lagi. Di masyarakat kota mata pencaharian cenderung menjadi
terspesialisasi, dan spesialisasi itu sendiri dapat dikembangkan, mungkin
menjadi manajer suatu perusahaan, ketua atau pimpinan dalam suatu birokrasi.
Sebaliknya seorang petani harus kompeten dalam bermacam-macam keahlian seperti
keahlian memelihara tanah, bercocok tanam, penyakit, pemasaran, dan sebagainya.
Jadi, petani keahliannya lebih luas bila dibandingkan dengan masyarakat kota.
3) Ukuran
Komunitas
Komunitas pedesaan biasanya lebih kecil dari
komunitas perkotaan. Dalam mata pencaharian di bidang pertanian, imbangan tanah dengan manusia cukup
tinggi bila dibandingkan
dengan industri; dan akibatnya daerah pedesaan mempunyai penduduk yang rendah per kilometer
perseginya. Tanah pertanian luasnya bervariasi. Bergantung kepada tipe usaha taninya, tanah yang
cukup luasnya sanggup menampung usaha tani dan usaha ternak sesuai
dengan kemampuannya.
Oleh sebab itu komunitas pedesaan lebih kecil daripada komunitas perkotaan.
4) Kepadatan
Penduduk
Penduduk
desa kepadatannya lebih rendah bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk
kota. Kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dengan
klasifikasi dari kota itu sendiri.
Contohnya dalam perubahan-perubahan permukiman, dari penghuni satu keluarga
(individual family) menjadi pembangunan multikeluarga dengan flat dan apartemen
seperti yang terjadi di kota.
5) Homogenitas
dan Heterogenitas
Homogenitas
atau persamaan dalam ciri-ciri sosial dan psikologis, bahasa, kepercayaan,
adat-istiadat, dan perilaku sering nampak pada masyarakat pedesaan bila
dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Kampung-kampung bagian dari suatu
masyarakat desa mengenai minat dan pekerjaannya hampir sama, sehingga kontak tatap muka lebih sering. Di kota sebaliknya,
penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang dengan macam-macam subkultur
dan kesenangan, kebudayaan, mata pencaharian. Sebagai contoh, dalam perilaku,
dan jugs bahasa, penduduk di kota lebih heterogen. Hal ini karena daya tarik
dari mata pencaharian, pendidikan, komunikasi dan transportasi, menyebabkan
kota menarik orang-orang dari berbagai kelompok etnis untuk berkumpul di kota.
6) Diferensiasi
Sosial
Keadaan
heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yang tinggi di
dalam diferensiasi sosial. Fasilitas kota, hal-hal yang berguna, pendidikan,
rekreasi, agama, bisnis, dan fasilitas perumahan (tempat tinggal), menyebabkan
terorganisasi-nya berbagai keperluan, adanya pembagian pekerjaan dan adanya
saling membutuhkan serta saling tergantung. Kenyataan ini bertentangan dengan
bagian-bagian kehidupan di masyarakat pedesaan. Tingkat homogenitas alami ini
cukup tinggi, dan relatif berdiri sendiri dengan derajat yang rendah daripada
diferensiasi sosial.
7) Pelapisan
Sosial
Klas sosial di dalam masyarakat
sering nampak dalam perwujudannya seperti "piramida sosial", yaitu
klas-klas yang tinggi berada pada posisi atas piramida, klas menengah ada di
antara kedua tingkat klas eksterm dari masyarakat. Ada beberapa perbedaan
"pelapisan sosial tak resmi" ini antara masyarakat desa dan masyarakat
kota:
a)
Pada masyarakat kota aspek kehidupan
pekerjaan, ekonomi, atau sosial-politik lebih banyak sistem pelapisannya
dibandingkan dengan di desa.
b)
Pada
masyarakat desa kesenjangan (gap)
antara klas eksterm dalam piramida sosial tidak terlalu besar, sedangkan pada masyarakat kota
jarak antara klas eksterm yang kaya dan miskin cukup besar. Di daerah pedesaan
tingkatannya hanya kaya dan miskin saja.
c)
Pada
umumnya masyarakat pedesaan cenderung berada pada klas menengah menurut
ukuran desa, sebab orang kaya dan orang
miskin sering bergeser ke kota. Kepindahan orang miskin ini disebabkan tidak
mempunyai tanah, mencari pekerjaan ke kota, atau ikut transmigrasi. Apa yang
dibutuhkan dan diinginkan dari golongan miskin ini sering desa tidak mampu
mengatasinya.
8) Mobilitas
Sosial
Mobilitas
sosial berkaitan dengan perpindahan atau pergerakan suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya mobilitas kerja dari suatu pekerjaan
ke pekerjaan lainnya; mobiltias teritorial dari daerah desa ke kota, dari kota
ke desa, atau di daerah desa dan kota sendiri. Terjadinya peristiwa mobilitas
sosial demikian disebabkan oleh penduduk kota yang heterogen, terkonsentrasinya
kelembagaan-kelembagaan, saling tergantungnya organisasi-organisasi, dan
tingginya diferensiasi sosial. Demikian pula di kota.
Maka
mobilitas sering terjadi di kota dibandingkan dengan di daerah pedesaan.
Mobilitas teritorial (wilayah) di kota lebih sering ditemukan daripada di
daeraha pedesaan, dan segi-segi penting dari mobilitas tersebut adalah :
a)
Banyak penduduk yang pindah kamar atau
rumah ke kamar atau rumah lain, karena sistem kontrak yang terdapat di kota;
dan di desa tidak demikian.
b)
Waktu yang
tersedia bagi penduduk kota untuk berpergian per satuan penduduk lebih banyak
dibandingkan dengan orang-orang desa.
c)
Berpergian setiap
hari di dalam atau di luar dan pusat penduduk, di daerah kota lebih besar
dibandingkan dengan penduduk di desa.
d)
Waktu luang di
kota lebih sedikit dibandingkan dengan di daerah pedesaan, sebab mobilitas
penduduk kota lebih tinggi.
Mobilitas atau perpindahan
penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) lebih banyak ketimbang dari kota ke
desa. Apabila dibandingkan, penduduk kota lebih dinamis dan mobilitasnya cukup
tinggi. Kesemuanya berbeda dalam hal waktu dan arah mobilitasnya.
9) Interaksi
Sosial
Tipe
interaksi sosial di desa dan di kota perbedaannya sangat kontras, baik aspek
kualitasnya maupun kuantitasnya. Perbedaan yang penting dalam interaksi sosial
di daerah pedesaan dan perkotaan, di antaranya :
a) Masyarakat pedesaan lebih sedikit
jumlahnya dan tingkat mobilitas sosialnya rendah, maka kontak pribadi per
individu lebih sedikit. Demikian pula kontak melalui radio, televisi, majalah,
poster, koran, dan media lain yang lebih sedikit.
b) Dalam kontak sosial berbeda secara
kuantitatif maupun secara kualitatif. Penduduk kota lebih sering kontak, tetapi
cenderung formal sepintas lalu, dan tidak bersifat pribadi (impersonal), tetapi
melalui tugas atau kepentingan yang lain. Di desa kontak sosial terjadi lebih
banyak dengan tatap muka, ramah-tamah (informal), dan pribadi. Hal yang lain
pada masyarakat pedesaan, daerah jangkauan kontak sosialnya biasanya terbatas
dan sempit. Di kota kontak sosial lebih tersebar pada daerah yang luas, melalui
perdagangan, perusahaan, industri, pemerintah, pendidikan, agama, dan
sebagainya. Kontak sosial di kota penyebabnya bermacam-macam dan bervariasi
bila dibandingkan dengan "dunia kecil" atau masyarakat pedesaan.
10) Pengawasan
Sosial
Tekanan sosial
oleh masyarakat di pedesaan lebih kuat karena kontaknya yang bersifat pribadi
dan ramah-tamah (informal), dan keadaan masyarakatnya yang homogen. Penyesuaian
terhadap norma-norma sosial lebih tinggi dengan tekanan sosial yang informal,
dan nantinya dapat berarti sebagai pengawasan sosial. Di kota pengawasan sosial
lebih bersifat formal, pribadi, kurang "terkena" aturan yang ditegakkan, dan peraturan
lebih menyangkut masalah pelanggaran.
11) Pola
Kepemimpinan
Menentukan
kepemimpinan di daerah pedesaan cenderung banyak ditentukan oleh kualitas
pribadi dari individdu dibandingkan dengan kota. Keadaan ini disebabkan oleh
lebih luasnya kontak tatap muka, dan individu lebih banyak saling mengetahui
daripada di daerah kota. Misalnya karena kesalehan, kejujuran, jiwa
pengorbanannya, dan pengalamannya. Kalau kriteria ini melekat terus pada
generasi selanjutnya, maka kriteria keturunan pun akan menentukan kepemimpinan
di pedesaan.
12) Standar
Kehidupan
Berbagai
alat yang menyenangkan di rumah, keperluan masyarakat, pendidikan, rekreasi,
fasilitas agama, dan fasilitas
lain akan membahagiakan kehidupan bila disediakan dan cukup nyata dirasakan
oleh penduduk yang jumlahnya padat. Di kota, dengan konsentrasi dan jumlah
penduduk yang padat, tersedia dan ada kesanggupan
dalam menyediakan kebutuhan tersebut, sedangkan di
desa terkadang tidak demikian.
13) Kesetiakawanan
Sosial
Kesetiakawanan
sosial (social solidarity) atau
kepaduan dan kesatuan, pada masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan banyak
ditentukan oleh masing-masing faktor yang berbeda. Pada masyarakat pedesaan
kepanduan dan kesatuan merupakan akibat dari sifat-sifat yang sama, persamaan
dalam pengalaman, tujuan yang sama, di
mana bagian dari masyarakat pedesaan hubungan pribadinya bersifat informal dan
tidak bersifat kontrak sosial (perjanjian). Pada masyarakat pedesaan ada
kegiatan tolong-menolong (gotong-royong) dan musyawarah, yang pada saat
sekarang masih dirasakan meskipun banyak pengaruh dari gagasan ideologis dan
ekonomis (padat karya) ke pedesaan. Kesatuan dan kepaduan di daerah perkotaan
berbeda.
Kegiatan
ini nampak pula dalam sistem pertanian seperti derep, mengolah sawah bersama-sama secara
bergiliran, dan sebagainya. Aktivitas kerja sama yang disebut gotong-royong ini
pengertiannya berkembang. Yang asalnya aktivitas kerja sama antara sejumlah
besar warga masyarakat desa dalam menyelesaikan sesuatu proyek tertentu bagi
kepentingan umum, menjadi bersifat dipaksakan seperti padat karya.
Sifat
gotong-royong tidak memerlukan keahlian khusus. Semua orang dapat mengerjakannya, dan merupakan
gejala sosial yang universal. Inilah
yang dikatakan jiwa kebudayaan. Jiwa musyawarah nampak dalam masyarakat
Indonesia. Artinya, keputusan suatu rapat seolah-olah merupakan pendirian suatu
badan, di mana pihak mayoritas dan minoritas saling mengurangi pendirian
masing-masing, dekat-mendekati, sehingga harus ada kekuatan atau tokoh yang
mendorong proses pencocokkan dengan dimensi kekuasaan mulai dari persuasi
sampai paksaan. Kenyataan menunjukkan bahwa jiwa musyawarah merupakan ekpresi
gotong-royong.
14) Nilai
dan Sistem Nilai
Nilai dan sistem nilai di desa dengan
di kota berbeda, dan dapat diamati dalam kebiasaan, cara, dan norma yang
berlaku. Pada masyarakat pedesaan, misalnya mengenai nilai-nilai keluarga, dalam
masalah pola bergaul dan mencari jodoh kepala keluarga masih berperan.
Nilai-nilai agama masih dipegang kuat dalam bentuk pendidikan agama (madrasah).
Aktivitasnya nampak hidup (fenomenanya).
Bentuk-bentuk ritual agama yang berhubungan
dengan kehidupan atau proses mencapai dewasanya manusia, selalui diikuti dengan
upacara-upacara. Nilai-nilai pendidikan belum merupakan orientasi bernilai
penuh bagi penduduk desa, cukup dengan bisa baca-tulis dan pendidikan agama.
Dalam hal nilai-nilai ekonomi, terlihat pada pola usaha taninya yang masih
bersifat subsistem tradisional, kurang berorientasi pada ekonomi. Masih banyak nilai lainnya yang
berbeda dengan masyarakat kota. Dalam hal ini masyarakat kota bertentangan atau
tidak sepenuhnya sama dengan sistem nilai di desa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Desa adalah suatu kesatuan hukum di
mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Masyarakat desa
adalah masyarakat yang tinggal di suatu kawasan, wilayah, teritorial tertentu yang
disebut desa. Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan
batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota
masyarakat yang amat kuat.
Masyarakat perkotaan sering disebut
juga urban community. Pengertian
masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri
kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Yang dimana dalam
masyarakat kota atau perkotaan terdapat kebiasaan yang berbeda dan keseharian
yang berbeda.
Hubungan masyarakat desa dan kota dapat dilihat dari apa yang dilakukan,
seperti di desa tempat di tanamnya kebutuhan pangan yang subur yang sangat
bermanfaat tentunya untuk masyarakat desa sendiri dan masyarakat kota serta
masyarakat kota atau perkotaan yang membantu desa dalam bidang alat yang
digunakan untuk memperlancar dalam melakukan pekerjaan yang menghasilakan
kebutuhan pangan tersebut.
Masyarakat pedesaan maupun
masyarakat perkotaan masing-masing dapat diperlakukan sebagai sistem jaringan
hubungan yang kekal dan penting, serta dapat pula dibedakan masyarakat yang
bersangkutan dengan masyarakat yang lain. Oleh karena itu, mempelajari suatu
masyarakat berarti dapat berbicara soal struktur sosial. Untuk menjelaskan
perbedaan atau ciri-ciri dari kedua masyarakat tersebut, dapat ditelusuri dalam
hal lingkungan umumnya dan orientasi terhadap alam, pekerjaan, ukuran
komunitas, kepadatan penduduk, homogenitas-heterogenitas, diferensiasi sosial,
pelapisan sosial, mobilitas sosial,
interaksi sosial, pengendalian
sosial, pola kepemimpinan, ukuran kehidupan, solidaritas sosial, dan nilai atau
sistem nilainya.
B.
Saran
Dengan
dibuatnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kami selaku
pembuat makalah ini. Kami selaku pembuat makalah ini meminta saran kepada para
pembaca untuk mengoreksi apabila ada kesalahan dalam penulisan serta isi dari
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Evers, H.-d. (1979). Sosiologi Perkotaan.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Harwantiyoko, N. F. (1997). MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta:
Universitas Gunadarma.