Makalah Konsep Ketuhanan dan Manusia menurut Agama Hindu (Ilmu Tauhid)

Salah satu contoh Makalah Konsep Ketuhanan dan Manusia menurut Agama Hindu pada Mata Kuliah Ilmu Tauhid
 


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Agama Hindu
Agama hindu di dunia dimulai dari masuknya Bangsa Arya ke India sejak 1500 SM. Masuknya Bangsa Arya ke India membawa perubahan yang sangat besar dalam tata kehidupan masyarakat India. Perubahan tersebut terjadi karena Bangsa Arya mengadakan integrasi kebudayaan dengan Bangsa Dravida dan selanjutnya integrasi ini melahirkan agama Hindu.

B.     Kosep ketuhanan menurut agama Hindu
Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (Ateisme, Panteisme, Henoteisme, Monisme, Politeisme) kurang diketahui.
Kepercayaan Bangsa Hindu bersifat politeisme (memuja banyak dewa). Di dalam pemujaan terhadap dewa itu sering dibuatkan patung-patung yang disesuaikan dengan peranan dewa tersebut di dalam kehidupan manusia. Patung-patung itu merupakan simbol dari dewa-dewa yang disembahnya seperti misalnya Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Dewa Pelindung, dan Dewa Siwa sebagai Dewa Pelebur atau Pembinasa. Ketiga dewa itu diberi nama Tri Murti.
 Tri Murti sendiri berarti yang Maha Kuasa. Sedangkan dewa-dewa lainnya yang dipuja seperti Dewi Saraswati sebagai Dewi Kesenian dan Ilmu Pengetahuan, Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan, dan lain sebagainya. 
Umat Hindu juga beranggapan bahwa, tempat suci adalah tempat bersemayamnya para dewa, sehingga umat Hindu terbiasa mengadakan ziarah ke tempat-tempat suci untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi umat di dunia.
 Agama Hindu identik dengan panca sradha dimana orang yang ingin memeluk Agama Hindu diwajibkan untuk meyakini lima konsep ajaran utama dalam Hindu yaitu panca sradha ini yaitu :
1)      Percaya pada adaya Brahman
Tujuannya adalah untuk menyadari Brahman dalam keabsolutan-Nya atau teramat gaib (transcendent), sukar dipahami, diluar pengertian dan pengalaman manusia biasa, keadaan, ketika mencapai keadaan akhir diri. Kebenaran yang abadi, tanpa batas waktu, bentuk dan ruang. Kebenaran itu berada diluar perkiraan pikiran, diluar perasaan yang alami, diluar aksi atau pergerakan vritti (gelombang pikiran). Kebenaran ini kemudian memberikan perspektif yang benar. Pengalaman yang mendalam ini harus dialami sementara ada didalam tubuh fisik. Seseorang kembali dan kembali lagi ke dalam jasmani hanya untuk menyadari Brahman. Tiada lagi yang lain. Namun, Brahman harus menjadi sebuah pengalaman yang benar benar dialami.
Orang atheispun kesulitan menyangkal bahwa Tuhan (Brahman) tersebut tidak ada, karena semua ciptaan apapun bentuknya baik baik itu energi maupun material mustahil muncul dengan sendiri pasti ada suatu creator (pencipta) atau penyebab adanya ciptaan itu. Tapi yang menjadi kesulitan utama adalah keterbatasan pikiran dan teknologi untuk mengetahuinya.
Dimana dalam Agama Hindu menyatakan bahwa pada dasarnya Tuhan (Brahman) memiliki beberapa eksistensi. Paranàma: Tuhan dalam wujud energi yang tidak tampak. Tidak berwujud". Beliau hanya merupakan sinar yang tanpa bentuk. Wyuhanàma: hanya dapat dilihat oleh Para Dewa, terbaring di atas lautan yang berada di atas Nagasesa. Tuhan yang seperti ini oleh Umat Hindu di Bali disebut Hana Tan Hana yang artinya,' Ada tetapi Tidak Ada'. Wibhawanaama: Tuhan yang berbentuk. Dalam istilah lain Tuhan yang seperti ini juga disebut Sakara Brahman atau Saguna Brahman. Artinya Tuhan berwujud dan sekaligus mempunyai sifat atau guna. Antaraatmanaama: Tuhan berbentuk seperti yang ditempatinya atau Tuhan meresapi seluruh ciptaan-Nya. Tidak ada segala sesuatu yang tidak berisi resapan Tuhan.
2)      Percaya kepada Atma
Atma yang sesungguhnya adalah atman yang mutlak yang bukan golongan metafisik yang abstrak, tetapi atman rohani yang asli. Bentuk yang lain adalah keberadaan yang dijadikan obyek. Atman adalah yang hidup dan bukan obyek. Ini adalah pengalaman yang mana atman adalah subyek yang maha tahu pada saat yang bersamaan obyek yang diketahui. Atman hanya terbuka untuk atman. Atman bukanlah kenyataan yang obyektif, bukan pula sesuatu yang berupa subyektif murni. Hubungan subyek-obyek hanya mempunyai arti dalam dunia obyek-obyek/dalam lingkungan pengetahuan dalam arti luas, atman adalah cahaya-cahaya dan melalui hal ini sajalah ada cahaya di alam semesta. Dia adalah cahaya abadi. Dia adalah yang tiada hidup atau mati, yang tanpa gerak atau perubahan yang masih bertahan ketika yang lainnya sudah berakhir. "Dia adalah yang melihat dan bukan obyek yang dilihat. Apapun yang berupa obyek, dia adalah yang termasuk bukan atman. Atman adalah kesadaran-saksi yang abadi".
Dari sini kita mengetahui bahwa Atman adalah unsur yang paling utama dari segala ciptakan ia berkuasa atas tubuh yang dimasukinya, ia yang mengendalikan tubuh tersebut. Hingga nantinya tubuh itu rusak ia akan meninggalkan tubuh itu dan beralih ke tubuh yang lain, atau dapat bersatu dengan sumbernya.
3)     Percaya kepada Karmaphala
Karmaphala adalah sebuah hukum yang berlangsung lewat sebuah proses perbuatan (karma) yang perlahan sudah bisa dibuktikan kebenarannya walaupun masih ada orang yang berpandangan negatif terhadap akan pembuktian itu. Karmaphala dapat diartikan sebagai hasil dari perbuatan yang pernah dilakukan. Hukum Karma atau Hukum Karmaphala itu berlaku universal dan menyeluruh di alam semesta ini. Hukum Karmaphala ini berlaku dimana saja, terhadap siapa saja dari berbagai latar belakang dan sepanjang masa serta bersifat abadi. Secara garis besar sifat-sifat Hukum Karmaphala yaitu abadi, berlaku secara universal, berlaku sepanjang masa, sempurna, dan tanpa kecuali.
4)      Percaya akan adanya Punarbawa (reinkarnasi)
Reinkarnasi sama artinya dengan Punarbawa atau Samsara. Punarbawa adalah suatu kepercayaan tentang kelahiran yang berulang ulang atau suatu proses kelahiran yang biasa disebut dengan penitisan, reincarnasi atau samsara. Kalau ada kelahiran berulang ulang berarti ada kematian yang berulang ulang atau hidup yang berulang ulang. Memang kedengarannya aneh tetapi nyata, kelahiran dapat terjadi berulang ulang beberapa kali tanpa batas. Didalam Bhagawad Gita Krisna mengatakan : Wahai Arjuna, Kamu dan Aku telah lahir berulang ulang sebelum ini, hanya aku yang tahu sedangkan kamu tidak, kelahiran sudah tentu akan diikuti oleh kematian dan kematian akan diikuti oleh kelahiran. Melalui Atman sebagai percikan Brahman, makluk dapat menikmati kehidupan. Karena adanya Atman maka ada kehidupan didunia ini dan Atman dalam proses menghidupkan akan berpindah pindah dan berulang ulang dengan menggunakan badan yang berbeda beda melalui Reinkarnasi (punarbawa/samsara) yaitu penjelmaan kembali sebagai makluk hidup.
5)      Percaya akan adanya Moksha
Mosha adalah Kebebasan Paripurna, Keselamatan atau Pembebasan adalah tujuan terakhir dari empat pilar yang menyangga struktur kehidupan kita. Tiga pliar lainnya adalah, Dharma atau Kebajikan, Artha atau Kekayaan dan Kama atau Keinginan.
Lazimnya, moksha diartikan sebagai "kebebasan dari siklus kehidupan dan kelahiran." Telah ada banyak pembicaraan, diskusi dan penelitian ilmiah pada subjek kehidupan setelah kematian, kehidupan setelah kehidupan, pengalaman dekat kematian, reinkarnasi dan seterusnya.
Penjelasan tentang Moksha terdapat dalam sloka Bhagawadgita XVII. 5 4
Artinya :  Setelah manunggal dengan Brahman dan tenang dalam jiwa la bebas dari duka cita dan keinginan. Memandang semua makhluk berbhakti kepada Ku.
Bhagawadgita XI. 54
Artinya :  Akan tetapi dengan bhakti tunggal kepada Ku, Oh Arjuna
Aku dapat dikenal, sungguh dilihat dan dimasuki ke dalam.
Dari sloka ini dijelaskan bahwa Moskha adalah menunggalnya Atman dengan Brahman, dimana Atman kembali menjadi essensinya yang sebenarnya yaitu energi penciptaan yang kembali pada sumber dari energi tersebut yaitu Tuhan.

C.    Konsep manusia menurut Agama Hindu
Hindu percaya bahwa seseorang bisa mendapatkan wujud sebagai manusia harus melewati 8.400.000 kelahiran. Ada 3.000.000 kelahiran dalam hidup binatang, 2.700.000 kelahiran dalam kehidupan serangga, 1.400.000 kelahiran sebagai burung, 900.000 kelahiran sebagai ikan dan 400.000 kelahiran sebagai binatang lain. Susastra menjelaskan betapa sulitnya untuk bisa dianugerahi dengan wujud sebagai manusia.
Dalam Canakya Nitisastra 14.3 dijelaskan : "Bila kehilangan kekayaan itu bisa didapatkan kembali. Teman yang marah atau menjauh bisa kembali kepadamu. Teman baru bisa didapatkan. Bila istri pergi atau meninggal, seseorang bisa menggantikannya.  Tanah, rumah, harta benda bisa didapatkan lagi dan lagi. Namun seseorang tidak bisa mendapatkan wujud sebagai manusia lagi.
Sri Rama menjelaskan arti penting menjadi manusia, Beliau berkata : "Merupakan keberuntungan yang sangat besar untuk mendapatkan wujud sebagai manusia. Semua kitab suci menegaskan bahwa wujud sebagai manusia sangat sukar untuk didapatkan bahkan oleh para Dewa sekalipun".
"Wujud manusia merupakan sebuah batu pijakan menuju Neraka, Surga atau Moksa (Pembebasan). Melalui tubuh ini seseorang bisa mendapatkan pengetahuan, ketidakterikatan dan bhakti".
"Tubuh manusia adalah sebuah kapal dalam lautan luas. Anugerah-Ku seperti angin sepoi-sepoi yang mendorong kapal itu"
"Tubuh manusia adalah sarana untuk membawa seseorang menuju gerbang pembebasan. Bila seseorang tidak bida menggunakan kesempatan untuk mencapai diri yang lebih tinggi, itu hanya bisa dianggap sebagai kemalangan"
Wujud sebagai manusia adalah sebagai wujud yang paling tinggi karena hanya dalam wujud ini seseorang bisa menemukan kebahagiaan dan pembebasan dari kelahiran selanjutnya. Ini bisa dicapai melalui bhakti kepada Tuhan dan melakukan perbuatan baik.
Adapula  Pembagian manusia dalam masyarakat agama Hindu (Bangsa-bangsa Kerajaan Nusantara):
1.  Kasta Brahmana, orang yang mengabdikan dirinya dalam urusan bidang spiritual seperti sulinggih, pandita dan rohaniawan. Selain itu disandang oleh para pribumi.
2.     Kasta Ksatria, para kepala dan anggota lembaga pemerintahan. Seseorang yang menyandang gelar ini tidak memiliki harta pribadi semua harta milik negara.
3.      Kasta Waisya, orang yang telah memiliki pekerjaan dan harta benda sendiri petani, nelayan, pedagang, dan lain-lain.
4.      Kasta Sudra, pelayan bagi ketiga kasta di atasnya.[1]
Sedangkan di luar sistem kasta tersebut, ada pula istilah:
1.      Kaum Paria, golongan orang rendahan yang tugasnya melayani para Brahmana dan Ksatria.
2.      Kaum Candala, golongan orang yang berasal dari Perkawinan Antar Warna, bangsa asing.

D.    Sejarah Agama Khonghucu
Agama Khonghucu adalah sebutan yang lebih dikenal di Indonesia untuk menyebut agama ini, istilah aslinya di sebut Ru Jiao atau agama Ru. Ru jiao pada mulanya muncul dan berkembang di negeri Tiongkok (Zhongguo), oleh karena itu perkembangan Ru Jiao tidak dapat dipisahkan dari sejarah negeri Tiongkok. Ru Jiao diartikan sebagai agama dari orang-orang yang lembut hati yang terbimbing dan terpelajar.
Dalam sejarahnya, kaum Ru ini banyak yang menjadi pejabat pemerintah atau penasehat kerajaan pada jaman itu di negeri Tiongkok, karena selain menguasai pengetahuan kitab-kitab klasik, mereka juga memahami berbagai macam tata-upacara dan peribadahan. Mereka adalah orang-orang yang tekun dalam belajar, ramah-tamah, rendah hati, membina dirinya serta mengabdikan diri untuk kesejahteraan rakyat. Tujuan hidupnya adalah menjadikan dirinya sebagai seorang Junzi, yaitu manusia sejati atau orang yang saleh, bijaksana, dan hidup sesuai dengan Dao (jalan suci) serta menjadi teladan dalam segala sifat dan perilakunya.
Ajaran suci ini telah di kembangkan oleh raja suci Tang Yao dan Yi Shun pada abad ke 23 SM. Kemudian di lanjutkan oleh Gao Yao, Yi, dan Da Yu pendiri dinasti Xia (2205-1766 SM). Lima ratus tahun kemudian dilanjutkan oleh Cheng Tang, pendiri dinasti Shang (1766-1122 SM), dan dilanjutkan oleh Zhou Gong Dan, adik dari raja Wu.

E.     Konsep Ketuhanan Menurut Agama Khonghucu
Dalam Agama Khonghucu konsep Ketuhanannya adalah Monoteis, artinya Esa atau tunggal. Ini tercermin dalam menyebut nama Tuhan dengan Thian atau dalam bahasa kitabnya disebut dengan Tien ini terdiri dari 2 (dua) akar kata yaitu Iet atau tunggal/esa dan Tay atau besar, jadi seluruh huruf ini berarti Satu yang maha besar dan dengan kata lain : Tuhan Yang Maha Esa.
Hal tersebut dibuktikan secara jelas dalam ajaran Agama Khonghucu, misalnya:
Dalam Delapan Keimanan atau Pat Sing Ciam Kwie bagian pertama : Sing Sien Hong Thian = Sepenuhnya Iman Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa, begitu pula di dalam doa umum maupun doa upacara kematian/Song Su dan doa upacara pernikahan/Hoo Su, selalu terlebih dulu menyebut : Kehadirat Thian Yang Maha Besar ditempat yang Maha Tinggi, setelah itu baru menyebut : Kehadirat Thian Yang Maha Besar ditempat Yang Maha Tinggi, setelah itu baru menyebut : Dengan Bimbingan Nabi Khongcu, serta diakhiri dengan ucapan : Sian Cay, yang artinya semoga demikianlah sebaiknya. Juga diimplementasikan /dijabarkan dalam ucara besar kehadirat Thian Yang Maha Esa : 
1.   King Thi Kong/ Sembahyang Besar Tuhan Allah Iemlik bulan I tanggal
8 menjelang tanggal 9, dilaksanakan saat Cu Si Pk 23.00-01.00.
2.   Cio Thao/Sembahyang Kehadirat Thian YME, yang dilakukan mempelai sebelum bertemu dengan pasangannya,waktunya antara Pk 03.00 pagi, di rumah masing-masing calon mempelai. 
3.    Sam Kay/Sembahyang Kehadirat Thian YME,saat mempelai bertemu satu dengan lainnya. Sebelum mempelai menerima Liep Gwan Perinahan di Lithang. 
Ibadah kehadirat Thian Yang Maha Esa yang berkaitan pula ibadah kepada
Nabi dan Para Suci antara lain : 
1.  Ibadah Siang Gwan/Cap Go Meh, setiap Iemlik bulan pertama tanggal 15 malam, dikala bulan purnama raya. Karena Ibadah siang Gwan Siauw ini melambangkan saat mulai diturunkan berkah Thian atas penghidupan dalam tahun baru yang bersangkutan, maka biasa dilakukan upacara sembahyang besar bagi Para Suci/Sien Bing untuk keselamatan serta perlindungan masyarakat luas. Baik dalam kehidupan maupun penghidupannya.
2.  Ibadah Twan yang/Hari Kehidupan, dilaksanakan pada Iemlik bulan V tanggal 5, pada saat Ngo Si, antara Pk 11.00 -13.00 ; di samping Ibadah besar kehadirat Thian juga menghormati khut Gwan para suci yang semasa hidupnya telah mewujudkan secara nyata Satyanya keapda Tuhan maupun bangsa dan negaranya. 
3.  Ibadah Tangcik/Hari Genta Rohani (Bok Tok), Cie Ya Sing Kie Sien. Dilaksanakan pada tanggal 22 desember, dikala matahari terletak pada garis balik 23 1/2 derajat Lintang Selatan, saat Ien Si antara Pk 03.00 -05.00. Di samping sembahayang besar kehadirat Thian dengan altar King Thi Kong yang sesaji tabu diganti sepasang bambu kuning yang melambangkan keabadian, juga ada disajikan khusus ronde/onde dengan kuah jahe manis sebanyak 3 mangkuk @12 ronde kecil merah dan putih serta ditengahnya diberi satu ronde merah besar yang melambangkan rakhmat Thian YME yang dilimpahkan selama satu tahun yang terdiri dua belsa bulan. Ibadah ini juga memperinagti awal Nabi Khongcu melakukan tugas kenabiannya serta pula memperingati wafat Ya Sing Bincu Penegak Agama Jie yang konsekwen dengan ajaran Nabi.
1)      Sifat-sifat Tian (Tuhan Yang Maha Esa)
Kehidupan di alam semesta ini tidak terpisahkan dari konsep Sancai, yakni adanya Tian (Tuhan Yang Maha Esa) Di ( baca Ti) atau alam semesta termasuk didalamnya bumi, dan ren atau manusia dan segenap makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Tian merupakan asal mula dan akhir dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Di dan Ren adalah merupakan hasil ciptaan Tian.
Tian sebagai sang pencipta segala sesuatu di dunia ini mempunyai empat sifat seperti tersurat dalam kitab Yi Jing yaitu: 1) Yuan (baca yuen), 2) Heng, 3) Li, 4) Zhen (baca cen). Dengan keempat sifat tersebut Tian dapat menciptakan segala sesuatu di dunia ini. Benih-benih kebajikan yang terkandung di dalam Watak Sejati (Xing)  manusia berasal dari ke empat sifat Tian tersebut, yakni 1) Cinta Kasih (ren), 2) Kebenaran (yi), 3) Kesusilaan (li). 4) Kebijaksanaan (zhi).
Berikut ini adalah penjelasan dari ke empat sifat Tian tersebut di atas:
  a)      Sifat Yuan
     Yuan artinya Mahabesar, Mahamulia, Maha Esa, Maha sempurna. Sifat: Khalik (Pencipta). Sifat Tian yang Mahabesar atau Mahaagung dilambangkan dengan huruf Tian yang terdiri dari dua karakter yaitu Yi artinya satu dan da baca,ta artinya mahabesar atau mahaagung. Jadi Tian mengandung makna satu yang Mahaagung, yang Mahaesa, Mahasempurna.
     Yuan sebagai sifat Tian mewujud di dalam diri manusia menjadi sifat Cinta Kasih (ren). Sikap suka menolong kepada sesama adalah merupakan contoh dari perbuatan yang sesuai dengan Cinta Kasih yang ada dalam diri manusia.
b)      Sifat Heng
Heng artinya Maha menembusi, maha menjalin, maha meliputi. Sifat: Agung Segala perbuatan yang kita lakukan di dunia ini, Tian akan mengetahuinya. Oleh karena itu kita harus senantiasa mematuhi perintahNya. Patuh dan hormat kepada Tian, maka laksanakanlah FirmanNya. Sifat Heng ini di dalam diri manusia menjadi sifat Keusilaan (li) yang menjadikan manusia memiliki rasa tahu malu, sopan dan santu, patuh dan taat terhadap peraturan.
c)      Sifat Li
Li artinya Maha pemberkah, maha pengasih. Tian akan memberkahi kebahagiaan bagi barang siapa yang berbuat kebajikan, dan Tian akan menurunkan bencana atau hukuman bagi barang siapa yang berbuat hal-hal yang tidak baik. Sifat: Rahmat. Sifat Li ini di dalam diri manusia menjadi sifat Kebenaran (Yi) sehingga manusia tahu mana perbuatan yang benar dan mana perbuatan yang salah.
d)      Sifat Zhen
Zhen artinya Mahabenar, Maha abadi hukumNya, Mahabijak, Sifat: Kekal. Sifat Zhen (baca cen) di dalam diri manusia menjadi sifat Bijaksana (zhi baca ce) sehingga manusia dapat berlaku adil dan tidak menyebelah dalam mengambil suatu keputusan.

F.     Konsep Manusia menurut agama Khonghucu
Hubungan antara Manusia dan Tian harus senantiasa Harmonis, Manusia wajib patuh dan taat kepada Tian (Shun Tian), dan tidak melangggar hukum Tian (Ni Tian). Senantiasa bersembahyang dan berdoa kepada Tian adalah salah satu cara bagaimana mannusia tetap menjalin hubungan dengan Tian. Dengan demikian hidupnbya akan terpelihara, sejahtera, dan selamat. Selain itu ia juga harus takut dan hormat (Wei Tian) terhadap kemahakuasaan Tian, dengan demikian mereka akan merasakan gembira didalam Tian (Le Tian), bahkan dapat mencapai keadaan yang selaras dan menyatu dengan Tian (Pei Tian). Manusia tidak boleh berkeluh gerutu kepada Tian dan menyesali sesamanya. Melainkan ia harus hidup tekun belajar dan melaksanakan firmaNya. Tianlah yang akan menilai secara perbuatan yang kita lakukan.
Ada beberapa sebutan untuk menybutkan nama Agama Khonghucu, yaitu:
1.      Shang Tian = Tuhan yang Mahatinggi                                              
2.      Hao Tian = Tuhan yang Mahabesar
3.      Cang Tian = Tuhan yang Mahasuci
4.      Min Tian = Tuhan yang Maha Pengasih 
5.      Huang Tian = Tuhan yang Maha Kuasa
6.      Shang Di = Tuhan yang Mahakhalik/ Pencipta Alam



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kepercayaan Bangsa Hindu bersifat politeisme (memuja banyak dewa). Di dalam pemujaan terhadap dewa itu sering dibuatkan patung-patung yang disesuaikan dengan peranan dewa tersebut di dalam kehidupan manusia. Patung-patung itu merupakan simbol dari dewa-dewa yang disembahnya seperti misalnya Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Dewa Pelindung, dan Dewa Siwa sebagai Dewa Pelebur atau Pembinasa. Ketiga dewa itu diberi nama Tri Murti.
Tri Murti sendiri berarti yang Maha Kuasa. Sedangkan dewa-dewa lainnya yang dipuja seperti Dewi Saraswati sebagai Dewi Kesenian dan Ilmu Pengetahuan, Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan, dan lain sebagainya.
Hindu percaya bahwa seseorang bisa mendapatkan wujud sebagai manusia harus melewati 8.400.000. Setelah lahirpun mereka akan dibagi lagi menjadi beberapa kasta, yaitu :
1.      Kasta Brahmana (Keagamaan)
2.      Kasta Kesatria (Pemerintahan)
3.      Kasta Waisya (Pertanian dan Perdagangan)
4.      Kasta Sudra (Kaum pekerja kasar)
Dalam Agama Khonghucu konsep Ketuhanannya adalah Monoteis, artinya Esa atau tunggal. Ini tercermin dalam menyebut nama Tuhan dengan Thian atau dalam bahasa kitabnya disebut dengan Tien ini terdiri dari 2 (dua) akar kata yaitu Iet atau tunggal/esa dan Tay atau besar, jadi seluruh huruf ini berarti Satu yang maha besar dan dengan kata lain : Tuhan Yang Maha Esa.
Tian sebagai sang pencipta segala sesuatu di dunia ini mempunyai empat sifat seperti tersurat dalam kitab Yi Jing yaitu:
1. Yuan (baca yuen)
2.  Heng
3. Li
4. Zhen (baca cen)
Setelah kita mengetahui tentang konsep ketuhanan dan manusia menurut Hindu dan Khonghucu semoga membuka wawasan kita tentang agama lain khususnya di indonesia.
                                                                                            






Makalah ini disusun oleh :
- Dwi Damayanti
- Wina Widiastuti
- Indah Siti Nurazizah





Next Post Previous Post

Pages